(flashback) Hazel as a big sister

531 89 3
                                    

masih lanjutan flashback baby Rumi

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝

Kehadiran Rumi di keluarga Wiryadamara sangat dinantikan oleh Hazel. Sejak masih di dalam perut ibunya, Hazel sering bertanya-tanya kapan ia bisa melihat adiknya dan bermain bersama sang adik. Selama 9 bulan itu Hazel terus mempertanyakan hal yang sama

Saat akhirnya ia menjadi seorang kakak, ia selalu mengingat keberadaan adiknya. Jika membeli mainan pasti ia akan membelikan untuk sang adik. Jika ia membeli makanan juga ia meminta untuk memberi porsi lebih dengan alasan untuk sang adik, walaupun adik bayi belum bisa makan selain air susu ibu.

"Ibu, kakak mau gendong adek," sejak tadi ia terus memperhatikan Rumi di pangkuan ibunya, ia juga ingin memangku sang adik. 

Dibantu oleh tangan Ayu, Hazel akhirnya bisa memeluk adiknya lebih dekat. Tubuh bayi yang kecil terlihat lebih besar saat berada di pangkuan Hazel. Ketakutan Ayu hilang ketika melihat Rumi tersenyum mendapat ciuman di pipi persiknya dari sang kakak. "Eh senyum kak adeknya. Seneng ya di cium kakak cantik?"

"Hehehe, ibu aku mau cium lagi," ibu mengangguk memberikan izin Hazel untuk mencium pipi adiknya kembali. Dan lagi-lagi Rumi tersenyum, "senyum lagi ibu!"

"Iya. Adek suka dicium kakak ya?"

"Giliran adek," Hazel mendekatkan pipinya ke arah bibir Rumi, bermaksud membiarkan adiknya untuk melakukan hal yang sama seperti dirinya barusan. "Sayang adek ..." Hazel mengelus badan hangat Rumi dengan penuh kasih sayang.

"Sweet banget sih anak-anak ibu," Ayu tersenyum hangat melihat kebahagiaan di depan matanya.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝

Hal lain yang Hazel sadari adalah ia tahu dan paham jika keberadaan adiknya akan membuat ibu lebih sering menghabiskan waktu bersama adiknya daripada dengannya seperti dahulu. Setiap malam sebelum tidur, ia akan bercerita kepada bapak tentang perasaannya setelah menjadi seorang kakak. 

Bapak terkekeh saat tahu jika Hazel merindukan masa lalunya sebelum ada kehadiran sang adik, ia rindu menghabiskan waktu berdua bersama ibu, bermain bersama ibu dan pergi ke mall bersama ibu. 

"Kakak boleh kok berduaan sama ibu lagi, kan masih ada bapak ... nanti biar boy with boys and girl with girls, gimana?"

"Tapi nanti adeknya nangis kalau gak sama ibu," cuit bocah 5 tahun tersebut.

Sebenarnya ibu tidak pernah melarang jika saat ibu berduaan dengan Rumi Hazel ikut nimbrung. Malah ibu senang bisa bersama - sama dengan kedua buah hatinya. Tapi lain dirasakan oleh Hazel, ia merasa terkucilkan saat berada diantara ibu dan adiknya. Ibu lebih fokus pada Rumi daripada dirinya. Dan tentu saja itu membuat Hazel tidak nyaman.

Tapi lain dimata bapak, Hazel adalah kakak yang baik, ia tidak pernah marah atau sampai tantrum jika ibu lebih memprioritaskan adiknya. Hazel adalah kakak yang penuh perhatian.

"Terima kasih ya kakak udah jadi kakak yang baik, ibu sama bapak bangga loh," itulah ucapan dari ibu atau bapaknya yang membuat Hazel berpegang teguh untuk memantapkan sikapnya sebagai seorang kakak.

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝

Tapi sehebat apapun sifat seorang kakak pada dirinya. Hazel tetaplah anak kecil yang butuh perhatian penuh dari kedua orang tuanya. Di suatu malam saat bapak menyuruhnya untuk tidur, ia malah menangis.

"Hei kenapa princess?" bapak mengusap pipinya yang meneteskan air mata.

Gelengan menjadi jawaban dari pertanyaan bapak. Namun, air matanya tidak bisa membohongi siapapun.

"Kakak mau nangis aja?" Hazel mengangguk, sambil dipeluk bapak, Hazel melanjutkan tangisannya, "kalau udah tenang bilang ya."

Beberapa menit kemudian tangisnya mereda, berubah menjadi cegukkan dan membuat dirinya tertawa. "Eh? Itungan ketiga tahan nafas, ready?" ucap bapak. Tepat saat jari bapak menunjukkan angka tiga ia menahan nafas selama tujuh detik lalu melepaskannya.

"Masih?"

"Hik ..., masih haha," Hazel tertawa dengan mata yang merah akibat menangis.

"Minum dulu yuk," bapak menggandeng Hazel kearah dapur untuk mengambil minum, upaya untuk menghentikkan cegukannya.

Setelah cegukan berhenti, waktunya untuk tidur. Tapi Hazel menolak untuk tidur dikamarnya, ia melepas genggaman tangan besar sang bapak lalu berlari menuju kamar orang tuanya. Disana ia melihat ibu sedang menimang adiknya dalam gendongan bayi seperti bayi kanguru.

"Loh kok belum tidur sayang?"

"Ibu ... kakak mau tidur sama ibu juga," pinta Hazel dengan mata yang berkaca-kaca. Sepertinya ia akan menangis lagi.

Bapak menyusul masuk ke dalam kamar, baru paham jika Hazel tidak mau tidur di kamarnya sendiri dan kabur ke kamarnya.

"Berisik loh ada adek bayi yang nangis," ibu memperingatkan dengan halus sebelum mengizinkannya tidur bersama.

"Gak papa, tapi mau sama ibu," paksa Hazel.

"Iya boleh, sana tidur duluan udah malem loh, besok sekolah."

Dengan semangat 45, Hazel berlari menghampiri bapak yang sudah merebahkan dirinya di kasur. Saking semangatnya bocah itu melompat naik ke kasur menimbulkan decitan pada per kasur. 10 menit berlalu ibu melepaskan gendongannya dan menaruh Rumi di keranjang bayi di samping kasur. Hazel masih terbangun menonton bersama bapak.

"Masih belum tidur juga. Udah nontonnya, ayo tidur," ucap ibu.

Hazel meninggalkan bapak dengan tontonannya. Ia memejamkan matanya dan bergeser mendekati sang ibu. "Ibu mau peluk tidurnya," pinta Hazel.

Ibu tersenyum, bergeser semakin mendekat kepada putrinya lalu memeluk badan Hazel sambil mengelus punggung ramping Hazel.

"Kakak kangen tidur sama ibu ya?" Hazel mengangguk, "sama dong ibu juga kangen."

"Kakak mau tidur sama ibu seminggu boleh?"

"Wow banyak banget seminggu, hm ... boleh!"

"Yeayyy !" saking semangatnya suara Hazel membuat adiknya sedikit terganggu, untungnya tidak sampai terbangun.

Sepertinya mereka harus mengganti ukuran kasur yang sekarang ke yang lebih besar. Rasanya tidur bersama terasa lebih menyenangkan, apalagi sudah lama sekali ibu tidak tidur bersama putrinya yang sudah semakin besar.


𓆝 𓆟  the end 𓆞 𓆝

(sequel) My Heart Calls Out For YouWhere stories live. Discover now