Kue Coklat Mama

6 6 0
                                    

"Gila tuh OSIS, bikin kulit gue item gini!" gerutu Dila dengan tangannya yang terulur mengambil sebotol air mineral di dalam kulkas kantin. Setelahnya Dila langsung duduk di salah satu kursi kantin dan meneguk airnya itu dengan kehausan.

"Lo yang namanya Youra, 'kan?" Youra yang hendak mengambil air mineral itu pun tersentak saat tiba-tiba ada seseorang yang menyebut namanya.

"Iya. Kenapa?" tanya Youra, dengan tangannya yang sudah mengambil air mineral.

"Oh iya. Saya boleh pinjem hape nya gak?" tanya Gery, yang berharap mendapat persetujuan dari Youra.

"Buat apa ya, Kak?" tanya Youra.

"Mau buat telepon hape saya. Lupa taruh." Melihat tatapan bingung dari wajah Youra pun Gery tersenyum, dan menjawabnya.

Youra yang hendak merogoh ponselnya di saku roknya pun terkejut melihat Lio yang sudah ada di belakang Kak Gery. "Pake hape gue aja, Kak. Gimana?" tanya Lio, sambil menyodorkan ponselnya yang membuat Kak Gery tersentak kaget.

Gery mendengus kesal saat aksinya itu digagalkan oleh Lio, dan pergi begitu saja meninggalkan keduanya. Tak lama Barra muncul dengan air mineral yang ada di kedua tangannya.

"Lain kali kalo ada cowok yang modus kayak gitu tuh jangan mau," ucap Lio kembali memperingatkan Youra. "Ya udah gih sana balik lagi sama temen lo tuh yang lagi melongo," ujar Lio.

Youra yang mendengar kata 'melongo' pun lantas mengalihkan pandangannya menatap ke arah Dila yang memang benar sedang melihat dirinya dan Lio dengan tatapan dan ekspresi wajahnya yang lucu.

Youra segera menghampiri Dila yang tengah duduk, dan mendudukkan dirinya di samping Dila, kemudian meminum air mineral yang ada di tangan kanannya itu.
***

Tak terasa waktu telah menunjukkan jam setengah dua siang. Matahari sudah sedikit menggelincir ke arah barat sesuai dengan porosnya, namun teriknya matahari itu tak ayal membuat Youra terasa panas dan memilihnya untuk berteduh.

Youra kini duduk tak jauh dari gerbang sekolah kampus satu. Para siswa lain banyak yang sudah pulang dengan kendaraannya masing-masing, ada yang ikut bersama teman-temannya, ada juga yang di jemput oleh orang tuanya seperti Youra kini. Ia tengah menunggu kedatangan Ayahnya yang akan menjemput ia pulang sekolah.

"Loh? Youra ngapain masih di sini? Nunggu jemputan?" Terdengar suara lelaki dari arah samping kanan Youra.

Dilihatnya seorang lelaki yang sedang duduk di atas motor dengan menggunakan helm menatap ke arah Youra. "Eh, iya ka lagi nunggu jemputan," jawab Youra.

"Mau saya anterin aja?" tanya Kak Gery menawarkan dirinya pada Youra.

Youra langsung menggeleng. "Gak, Kak. Gak usah, nanti ngerepotin," jawab Youra. "Sebentar lagi juga Ayah dateng." Youra mencoba menolak ajakan Kak Gery dengan baik.

Tin! Tin!

Suara klakson motor terdengar nyaring mengganggu obrolan dari keduanya. Terlihat cowok dengan seragam sekolah putih abu dan memakai badge sekolah yang sama dengan keduanya. Ia berhenti tepat di depan keduanya, dan mematikan mesin motor sport merah miliknya itu. "Ra, kata Om Zayyan gue di suruh anterin lo pulang," ujar Lio setelah ia membuka kaca pada helm full face nya.

"Kata Om Zayyan tadi lo di telpon gak di angkat-angkat," ucap Lio lagi, melihat mimik wajah bingung Youra.

Youra mengangguk. "Emang Ayah nya kenapa gak bisa jemput gue?" tanya Youra.

"Dia katanya ada urusan mendadak, dan pulangnya nanti sore." Lio menjawab apa adanya. "Ayok pulang," ajak Lio.

Youra lantas bangun dari duduknya. "Kak gue pulang duluan ya, makasi atas tawaran yang tadi," ucap Youra pamit pada Kak Gery.

"Lah, ternyata dari tadi ada orang! Gue kira setan. Kan biasanya kalo ada cowok sama cewek berduaan, yang ketiganya setan." Lio pura-pura tak melihat keberadaan Gery.

Senyum Lio terlihat dengan jelas bahwa dirinya telah mengejek Kakak kelasnya itu. Sedangkan Gery tak bisa berbuat apa-apa karena di antara keduanya kini ada Youra. "Sorry, ya, gak liat! Mukanya burem soalnya gak keliatan." Lagi dan lagi Lio mengejek Gery yang sudah terlihat wajah Gery yang merah padam menahan amarahnya.

Youra tak ingin keduanya semakin sengit saling bertatapan tak suka, ia berinsiatif untuk segera naik ke atas jok motor Lio setelah ia mengenakan helm yang di berikan oleh Lio padanya. "Gue duluan, Ka," ucap Youra berpamitan.

Gery hanya bisa melihat keduanya yang sudah semakin menjauh membelah jalanan dan ditelan oleh banyaknya kendaraan di belakangnya.
***

Lio mengendarai sepeda motornya itu menuju rumahnya. Hari ini ia berniat untuk mengajak Youra ke rumahnya karena permintaan dari Mama tersayangnya. Kata Mamanya begini. "Mama kangen udah lama gak ketemu sama Youra, boleh ajak dia ke rumah gak nanti setelah pulang sekolah?"

"Tadi ngobrol banyak sama Gery?" tanya Lio setelah ia dan Youra berjalan memasuki kediaman Lio.

"Gak kok, dia cuma ajakin pulang bareng aja," jawab Youra. Sementara itu Lio hanya mengangguk mendengar jawaban dari Youra.

"Emangnya tadi Ayah ada bilang ke lo buat jemput gue?" Youra bertanya demikian pada Lio.

"Tadi tuh sebenernya Om Zayyan gak nyuruh gue buat jemput lo. Tapi gue yang minta izin ke dia buat ajak lo ke rumah gue karena di suruh Mama," jelas Lio menjawab pertanyaan Youra.

"Youra. Mama kangen banget sama kamu, sayang," ucap Mama yang tiba-tiba saja sudah ada di depannya dan memeluknya dengan erat.

Youra membalas pelukan tersebut. "Youra juga kangen sama Mama," jawabnya.

"Gini nih kalo bawa Youra ke rumah. Berasa gue anak pungut," gerutu Lio, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi ke lantai dua menuju kamarnya.

"Kita makan dulu yuk," ajak Mama memeluk pinggang Youra dengan tangannya, berjalan menuju dapur.

"Youra setiap ke sini makan terus, ya." Youra terkekeh, setelah mengingat terakhir kali ia ke sini menghabiskan banyak makanan.

Mama tersenyum geli mendengarnya. "Gak-papa, Sayang. Lagian kan Mama yang nyuruh kamu buat main ke sini. Kamu di sini posisinya sebagai tamu yang di undang langsung sama Mama, jadi ya Mama jelas harus melayani tamu mama yang cantik ini," jawab Mama dengan tangannya yang terus sibuk mengambil potongan kue.

"Ini kue coklat buatan mama sendiri. Mama siapin kue coklat ini khusus buat kamu." Mama menyendok kue coklat itu. Sementara Youra mengangguk dengan semangat diiringi dengan senyumannya yang manis. "Kamu suka coklat, 'kan?" tanya Mama, tangannya yang terulur untuk menyuapi Youra.

"Lio mau dong kue nya," ucap Lio yang kembali ke dapur dengan pakaiannya yang sudah ia ganti.

"Kamu ambil sendiri aja sana," jawab Mama pada Lio, yang terus saja memperhatikan dan menyuapi kue coklat itu pada Youra.

Lio hanya bisa mendengus kesal. "Lupa sama anak kalo udah bawa Youra ke rumah," gerutu Lio kemudian ia mengambil sendiri kue coklat yang ia inginkan.

"Kan Youra juga anak Mama. Iya, 'kan, Sayang?" Youra hanya mengangguk dengan semangat, karena mulutnya yang sudah penuh oleh kue coklat yang di buat Mama.

"Enak banget Ma kue nya," ucap Youra dengan mengacungkan kedua jempol tangannya tepat di depan Mama. "Kalo gitu nanti setiap kamu ke sini, Mama bakal bikin kue coklat terus buat kamu," ujar Mama yang kemudian di balas anggukan semangat dari Youra dengan senyumnya yang terus tercetak jelas.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang