8.Rumah baru untuk Kara

47 4 0
                                    

Malam telah tiba, biasanya jam 7 malam ia belajar dengan Entara, tapi remaja itu tak kunjung datang kerumahnya. Kara cukup ingat kalau remaja itu sudah mempunyai kekasih.

"Bu besok Ise pulang malam, ada kerja kelompok." Ujar Kara, Arumi malah menatapnya tak suka.

"Ya udah gk peduli sih." Kara yang sudah geram pun bertanya.

"Ibu kenapa sih? Ise ada salah sama ibu? Kenapa ib-"

"Diam! Ayah meninggal dunia gara-gara kamu!"

Deg!

Bagai di hantam batu, Kara terkejut ketika mendapat jawaban dari sang ibu. Kara tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.

Sedangkan Arumi sudah pergi dari sana bersama Ira. Kara terdiam cukup lama, hingga Entara datang dengan buku-bukunya.

"Maaf ya telat, tadi aku bantu Cinta dulu di rumahnya. Kita jadi belajar kan?" Kara menatap Entara datar.

"Gk jadi, kamu pulang aja Ta, kepala aku pusing mau istirahat." Ucap Kara yang sudah lelah dengan dunianya.

"Kamu marah sama aku Se?"

"Kan udah aku bilang, kepala aku pusing Ta aku mau istirahat." Jawab Kara dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Entara pun bisa merasakan bahwa Kara sedang marah.

Entara pun pulang kerumahnya. Sedangkan Kara di dalam kamar hanya terdiam dan memandang boneka yang di berikan Nawa seminggu yang lalu.

"Na, aku bingung harus gimana. Ibu berubah, Enta juga sibuk sama Cinta, aku harus gimana Na?" Gumamnya sambil mengelus-elus boneka itu.

Kara menatap buku-buku yang tertumpuk rapi di sebelah, dia ingat dia harus belajar dengan giat dan harus tetap mendapatkan Beasiswa.

Kara mulai belajar dan tidak tau waktu, dan satu lagi dia sudah tidak peduli lagi dengan tubuhnya. Kara dengar ada olimpiade sains, dia harus ikut olimpiade itu. Walau sudah banyak penghargaan yang ia dapat, tapi setidaknya dia sedikit berjuang demi beasiswanya.

Untuk masalah Theo, dia tidak terlalu terpikirkan. Tapi dia malah memikirkan Nawa yang menjauh dari dirinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 WIB, tapi Kara masih tetap belajar.

"Jangan di paksa Se, udah tidur." Ucapnya sendiri untuk dirinya. Kara pun segera pergi ke kasurnya dan tidur. Tubuhnya sudah keringat dingin sejak tadi. Tapi itu tak masalah baginya.

"Ayah maafin Ise, harusnya Ise gk lahir di dunia."

••••

Jam masih pukul 05.00 WIB tapi Kara sudah siap untuk pergi kesekolah, Kara sengaja memasak makanan untuk ibunya. Dan dia juga membawa bekal untuk pergi ke sekolah. Hari ini Kara tidak ingin berangkat bareng Entara ataupun naik angkot.

"Gapapa kamu anak kuat kok Se, tunjukin kalau kamu kuat dan kamu gk nyusahin mereka. " Ucap Kara, dan kemudian dia segera pergi dari rumahnya. Dia sedikit bersenandung kecil.

"Jika mampu ku menjelajahi langit,"

"kan ku petik pelangi tuk warna i harimu."

"jangan khwatir masih ada aku, jangan khawatir masih ada akuuu."

Itu adalah lagu kesukaannya, Kau rumahku lagu yang di nyanyikan oleh Raissa Anggiani. Dia ingat ketika Sinta memutar lagu itu ketika mereka sedang belajar di kelas.

Sekarang Kara sudah ada di pertengahan jalan, lihatlah orang yang ingin di anggap kuat ini. Wajahnya sudah pucat dengan keringat dingin.

NARA•||On Going Where stories live. Discover now