21.Broken Family 🌕✨

15 2 0
                                    

Setelah sekian Minggu Nina menunggu sidangnya dan Gio, kini dia sedang duduk di salah satu kursi dengan tangan yang gemetar. Nina setuju akan perceraian itu, dia juga tidak bisa melihat Mahesa harus di pukuli terus oleh Gio.

Dan lihatlah sekarang dia sedang duduk di Simpangnya dengan santai, dan ada satu wanita cantik di belakangnya.

"Aku pastikan kamu bakal menyesal karena perbuatan mu itu." Gumam Nina sambil melihat kearah Gio. Dan sidang pun di mulai, Mahesa tidak sendiri, dia kini juga di temanin oleh sahabat-sahabatnya, dan ada Daniel dan Dina disana.

Mahesa sangat benci dengan sosok ayahnya itu, apa lagi ketika dia mengingat dimana Nina dan Sky di pukul I seperti itu. Dia sangat benci, sangat.

Mahesa tak apa jika harus kerja banting tulang, asal dia, Nina dan Sky tidak tersakiti. Mahesa juga sudah melamar pekerjaan di beberapa Cafe dan perusahaan, dan Alhamdulillahnya nih teman-teman sekalian, Baginda Mahesa di terima di perusahaan.

Dan sekarang, Mahesa sedang fokus kepada sidang Nina dan Gio. Sky sedang duduk di samping Mahesa dengan bermain game di handphonenya.

"Sidang kami akhiri, dan keputusan hakim hakim, Bahwa Gio Pratama Putra di jatuhi hukuman penjara selama 5 tahun kedepan."

Tok...Tok...Tok...

Dan para hakim kini meninggalkan tempatnya, Nina melihat kebelakang, ada Mahesa dan Sky yang menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Nina menghampiri mereka dan memeluknya, Daniel dan Dina tersenyum melihat itu. Haikal yang tidak tahan melihat itu pun memeluk Daniel, karena apa? Terhura dia mah.

"Kita mulai dari awal lagi ya, Esa janji bakal bahagia in Mama sama Sky." Nina mengangguk, Bara dan Biru pun tersenyum dan menghampiri Mahesa.

"Gapapa sa, nanti kalau Lo kesulitan bilang aja sama kita." Ucap Biru dan di angguki oleh Mahesa, Haikalnya masih nempel di bapaknya. Karena hatinya juga sakit mendengar itu, apalagi dia mengingatkan luka di punggung Mahesa.

"Makasih ya udah bantu gue, Haikal kenapa nangis coba?" Heran Mahesa, Dina pun menghampiri Mahesa, dia tak memperdulikan Haikal.

"Udah emang dari kecil, jadi kalau kalian malu tinggalin aja besok ya kalau begitu." Ujar Dina, Haikal yang mendengar itu pun menghampiri Dina.

"Ibu ma jahat sama Haikal." Ucap Haikal yang datang sambil mengusap sisa air matanya yang tadi jatuh. Mereka semua yang mendengar itu pun tertawa, Daniel juga ikut tertawa mendengar itu.

♥♥♥♥

"Mama, Sky, sekarang kita tinggal disini ya? Maaf A'a cuma bisa sewa kontrakan kecil ini. Tapi A'a janji kalau A'a udah naik gaji, A'a bakal beli rumah untuk kita." Nina tersenyum.

"Gapapa Esa, Mama tetap bersyukur karena kita masih di beri atap untuk berteduh." Mahesa tersenyum, Sky yang dari tadi tidur di gendongan Mahesa pun terbangun.

"A, kita udah sampai ya?" Tanya Sky.

"Iya Sky, mulai sekarang kita tinggal disini. Sky gapapa kan?" Tanya Mahesa, Sky mengangguk dan melihat ada banyak anak-anak disana yang sedang bermain.

"Sky mau ikut mau sama mereka boleh?" Tanya Sky kepada Mahesa dan Nina.

"Boleh tapi mandi dulu ya? Baru main, nanti mainnya sama A'a Esa ya?" Sky mengangguk, Mahesa langsung membawa barang-barangnya kedalam dan menata nya. Mahesa ingat kontrakannya dan desa Kara tidak begitu jauh, mungkin kapan-kapan dia akan mengajak Sky untuk bermain bersama dengan Ira.

Mengingat adiknya dan adik Kara seumuran. Tapi dia juga ingat masalahnya juga belum selesai jadi mungkin butuh waktu untuk bisa bertemu dengan Kara dan Ira.

"A'a ayo, Sky sudah wangi, ayo temani Sky." Mahesa tersenyum melihat adiknya di ambang pintu dengan gemasnya.

"Iya sebentar ya? A'a mau mandi dulu, sebentar aja kok." Sky mengangguk dan masuk kedalam kamar Mahesa.

Sky menunggu di kasur milik Mahesa dan bermain game di handphonenya. Sekitar 7 menitan Mahesa sudah rapi dengan bajunya.

"Ayo Sky, hp nya bawa sini." Sky pun berdiri dan menghampiri Kakaknya itu dan segera pergi ke dapur untuk izin sang Mama.

"Adiknya dijaga ya Sa, Mama mau masak buat makan malam."

"Ya ma." Dan kemudian mereka pergi keluar dan menghampiri kerumunan anak-anak kecil yang sedang bermain, Sky pun dengan keberaniannya pun menghampiri mereka semua dan ikut bermain.

"A'a tunggu disini ya?" Sky mengangguk. Dan segera meninggalkan Mahesa di bangku yang ada disana, Sky sangat senang Mahesa yang melihat itu pun langsung memotretnya.

"Lucu banget." Ucapnya sambil terkekeh. Tak lama perhatiannya teralih ke salah satu remaja yang sedang duduk tak jauh dari dirinya. Mahesa menghampirinya.

"Ngapain Na disini sendiri?" Tanya Mahesa, itu Nawa.

"Esa ya?" Mahesa berdehem.

"Kamu kok bisa disini sa? Oh ya kemarin saya denger orang tua kamu bercerai ya?"

"Iya Na, bukannya apa ya. Tapi gue juga udah capek diginiin terus, ternyata Papa gue juga selingkuh dan dia juga manfaatin mama selama ini." Nawa tersenyum, Mahesa jadi heran kenapa Nawa tersenyum?

"Kamu jangan jadi laki-laki yang kayak gitu ya Sa, kemarin Kara bilang sama aku kalau dia itu sebenarnya gk marah sama kalian. Ya cuma Kara gk habis pikir aja sama kamu, padahal kan juga Kara gk ngelakuin itu. Kamu tau sendiri Kara bagaimana, tidak mungkin juga Kara ngelakuin itu ke dia."

Nawa diam sejenak.

"Dengan kamu nyari bukti itu seakan-akan kamu gk percaya sama Kara, tapi saya tau kamu cuma mau buktiin ke mereka semua kalau Kara itu gk salah. Tapi menurut Kara, kalian itu gk percaya sama dia."

"Dan pas waktu pertama kali kalian lihat Vidio itu, kalian langsung menjauh bahkan memang Kara yang bersalah."

"Sa, saya memang tidak bisa melihat. Tapi saya tau kalau Kara itu orang baik, dari sikap dia, cara dia bicara sama orang lain, cara pandang dia, cara dia berpikir, saya tau kalau dia itu memang benar-benar orang baik."

"Sa, jangan pernah buat orang lain merasa kecewa hanya kesalah pahaman. Itu rasanya sakit, saya tau posisi kamu sekarang tidak baik-baik saja." Mahesa dari tadi hanya diam saja mendengar ucapan Nawa.

"Saya pulang dulu Sa, pesan saya, Jangan pernah putus asa karena hidup ini berputar, ada kalanya kita di atas dan ada kalanya kita di bawah."

Nawa langsung berdiri dan berjalan meninggalkan taman itu. Mahesa menatap kepergian Nawa dengan pikiran yang tak karuan, dia bingung haru apa sekarang.

Tak ada bukti, tapi dia juga harus secepatnya membongkar semua masalah ini. Karena dia tau Kara tidak mungkin harus begini terus.

“Gue janji bakal buktiin kalau Lo gk salah Ra.”

♥♥♥♥

Heheh gimana?
Suka?
TBC

NARA•||On Going Where stories live. Discover now