Dia Bukan Darelio Ku

2 4 0
                                    

Pada jam istirahat pertama, kali ini Youra dan teman-temannya memutuskan untuk pergi ke kampus dua untuk melakukan praktek yang telah diperintahkan oleh guru produktif nya. Karena Youra dan teman-temannya itu pergi pada saat jam istirahat, maka ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan terlebih dahulu.

Tepat pada saat dirinya di lorong menuju perpustakaan, manik matanya melihat ada Lio yang berjalan seperti hendak menghampirinya. Namun ketika Youra terus memperhatikan Lio yang mulai mendekat, ternyata Lio melewati dirinya begitu saja tanpa meliriknya sedikitpun.

Youra yang tadinya berniat untuk menyapa sahabatnya itupun ia urungkan. Beberapa pertanyaan muncul dalam pikirannya. Seperti, 'Dia kenapa?', 'Apa dia ada masalah?', 'Atau dia gitu gara-gara semalam aku tutup teleponnya, ya?', 'Tapi aku sebelumnya udah izin juga buat tutup teleponnya', 'Tapi sewaktu kita teleponan dia ada bilang jangan ditutup dulu', 'Tapi kenapa, ya?', 'Ah mungkin itu cuma perasaan aku aja', 'Tapi kalo emang dia lagi kenapa-kenapa gimana?', 'Aku harus apa?'

"Ra, bukannya tadi itu Lio? Dia kok tumbenan banget ga nyapa lo?" tanya Dila yang ada di samping kiri Youra. Youra hanya diam saja tak menjawab pertanyaan dari Dila. Jelas ia pun tak tahu apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu.

"Lio? Anak TJKT itu? Lo kenal, Ra?" tanya Arsila. Arsila atau yang biasa disebut Lala ini adalah salah satu dari ketiga temannya Youra. Mereka berempat dekat pada saat mereka mendapatkan tugas kelompok. Youra hanya menganggukkan kepalanya saja menjawab pertanyaan dari Lala.

"Kalian deket?" Dan yang satu lainnya yaitu Daiva, dia adalah yang paling pintar dari keempatnya. "Kayaknya bukan deket lagi, deh. Lio waktu masih MPLS udah kayak ngejar Youra gitu." Yang menjawab pertanyaan dari Daiva yaitu Dila.

"Emangnya dia anjing bisa ngejar?" Lala langsung menyerobot bilang demikian. Youra tak memperdulikan teman-temannya itu dan langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan teman-temannya itu masuk ke dalam perpustakaan.

"Lah, Ra?!" teriak Lala, dan Dila juga Daiva buru-buru mengikuti langkah Youra masuk ke dalam perpustakaan.

Begitu Youra masuk ke dalam perpustakaan, ia langsung pergi ke deretan rak buku yang menjulang lebih tinggi dari tubuhnya. Dirinya mengambil beberapa buku, kemudian ia tumpuk menjadi satu dan meletakkannya di lantai.

Youra merebahkan tubuhnya, dengan tumpukan buku sebagai bantalannya. Ia ingin mengistirahatkan dirinya beberapa menit sebelum ia masuk ke laboratorium untuk melakukan praktek.

Beberapa posisi tidur telah ia lakukan, namun kantuk itu tak kunjung hadir. Ia memikirkan Lio yang tadi entah mengapa bersikap demikian. Youra mengusap-usap wajahnya frustasi. "Lagian aku gak salah apapun ke dia!" batinnya.

Dila, Lala, dan juga Daiva yang melihat apa yang di lakukan oleh salah satu temannya itu pun tak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya Youra memang selama ini tak pernah cerita apapun pada teman-temannya itu, termasuk pada Dila yang memang mereka berdua sudah akrab sedari masa MPLS.

Waktu jam istirahat telah habis, suara bel masuk untuk pelajaran yang akan di mulai itu pun berbunyi. Youra yang benar-benar merasa terganggu dengan apa yang ia pikirkan pun sampai tak dapat tertidur saat sebelumnya ia sudah berniat untuk mengistirahatkan dirinya di perpustakaan.

Pelajaran pun di mulai dengan berdirinya Bu Rena sebagai guru produktif di jurusan Manajemen Bisnis. Bu Rena memaparkan dengan sangat jelas apa yang akan dipraktekkan kali ini oleh para muridnya. Memberikan beberapa contoh apa saja yang harus di kerjakan dengan detail tanpa kekurangan apapun.

Di sisi lain, Youra terlihat diam saja dan matanya fokus ke depan. Namun bukan untuk memperhatikan apa yang disampaikan oleh Bu Rena, melainkan melamunkan kejadian yang baru saja terjadi padanya tadi pada saat jam istirahat, yang berpapasan dengan Lio. Fokus Youra benar-benar telah teralihkan oleh sahabatnya itu.

"Ra, Youra. Ra!" panggil Dila dengan menyenggol lengan Youra.

"Hah?" Begitu ia disenggol oleh Dila, baru tersadar dari lamunannya itu, dan menatap ke arah Dila yang ada di samping kirinya.

"Itu Bu Rena dari tadi panggil-panggil lo terus," bisik Dila.

Seisi kelas memperhatikan ke arah Youra yang terlihat tidak fokus akan pelajaran kali ini. "Kamu mikirin apa sih, Nak? Mikirin jemuran di rumah? Atau mikirin jam pulang? Masih pagi loh ini!" sindir Bu Rena pada Youra, yang membuat dirinya diam tak dapat berkata apapun.

"Bisa paparkan apa saja yang tadi Ibu jelaskan?" tanya Bu Rena pada Youra.

Materi kali ini adalah Microsoft Word. Youra yang memang merupakan seorang penulis, ia sudah terbiasa menggunakan Microsoft Word tersebut pun dapat menjelaskannya dengan mudah tanpa ada pertanyaan lagi dari mulut Bu Rena.

"Jadi yang tadi Bu Rena sampaikan itu penggunaan atau manfaat dari macam-macam menu bar atau ribbon. Ribbon sendiri yaitu menu bar yang berisi segala macam icon. Pada Microsoft Word sendiri terdapat delapan toolbar yaitu tab home, tab insert, tab design, tab page layout, tab references, tab mailings, tab review, dan tab view. Yang pertama akan saya jelaskan pada tab home terlebih dahulu, pada tab home terdapat tujuh grup tab home yaitu clipboard, font, paragraph, styles, editing, text, dan yang terakhir symbols. Yang di mana dari keseluruhannya ada manfaatnya tersendiri, yaitu—"

Saat Youra hendak menjelaskan kembali apa yang di tanyakan sebelumnya oleh Bu Rena, Bu Rena lebih dulu memotong dari penjelasan Youra. "Udah-udah, sekarang kamu fokus lagi ke depan dan pikirannya jangan dulu ke yang lain!" ucap Bu Rena, yang kemudian ia kembali menjelaskan apa yang akan ia sampaikan pada murid-muridnya.

Sedangkan Youra kembali duduk pada kursinya, dan sekarang ia fokus pada penjelas dari Bu Rena. Ia mungkin sudah tahu, tapi mungkin saja ada beberapa yang terlupakan atau bahkan ada yang belum terjamah olehnya, jadi ia memperhatikan penjelasan Bu Rena dengan seksama dan mengalihkan pikirannya pada mata pelajaran ini tanpa memikirkan Lio lagi.

Saat Youra sudah keluar dari ruang laboratorium, ia melihat ada Lio dan juga Barra yang tengah duduk di antara anak tangga lantai dua. Ia sudah hafal dengan apa yang di lakukan oleh Lio juga teman setianya itu. Pasti mereka berdua izin ke toilet untuk buang air kecil, namun malah belok ke kantin dan berakhir di tangga untuk hanya sekedar mengobrol menghindari ocehan guru di dalam kelas, seperti sekarang ini.

Youra berniat menghampiri Lio, namun dari kejauhan ia melihat ada seorang perempuan yang dahulu menghampiri Lio dan juga Barra yang tengah asyik mengobrol itu. Youra tak bisa begitu melihat ekspresi apa yang di berikan Lio pada perempuan tersebut, karena Lio terhalang oleh tubuh perempuan itu yang tengah berdiri menghadap Lio.

Sepertinya perempuan itu memberikan sesuatu pada Lio, entah apa itu Youra tak tahu. "Hei! Ngapain ngelamun di sini?" Daiva menepuk pundak Youra pelan. "Ayok balik lagi ke kampus satu, Pak Jonny udah nungguin di kelas," ucap Daiva lagi.

Youra hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya saja, dan tak berkata apapun lagi yang kemudian pergi dari sana untuk kembali ke kampus satu, mengikuti mata pelajaran Pak Jonny yaitu bahasa Inggris.

Di sisi lain, Lio melihat dan memperhatikan Youra sedari tadi dari tangga. Yang kemudian pandangan Lio beralih pada sepucuk kertas yang ada di tangannya, pemberian dari perempuan tadi.

It's Me!Onde histórias criam vida. Descubra agora