10 Mei 2021

9 9 0
                                    

Minggu ketiga sudah SMP Cakrawala 1 kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Namun, sistemnya kali ini berbeda. Sekolah menggunakan sistem acak karena Pandemi masih berlaku.

Sekolah melaksanakan kebijakan dengan sistem acak ini yaitu, kelas 7,8,9 A KBM pada minggu pertama, keempat, dan seterusnya. Untuk kelas 7,8,9 B KBM pada minggu kedua, minggu kelima, dan seterusnya. Untuk kelas 7, 8, 9 C pada minggu ketiga, keenam, dan seterusnya.

Youra dan juga Darelio berada pada satu kelas yang sama, yaitu kelas 9C. Sebelumnya pada kelas 7 dan 8 mereka berbeda. Youra di kelas 7B dan 8B, sedangkan Lio di kelas 7C dan 8C.

Sebelumnya mereka sudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring (dalam jaringan), itu sungguh sangat melelahkan dan membosankan. Akhirnya mereka dapat kembali merasakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa, walaupun mereka dibatasi tetapi itu sudah cukup menjadi obat rindu mereka kepada teman-teman sekelas lainnya.

Youra memasuki kelas 9C yang di mana ruangannya ada di lantai satu dan bersebelahan dengan ruang kelas 9B dan Ruang UKS.

"Dor! Sendirian aja neng." Itu dia, Sherly Mahira. Dia adalah salah satu sahabat terdekatnya Youra. Sherly adalah murid pindahan dari Pondok Pesantren yang tak jauh dengan SMP Cakrawala 1 itu. Alasan ia pindah karena ia tidak ingin pergi ke Pesantren.

"Huuuh, kamu bikin kaget aja!" Youra menghembuskan nafas leganya, karena sosok yang mengejutkannya tadi itu manusia.

Sherly hanya tersenyum setelah puas menjahili Youra. "Nadine belum datang?" tanya Sherly basa-basi.

"Basa-basi nya kamu terlalu basi, ya. Sudah jelas Di sini cuma ada kita, jelas lah dia belum datang."

"Kata siapa cuma berdua?" Itu dia! Darelio, seseorang yang sangat Youra benci karena kejahilannya yang kadang membuat ia kesal.

"Ngapain tuh curut di sini?" Sherly memberikan isyarat pada Youra setelah menanyakan hal tersebut, dan Youra hanya memutar bola matanya malas.

"Kamu emangnya gak tau kalo dia sekelas sama kita!" tanya Youra.

"Sekelas? Kita sekelas sama dia?" Sherly terlihat sangat terkejut dengan pernyataan itu.

"Lah, lo ke mana aja? Dia, 'kan, sering banget nimbrung di grup kelas," jawab Youra.

"Ya aku pikir itu temennya dia, si Barra."

"Kenapa? Lo cari gue? Kangen?" Barra tiba-tiba saja muncul dari belakang Lio dan langsung meletakkan tangan kanannya itu ke pundak Lio.

"Dih, sia-sia banget kangenin orang yang gak penting!" Sherly melengos pergi begitu saja, memasuki ruang kelas 9C. Disusul dengan Youra yang kemudian Lio dan juga Barra.

"Lo gak mau duduknya sebangku sama gue?" tanya Lio setelah ia melihat Youra yang hendak duduk di kursi yang tepat paling depan dengan meja guru.

"Gue mau sama Sherly," jawab Youra.

"Sorry, Ra. Tapi aku udah sama Nadine." Sherly langsung mengatakan hal tersebut, karena semalam Nadine meminta untuk Sherly duduk dengannya.

"Kok kalian gak bilang sih sama aku?" tanya Youra.

"Bukannya gak mau bilang, Ra. Tapi Nadine waktu kelas 8 sudah duduk sama kamu, sekarang dia pengen sama aku," jawab Sherly.

Youra hanya menghembuskan nafas kasarnya. Sedangkan Lio bersorak bahagia di bangku belakang.

Jadi, satu baris itu ada di bangku pertama Youra, bangku kedua Sherly dan Nadine, di bangku ketiga Lio, dan di bangku keempat yang terakhir ada Barra.

"Di sini aja, Ra. Bareng sama gue," ucap Lio.

Youra tak memperdulikannya, dan tetap mau duduk di tempat mana ia duduk. Namun bukan Lio namanya jika dia tak menerima apa yang dia inginkan. Lio melangkahkan kakinya menuju bangku Youra dan mengambil tas Youra begitu saja.

"Gue gak mau, Lio!" Youra sudah mulai kesal. Karena ia tak bisa duduk bersama Sherly ditambah juga Lio memaksanya.

"Udah lo jangan kaya anak kecil yang apa-apa harus sama temen! Lo udah kelas 9, nanti di SMA gimana kalo gak ada mereka berdua?" Lio langsung mengatakan hal tersebut, karena ikut kesal juga melihat Youra yang seperti tak dianggap oleh teman-temannya.

Youra hanya diam dan mengekori Lio dari belakang, kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah Lio.

Youra menelungkupkan kepalanya pada meja, yang menjadikan tangan sebagai sandarannya. Youra terlihat sedang menahan rasa kesal dan emosinya agar tidak meledak.

Lio pun mengikuti apa yang di lakukan oleh Youra, namun bedanya Lio melakukan hal tersebut dengan menatap ke arah Youra. Entah kenapa itu sekarang menjadi kebiasaannya.

Pada saat mereka masih kelas 7 dan 8, Lio tidak bisa melakukan hal tersebut, karena mereka beda kelas. Namun sekarang, ia bisa melakukannya walaupun waktu mereka sudah tidak lama lagi karena akan ada perpisahan sekolah.

"Ra." Lio memanggil Youra, berharap agar Youra menjawab panggilannya itu. Namun Youra hanya diam saja tak menjawab.

"Pagi, guys!" Itu dia, Cheisya. Dia adalah murid pindahan dari Sekolah sebelah pada saat kelas 8. Dia juga sempat satu kelas dengan Lio, yaitu kelas 8C.

"Biang kerok sekelas lagi," ucap Barra yang memang dia sudah tau bagaimana sifat dan watak Cheisya itu.

Youra mengangkat kembali kepalanya itu, dan duduk seperti biasa. "Kenapa?" tanya Youra, yang mendengar ucapan dari Barra itu.

"Ga usah di peduli-in orang yang kayak gitu," ucap Lio.

"Bener apa kata Lio!" Barra menyetujui Lio.

"Lio kok duduknya sama Youra sih? Kenapa gak sama aku aja?" tanya Cheisya.

"Ngapa tuh bocah," cibir Barra.

Lio tak memperdulikan apa yang akan di lakukan oleh Cheisya.

"Jadi cewek kok gatel banget!" sindir Cheisya.

"Maksud lo apa bilang kayak gitu?" ketus Lio.

"Oh, lo mau duduk sama Lio? Boleh kok, kalo emang Lio nya mau," ucap Youra, kemudian ia langsung berdiri.

"Gue gak mau!" sergah Lio, dan langsung memegang tangan kanan Youra agar ia duduk kembali.

Nadine yang baru tiba di kelas pun hanya diam saja dan hanya memperhatikan apa yang sedang terjadi.

"Nah iya, udah lo sana aja duduk sendiri!" usir Barra.

"Ih apaan sih, Bar. Gue, kan cuma mau duduk di sini!" tutur Cheisya, dengan tangannya yang menunjuk pada kursi yang sedang diduduki oleh Youra.

Tanpa basa-basi lagi, Youra langsung berdiri kembali dari duduknya dan pergi meninggalkan keributan tersebut.

"Lo mau duduk di situ, 'kan? Duduk aja lah, sana!" pungkas Lio, kemudian ia mengambil tasnya dan Youra.

"Kalo Bu Diana masuk, bilangin gue sama Youra izin," pamit Lio pada Barra. Kemudian pergi meninggalkan kelas tersebut.

"Lain kali kalo mau caper tuh liat dulu lawannya siapa," sindir Sherly.

"Youra kok di lawan, lo yang ke banting lah! Jelas Youra bukan anak yang menye-menye kayak lo!" Nadine ikut menyindir Cheisya dengan kata-kata pedasnya itu.

"Maksud lo apa?! Nyindir gue?!" bentak Cheisya.

"Lah, kalo iya emangnya kenapa? Kan emang bener!" jelas Nadine.

"Udah! Kalian mau berantem di depan Bu Diana?" potong Barra.

Setelah itu, baik Cheisya, Sherly, maupun Nadine, ketiganya kembali diam dan bersiap untuk mengikuti mata pelajaran kali ini.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang