9.Entara

28 4 0
                                    

Hari sudah semakin larut, tapi Kara masih berbicara banyak kepada Nawa. Sedangkan Bara dan Biru sudah mengantuk, ya setelah di putuskan. Kara akan menjadi Adik perempuan mereka, jadi mereka harus menjaganya.

"Udah ayo pulang, udah larut besok kan Lo sekolah." Ujar Biru dan di akhiri uapan. Menandakan bahwa dia sudah mengantuk.

"Ih bentar lagi Bi, aku masih pengen ngomong banyak sama Nawa." Nawa tersenyum ketika mendengar jawaban dari Kara, sedangkan Bara sudah tidur dengan posisi duduk.

"Lihat tuh, Bara udah tidur, ayo pulang." Ajak Biru. Kara malah memanyunkan bibirnya.

"Pulang tau tak bilangin Papa?"

"Eh iya-iya, bentar." Dia memang tidak bisa jika harus berhadapan dengan Feno. Karena Feno sekarang adalah ayah keduanya.

"Nawa, Kara pulang dulu ya. Besok habis pulang sekolah Kara kesini lagi sama Biru sama yang lain juga. Papai Nawa, selamat malam."

"Malam juga." Jawab Nawa, Bara kemudian terbangun dari tidurnya dan duduk di samping bangsal Nawa.

Sedangkan Biru dan Kara sepanjang jalan hanya bertengkar dan adu mulut. Apakah mereka lupa jika mereka sedang berada di rumah sakit? Astaga kedua anak itu memang.

Saat mereka sampai di depan rumah sakit, Biru dan Kara terkejut ketika melihat Entara yang menatap mereka dengan tajam. Kara siang tadi sudah izin dan pulang kerumah tapi kenapa Entara marah?

"Enta, kok bisa sampai sini?"

"Pulang, kamu itu anak gadis kenapa jam segini masih keluyuran." Ujar Entara dan menarik tangan Kara.

"Jangan kasar sama adek gue." Kara menatap Biru yang tak suka dengan perilaku Entara barusan. Memang benar Entara menarik paksa Kara dari Biru, dan membuat Biru seperti itu.

"Udah gapapa kok Bi, aku pulang dulu ya. Nitip Nawa okei?" Belum menjawab pertanyaan Kara, Kara sudah ditarik oleh Entara menuju tempat parkir.

"Enta?"

"Kamu itu tau jam gk sih? Ini udah malam! Kenapa kamu belum pulang? Ibu nyariin kamu tuh di rumah, dia khwatir sama kamu! kalau tidak punya handphone setidaknya jangan pergi selarut ini!"

Kara menunduk, Arumi mengkhawatirkan dirinya? Mengapa?

"Maaf, tapi tadi aku mau pulang tiba-tiba kamu udah di depan."

"Lain kali gk usah keluar malam, di rumah aja! Ngerti!?" Kara mengangguk dan masih menunduk. Entara yang tau bahwa Kara tidak suka di bentak pun segera memeluk Kara.

"Maaf ya, aku gk bermaksud begitu, niat aku cuma gk mau buat Ibu khwatir sama kamu." Ucap Entara yang memeluk Kara dan elusan di kepalanya.

"Iya gapapa kok, aku ngerti maksud kamu." Jawab Kara, dan senyumnya mengembang ketika melihat sosok Entara yang lemah lembut padanya.

"Kenapa?"

"Gapapa."

"Kebiasaan, udah ayo pulang. Besok aku jemput ya pakek sepeda."

"Kita berangkat lebih awal bisa?"

"Bisa, besok aku jemput tuan putri ini."

"Hahaha ada-ada aja." Entara yang gemas pun mengacak-acak rambut Kara. Dan kemudian mereka segera pulang kerumah.

••••

Hari sudah pagi seperti yang di janjikan Entara kepada Kara kemarin malam, dia akan menjemput Kara lebih pagi dari biasanya.

"Selamat pagi dunia." Sapa Kara kepada Matahari yang belum muncul sepenuhnya. Kemudian Entara datang dengan sepedanya. Kara tersenyum, Arumi dan Ira juga sudah bangun.

NARA•||On Going Where stories live. Discover now