Bab 56 𓋼𓍊

23 7 45
                                    

Setelah dua tahun tidak berkecimpung dalam urusan kantor, kini pertama kalinya Zian akan kembali untuk pekerjaan yang menunggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dua tahun tidak berkecimpung dalam urusan kantor, kini pertama kalinya Zian akan kembali untuk pekerjaan yang menunggunya. Selepas beberapa bulan hanya duduk di kursi roda, beberapa bulan selanjutnya pula pria itu belajar kembali jalan seperti biasanya.

Zian duduk pada kursi kayu di lahan tempat menanam sayur yang sekarang telah alih fungsi menjadi sebuah taman kecil. Dikelilingi beberapa tanaman hias yang dirawat oleh Belva. Rasa rindu terhadap kabar kekasihnya membuat Zian seakan sudah mati rasa terhadap perempuan. Meski usianya hampir dua puluh tujuh tahun, Nai Nai yang selalu memaksa pria itu untuk segera menikah dengan Mazira, tetapi Zian tak ingin memikirkan pernikahan.

Belva datang dari dalam rumah membawakan seteko es teh manis dengan beberapa biskuit tawar. Berjalan dengan tampan di tangannya, Belva ingin sekali melihat kakak angkatnya serta tuannya itu kembali tersenyum seperti sedia kala. Semenjak Zian siuman dari koma, pria tersebut tidak pernah tersenyum sama sekali terhadap apapun. Bahkan salah satu hobinya-menanam sayur itu tidak lagi ia gemari.

"Kak Zi, cuaca yang panas gini minum yang seger enak," ucap Belva sembari meletakkan nampan di meja.

Zian tidak menoleh, ia justru malah melontarkan pertanyaannya. "Menurutmu, bagaimana kita akan mengembalikan beberapa pengeluaran perusahaan yang tidak sesuai dengan rancangan. Jauh dari kata pas."

Belva mengembuskan napas pelan, pria itu tidak tidak berekspektasi kalau Zian akan langsung mempertanyakan kejanggalan terhadap kejadian yang baru saja terjadi di perusahaan. "Pak Tomoyama sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan besar, di dalam maupun di luar. Saya kemarin juga menemui beberapa pihak perusahaan yang menjalin kontrak kerja sama. Jika berjalan lancar, maka semuanya akan baik-baik saja seperti dua tahun lalu ketika kak Zi yang mengambil alih."

"Kita harus buat rencana ini berhasil." Zian mengambil gelas kaca kosong lalu menuangkan teh dingin dalam teko.

Baru saja meneguk satu seruputan, Zian meletakkan kembali gelas yang ada di tangannya. Hal ini dikarenakan Nai Nai dan Mazira berjalan mendekat ke arahnya. Kedua wanita tersebut menggunakan high heels dengan warna senada. Nai Nai lebih dahulu berucap pada putranya.

"Mama mau pergi shopping bersama calon menantu. Mama akan pulang sedikit petang. Mazira, Tante tunggu di mobil, ya."

"Iya, Tante." Mazira mendekati Zian, dirasa ada sedikit tempat di kursi panjang yang diduduki oleh Zian, wanita tersebut langsung mengambil bagian. Sebab ia rasa, tubuhnya yang ramping itu muat.

Mazira merangkul erat lengan Zian. "Zian, aku tidak sabar menunggu waktu kalau kita sudah menikah nanti, setiap sore kita akan duduk di sini. Bersantai sambil menikmati senja. Aku tidak minta yang aneh-aneh, sesuatu yang sederhana ini dapat membuatku bahagia."

Zian melepas rangkulan erat Mazira di lengannya. "Kau sudah ditunggu oleh mama. Segera ke sana."

"Setidaknya kamu beri ucapan dulu padaku, apakah kamu nggak ngerti? Hampir setiap hari di tahun ini aku menyempatkan waktu untuk mengunjungimu, merawatmu juga, kamu masih belum peka?" Mazira membuang napas kasar. "Tidak mengapa, sebentar lagi, saat kita sudah menjadi suami istri kamu akan memahami aku. Aku pergi dulu, Sayang." Wanita itu pergi menyusul Nai Nai.

Jejak si Meow [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang