Bab 05 - Seorang bayi ...

428 49 5
                                    

Gaiisss, vote dan komen ya gaiiisss

***

"Tumben, hari ini pasien yang masuk ke ruang gigi cuma dua orang."

"Nggak papa, cantik. Di luar hujan gede banget, wajar aja. Tapi nggak papa. Kan aku jadi bisa lama-lamaan sama kamu." Brian mengedipkan sebelah matanya pada Siska, perawat AMKG yang setiap hari mengasisteni Brian untuk menangani pasien-pasiennya yang mempunyai masalah pada giginya.

Siska mengernyit. Panggilan aku kamu adalah sebutan menggelikan yang pernah diberikan oleh Brian. Dokter yang terkenal playboy seantero jagat rumah sakit, nyatanya mampu memporak-porandakan hati anak-anak pkl yang kadang magang karena belum tahu sifat aslinya. "Astaghfirulloh, dok. Tobat." Siska menunjukkan perutnya yang membuncit.

Brian terkekeh. "Oh iya, lupa. Kan lo sudah officially milik Pak Tentara itu, kan?" Brian mendengus kecewa. "Seandainya dulu gue nggak kalah start, mungkin yang ada di perut lo anak gue ya, Sis." Raut muka Brian menunjukkan wajah sedih, tapi tentu saja semua orang tahu kalau Brian hanya lah acting semata.

Lagi-lagi Siska menggeleng. Wajar saja anak-anak pkl sering terbawa perasaan oleh sikap Brian. Karena dari dulu, tipikal Brian memang seperti ini.

"Ian, udah ... mau berapa banyak betina yang mau lo baperin?" Tiba-tiba Willy datang dan melemparkan jas dokternya ke arah Brian.

Willy. Sesama dokter gigi yang mempunyai ruangan berbeda dengan Brian. Bedanya, Willy sekarang sedang taraf melanjutkan spesialisasinya menjadi kedokteran gigi untuk anak, sedangkan Brian, dia masih terlalu nyaman menjadi dokter gigi umum.

"Ha ha ha. Seru aja."

"Ati-ati. Nanti kalau lo beneran suka sama orang, dia nggak bakalan bisa peka karena lo keseringan bikin baper anak orang."

Brian kembali tertawa lalu menaikkan kedua bahunya.

"Udah ah, gue mau cabut."

"Cabut ke mana?"

"Si Nadia katanya mau ke gramedia nanti sore."

"Terus?"

"Ya gue anterin lah." Brian menatap ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul satu. Siftnya juga sudah selesai dan dia bisa kembali ke kosan untuk istirahat. Setelah itu, nanti sore dia bisa mengantar Nadia untuk pergi ke toko buku.

Kali ini Willy dan Siska saling tatap. Sudah sejak lama mereka mencium ada sesuatu yang aneh di antara mereka berdua.

"Wait. Jadi itu betina yang akhirnya lo seriusin?"

"Sotoy lu."

"Aneh aja. Ke betina lain biasanya lo cuma gombal doang. Tapi sama Nadia, lo lebih ke act of service."

"Service-service apaan sih?! Gue tahunya self service. Ha ha ha." Brian kemudian menatap ke arah Siska. "Iya nggak, Sis? Sering nyervice atau di-service?"

"Astaga! Ati-ati kualat, dok. Nggak takut, kalau suatu saat nanti dokter yang baper sendiri tapi nggak bisa membersamai?" celetuk Siska.

"Membersamai apaan? jangan sok puitis, ah."

Willy menghela napas. Ia kemudian melihat Brian yang melepas jasnya lalu melengang pergi. Tapi tiba-tiba, ketika Brian akan keluar dan menarik gagang pintu, ia berpapasan dengan seorang petugas farmasi yang Brian kenal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DARI LANTAI 12Where stories live. Discover now