(flashback) When Rumi's Was a Newborn

458 88 3
                                    

Melahirkan Rumi bukanlah hal yang sulit bagi Ayu, karena ia sudah merasakan momen yang sama saat pertama kali melahirkan Hazel. Namun, mengurus Rumi dua kali lebih melelahkan daripada mengurus Hazel. Entah kenapa Ayu merasa lebih sensitif setelah melahirkan Rumi. Namun, selain Ayu sendiri Rumi pun sama sensitifnya.

Tangisan Rumi lebih kuat dan lebih sering daripada Hazel saat baru lahir, tidak sembarang orang pun bisa menghentikan tangisnya kecuali oleh ibu. Sejak lahir ia sudah peka tentang ibunya, ia sudah mengerti mana aroma ibu dan bukan, dan sentuhan ibu dengan sentuhan orang lain pun ia paham. Sulit untuk Rumi bisa bertahan di gendongan selain ibu, mungkin bapak masih bisa. 

"Ibu mandi dulu sebentar ya nak ... ," sudah 20 menit Rumi menangis karena ia terbangun tidak berada di pangkuan sang ibu. Membuat ibu gagal untuk mandi, dan harus menenangkannya kembali agar bisa tertidur. 

"Mas!"

"Mas, dimana?" Ayu mencari suaminya yang entah kemana tiba-tiba menghilang.

Sambil mencari Pram, ia terus menenangkan Rumi yang sampai saat ini belum juga merasa lelah dan ingin berhenti untuk menangis. Sepertinya Pram pergi keluar bersama Hazel, karena Ayu tidak mendapati sepeda mereka di garasi.

"Adek mau apa sih ...? Ini kan udah sama ibu, udah ya sayang nangisnya ..." Ayu terus mondar mandir, mengayun-ayunkan badan kecil Rumi yang terus menangis keras.

Mungkin Rumi lapar, pikir Ayu. Tapi nyatanya, ia juga menolak puting Ayu, dan terus menangis dan menangis. Lantas apa yang ia inginkan sekarang. 

"Hah ... " sudah cukup Ayu berusaha, ia sudah lelah. Biarkan sajalah tangisan itu berlanjut, nanti juga capek sendiri pikirnya.

Baru saja Ayu mendudukkan dirinya dengan Rumi yang masih menangis. Pram dan Hazel masuk ke rumah. Hazel masuk kedalam rumah dengan satu kantong plastik ukuran sedang yang berisi jajanan yang baru saja ia beli bersama bapaknya.

Keringat bercucuran membasahi anak rambutnya yang lebat. "Ibuuuu!" panggilnya dengan penuh semangat, membuat tangsian Rumi semakin nggan untuk berhenti.

Pram yang melihat itu, segera membersihkan dirinya untuk membantu Ayu menenangkan Rumi. Pram mencuci tangan dan mengganti bajunya yang cukup basah akibat keringat.

"Kamu bisa buat dia berhenti nangis gak? Aku mau mandi, capek," ucap Ayu dengan nada yang cukup sarkas.

Tanpa menunggu jawaban apapun dari Pram, Ayu langsung meninggalkannya untuk melanjutkan agenda mandinya. Baru kali ini, Ayu sering mengutarakan perasaannya secara jujur jika ia lelah. Kadang kala jika Rumi menangis tak henti, Ayu selalu meminta tolong Pram untuk memberhentikan tangisannya dan berkata jika ia lelah dan butuh waktu sendiri.

Pram peka dengan sifat Ayu yang sedikit berubah karena kelelahan. Ia membiarkan istrinya berlaku semaunya selagi menurunya masih wajar, sepeti saat Ayu ingin istirahat Pram akan biarkan, dan jika Ayu ingin Pram menjaga anaknya Pram akan lakukan. Tanpa banyak bicara, Pram akan mengabulkan apa yang istrinya minta.

"Ini buat adek, kakak yang pink," dengan sok tahu Hazel memberikan satu bolu berwarna hijau kepada Rumi, sedangkan ia memegang bolu yang berwarna pink.

Setiap sore di luar komplek tempat tinggal mereka, selalu ada pasar makanan, dimana banyak jajanan kaki lima berderet memenuhi jalan. Cukup sering juga Pram pergi kesana untuk membeli makanan untuk keluarganya. Ia tahu jika perubahan mood Ayu sedang ekstrem, biasanya Ayu akan luluh kembali jika dibelikan makanan enak.

"Beli apa aja kakak?" ibu dengan mood yang lebih baik kembali menghampiri keluarga kecilnya.

"Kakak beli kue, bapak beli ayam goreng. Tapi kakak gak mau ayam ibu ... "

(sequel) My Heart Calls Out For YouWhere stories live. Discover now