1

19 3 7
                                    

Hallo semua, ini first time aku nulis. Udah pernah nulis sih sebenarnya, tapi itu cerpen. Sekarang aku pengen nulis sebuah novel sampai selesai.

Karena ini pertama kalinya aku nulis di sini, jadi aku minta maaf kalo nantinya banyak kesalahan dalam penulisan. Aku ga terlalu mahir soalnya, tapi aku pengen mengasah kemampuan menulis ku.

Semoga kalian suka dengan ceritaku. Jangan lupa vote dan komen bila ada kesalahan atau typo ya.

Kalian bisa panggil aku Ge🐱

Happy reading 🧚🧚

***

Lintang Aruna. Gadis dengan sejuta bakat dan kepintaran yang dia miliki. Hal itu, tidak membuatnya menjadi sombong atau menjauh dari orang-orang. Aruna didekati banyak orang, sikapnya yang humoris dan sering tersenyum itu membuat siapa saja betah berada di sisinya. Tapi, ada satu julukan yang paling melekat pada dirinya. Dia dijuluki si anti romantic.

Sekarang Aruna sudah duduk di bangku SMA kelas 11. Artinya, sekarang dia sudah menginjak usia 16 tahun, dimana dia tidak pernah sekalipun memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Ketertarikan yang di maksud adalah rasa suka atau cinta. Bukan berarti Aruna tidak normal. Dia juga tidak tertarik dengan sesama jenis alias perempuan. Hanya saja, mungkin dia memang belum bertemu seseorang yang mampu membuatnya berdebar-debar.

Aruna tidak pernah pacaran semasa hidupnya. Dari lahir hingga sekarang. Mungkin banyak orang di luar sana juga mengalami hal yang sama, bahkan umurnya sudah jauh daripada Aruna. Tapi, konteks nya di sini adalah Aruna bahkan tidak memiliki ketertarikan. Rasa cinta, dia belum pernah merasakannya.

Padahal mau dibilang, dia memiliki sahabat yang sangat berpengalaman dalam hal percintaan. Tapi, Aruna lebih notabenenya tidak pernah pacaran, lebih ahli soal menasehati orang pacaran. Keuntungan membaca novel.

Aruna adalah anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara. 3 saudaranya yang lain adalah laki-laki. Dua Kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Usianya dan kedua kakak hanya terpaut 3 tahun, sementara dengan adiknya 7 tahun. Cukup jauh memang.

Mungkin karena semua saudaranya laki-laki, membuat Aruna juga kadang-kadang bersikap seperti laki-laki. Karena sudah terbiasa sejak kecil bermain dengan para kakaknya.

"Na, beliin gue sabun cuci motor dong di minimarket." Aruna yang sedang duduk sambil bermain ponsel perlahan menoleh ke arah kakak keduanya yang datang sambil memberikan selembar uang berwarna ungu.

Aruna menatap malas kakak keduanya itu. "Punya kaki bisa jalan sendiri ga?" Jeri, kakak kedua Aruna menatapnya tajam.

"Tinggal pergi beli aja apa susahnya sih?" Aruna menatap malas Jeri yang sudah melempar uang itu kepadanya.

"Na, beliin kecap dong." suara teriakan dari dapur terdengar.

"Tuh, sekalian beli kecap buat mama." suruh Jeri. Aruna mendengus. Dia mematikan ponselnya kemudian berjalan ke dapur mengambil uang dari sang mama dan segera pergi ke minimarket di depan komplek perumahannya, menaiki sepeda miliknya.

Sesampainya di sana, Aruna memarkirkan sepedanya kemudian masuk ke dalam minimarket.

Setelah selesai mengambil barang belanjaan, Aruna berjalan menuju kasir untuk membayar barang miliknya. Saat sampai di sana, alisnya berkerut saat orang di depannya tidak pergi juga. Dia pun menoleh ke samping agar dapat melihat apa yang terjadi.

Ternyata, uangnya tidak cukup untuk membayar belanjaannya. Aruna mendengus. Dia segera maju dan memberikan belanjaannya.

"Sekalian bayar kekurangan barang punya dia mbak." ujar Aruna. Kasir langsung mengangguk dan segera menghitung harga barang milik Aruna. Setelah selesai, Aruna mengambil uang kembalian dan segera keluar dari minimarket tanpa memperdulikan pria di sampingnya yang sedari tadi terus menatapnya.

Anti Romantic Where stories live. Discover now