Bab 03 - Obrolan Virgin?

427 44 8
                                    

yuk bisa yuk, vote dan komennya dikencengin lagi

***

"Woy! Ada anak baru, ada anak baru!" Kegaduhan terdengar dari salah seorang siswa yang masuk ke dalam kelas. Gilang tampak mengumumkan berita ini tapi hanya ditanggapi acuh tak acuh oleh beberapa anak terutama Mika yang masih sibuk dengan kikir kukunya.

"Apa sih ..."

"Cakep banget, woy! Manis nggak ada obat! Bodynya persis kayak gitar spanyol! Beuuhh!!!" Gilang tampak menunggingkan dada ke depan dan memperagakan seperti meremas kedua dadanya.

Ferdi yang selalu tertarik dengan hal-hal berbau mesum seperti itu langsung bangkit dari tidurnya dan menatap Gilang dengan mata yang menyala. "Serius lo. Kalau bener, ini buat gue."

Mika, Luna, bahkan Denis malah terlihat menggeleng-gelengkan kepala melihat kedua sahabatnya itu yang sedang menggalau tidak jelas. Bahkan, Denis langsung memasang headset Sementara teman-teman lain yang ada di kelas ini juga tampak lebih memilih duduk di meja masing-masing seperti ketakutan jika ikut menanggapi Gilang dan kawan-kawannya. Tapi tidak lama setelah itu, wali kelas datang bersama dengan seseorang gadis berkucir kuda.

"Perkenalkan, ini teman baru kalian ..."

Gadis itu tersenyum lalu mengedarkan pandangan ke segala arah. Ternyata benar apa kata Gilang, anak baru ini memang terlampau cantik. Dengan kulit putih bersih, rambut yang dikucir kuda, wajah oval dan lesung pipi di kedua pipinya semakin membuatnya menawan.

"Hai," meski agak canggung, gadis itu mengangkat tangan kanannya untuk menyapa. "Kenalin, nama aku Nadia Alantania. Biasa dipanggil Nadia kalau di rumah. Aku pindahan dari SMA Harapan di Solo."

Ferdi bersiul sambil memperhatikan kaki Nadia dari atas sampai bawah, meski kemudian tatapannya tertuju pada paha putih di balik rok seragam yang Nadia kenakan.

Sekali lagi Nadia mengedarkan pandangan ke segala arah, ada sedikit aneh ketika Nadia berhadapan dengan teman-teman di kelas ini. Tidak ada interaksi satu sama lain, kebanyakan dari mereka menunduk dan tampak tidak memerdulikannya. Situasi kelas juga terasa sedikit mencekam, berbeda sekali dengan kelima anak yang duduk di meja paling belakang.

"Oh iya, aku pindah ke Jakarta karena ..."

"Yang nanya?!" Celetukan itu terdengar dari mulut Mika. Salah satu dari kelima anak yang tadi sempat dibatin oleh Nadia. Membuat Nadia langsung terdiam lalu mengangguk pelan.

Nadia menghela napas. Saat ia menatap ke arah teman-temannya untuk yang kesekian kalinya, Nadia tidak sengaja menatap salah satu dari mereka yang juga tampak menatapnya dengan tajam. Seseorang dengan tindikan di telinga kirinya, yang mengenakan jaket hitam panjang dan sedang menyedekapkan tangannya.

Kemarau sedang panas-panasnya tapi kenapa dia pakai jaket? Batin Nadia. Dan sejak kapan sekolah boleh tindikan?!

Denis memperhatikan Nadia lagi. Gadis itu kecil, tapi sangat cantik. Mata mereka bertemu selama beberapa detik hingga Denis sedikit terhenyak ketika melihat gadis itu tersenyum ke arahnya. Senyum dengan sangat lebar hingga kedua lesung pipitnya semakin jelas terlihat dari sana.

Mika memergoki tatapan Denis, dan tanpa sadar tangannya mengepal melihat interaksi Denis dengan anak baru itu. Apa lagi saat melihat Denis malah tertunduk dan tertawa membalas senyuman itu.

Lalu setelahnya, Nadia berjalan memilih tempat duduk. Ada bangku kosong di sebelah anak perempuan bertubuh agak gemuk dan Nadia duduk di sebelahnya. "Kenalin, aku Nadia," ucap Nadia sambil berbisik karena sudah memasuki jam pelajaran.

DARI LANTAI 12Where stories live. Discover now