Hazel Got Rejected

931 124 3
                                    

Selepas pulang sekolah, Hazel menampilkan muka masam. Tanpa pantangan apapun, saat sampai rumah Hazel langsung menuju kamar orang tuanya untuk menemui sang ibu. Karena sepertinya ibu sedang menidurkan sang adik di waktu yang menunjukkan pukul 11 siang ini. 

"Hai, bapak udah pergi lagi?" anggukkan Hazel menjadi jawaban dari pertanyaan ibu.

Hazel diantar dan dijemput oleh bapak tiap sekolah. Di siang hari saat jam istirahat bapak mengambil jam lebih awal untuk menjemput anaknya terlebih dahulu, setelah menjemput Hazel bapak akan langsung kembali ke kantor untuk melanjutkan istirahatnya.

Hazel tidak banyak bicara, tapi dilihat dari ekspresinya ia menyimpan banyak cerita di pikirannya.

"Ada apa cantik ibu?"

Tas yang di pakainya langsung mendarat di lantai dengan dramatis, kedua tangannya ia rentangkan untuk berpelukan dengan ibu, mulutnya yang semula datar berubah melengkung kebawah.

"Hiks...hiks

"Ssttt, ada masalah di sekolah iya? Ceritanya diluar aja yuk, adeknya baru tidur."

Ibu menggendong Hazel yang sudah memeluknya erat keluar dari kamar, mendudukkan dirinya di sofa yang ada tepat di depan kamar. Sambil menunggu putrinya untuk bercerita, ibu menenangkannya dengan mengelus surai halusnya yang tergerai bebas.

"Udah? Kakak mau cerita apa sama ibu?"

"Kak-kakak su-su-suka Marco bu..."

Astaga. Hazel sedang patah hati rupanya.

Ibu punya firasat jika Hazel baru saja ditolak, tapi disisi lain ibu juga tidak percaya jika ternyata ada yang menolak cinta putrinya. "Marconya tau?"

Hazel mengangguk, "ta-tapi Marco"

Helaian rambut lebatnya menghalangi kelancaran bicara Hazel karena termakan mulutnya. Membuat ibu juga ikut frustasi dan membantu merapihkannya.

"Tapi Marco sukanya Caca ibu...," tangis Hazel kembali meledak. Mungkin ia kembali mengingat saat itu lagi. Kenyataan pahit yang harus ia terima.

"Gak papa sayang...Hazel gak salah kok udah bilang yang sejujurnya sama Marco, tapi apa yang Hazel tau sekarang itu juga jadi jawaban dan risiko dari tindakan Hazel. Dan mau gak mau harus kita terima, karena kita gak bisa atur perasaan orang lain harus suka sama kita atau nggak sayang," nasihat ibu.

"Sssttt, it's okay ibu bangga kok sama keberanian Hazel, anak cantik ibu keren banget loh."

Bukan yang pertama kalinya Hazel menceritakan kisah patah hatinya. Dulu saat masih di bangku taman kanak-kanak ia juga pernah merasakan hal yang sama. Bedanya, ia ditolak bukan karena si laki-laki itu tidak suka Hazel, melainkan si laki-laki tidak paham apa itu pacaran.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝

Malamnya Ayu menceritakan kisah tadi siang kepada Pram. Dan Pram yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala dan malas menanggapi.

"Baru juga masuk SD udah repot ngurusin cinta. Aku aja pacaran tuh, sama kamu doang waktu kuliah," geram Pram seperti bapak-bapak kehabisan rokoknya.

"Ya itu kan kamu, mungkin zaman sekarang emang kayak gitu mas," bela Ayu.

Dalam masalah percintaan tentang putrinya, Pram sangat sensitif. Apalagi usia Hazel masih terbilang dini untuk mengurus masalah percintaan. Makanya Pram tidak pernah setuju jika harus membicarakan tujuan yang tidak jelas seperti masalah tersebut.

"Kalau misal Marco suka balik, terus mereka pacaran gimana ya mas?"

"Ngawur, anakku baru 7 tahun masih panjang hidupnya. Gak penting pacar-pacaran." Pram benar-benar sudah geram membahas masalah ini. Pandangannya saja tidak mau beralih dari layar tv di depannya.

"Tapi kenapa ya Hazel ditolak," pikir Ayu.

"Nah itu, bodoh berarti itu laki-laki, ya perempuan cantik masa di skip. Emang udah gak baik yang kayak gitu," sewot Pram tanpa jeda antara ucapan Ayu sebelumnya.

Ayu terkekeh mendengar ocehan bapak-bapak disampingnya. 

"Yaudahlah ya, kan kalau gak ada yang mau masih ada Jupi kata kamu ya kan?"

Tidak ada jawaban apapun dari Pram. Sungguh ia tidak mood untuk membicarakan kisah asmara putrinya. Lagian kenapa sih repot sekali memikirkan hal yang belum seharusnya di pikirkan oleh anak kecil yang lebih baik fokus untuk belajar, pikir Pram. 

"Diem aja, ngambek pak?" ledek Ayu, "tidur ah, enak banget soalnya malem ini kasur lega Rumi tadi bilang tidurnya mau sama kakak," tambah Ayu lalu ia pergi meninggalkan Pram sendiri di ruang tv.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝

Tidak lama dari kepergian Ayu ke kamar. Pram sebenarnya ingin segera menyusulnya karena tidak percaya jika, anak keduanya yang biasa ikut tidur bersama khusus untuk malam ini ingin tidur bersama kakaknya.

Namun, rasa itu Pram tahan beberapa menit sampai Ayu sudah benar-benar masuk ke dalam kamar. Barulah Pram mematikan tv dan menyusul Ayu masuk ke kamar.

"Kirain boongan," ucap Pram saat memasuki kamar. "Tumben gak mau tidur sama ibu?"

"Tau kakaknya lagi galau kali, jadi dia pengen ngehibur kakaknya sampe nemenin tidur."

"Emang ya keturunan Pram itu selalu so sweet, ya kan sayang?" ucap Pram dengan rasa penuh percaya dirinya.

Ayu memutar bola matanya malas dengan pernyataan Pram sebelumnya. Tanpa berlama-lama, Pram merebahkan dirinya disamping Ayu. Memeluk istrinya dan menenggelamkan wajahnya dalam pelukan tersebut. 

"Sayang, aku mohonlah jangan izinin dulu Hazel buat pacaran gitu. Bukannya aku gak mau Hazel bahagia, tapi dia kan masih kecil gitu loh, masih banyak hal yang lebih baik dia capai dulu selain punya pacar," pinta Pram.

Ayu mengelus surai Pram, "iya aku paham mas. Aku juga udah bilang gitu kok ke dia tadi. Aku juga bilang kalau memang gak ada yang mau, masih ada Jupi HAHAHAHA."

Sudah tidak bisa Pram pahami lagi apa yang dipikirkan oleh Ayu, "sayang..."

"Iya iya, Hazel juga marah pas aku bilang gitu. Iya aku paham kok mas, tenang aja aku gak nge bebasin anakku dengan semudah itu apalagi di umurnya yang masih kecil."

Pram mengangguk lega. 

𓆝 𓆟 tbc 𓆞 𓆝

Hai !!!!

Akhirnya aku ada niatan buat sequel cerita ini.Tapi karena cerita ini aku buat untuk penghilang stres aku aja, jadi updatenya gak nentu bisa sering bisa juga nggak

Makasih yang buat kalian yang selalu bersama Pramayu ꨄ︎

(sequel) My Heart Calls Out For YouWhere stories live. Discover now