4

3 2 0
                                    

Hallo ketemu lagi di chapter empat. Mohon vote dan komennya (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

Happy reading 🧚🧚

***

Aruna bersiap-siap akan pulang. Beberapa siswa sudah keluar dari kelas. Setelah semua bukunya sudah masuk ke tas, Aruna segera berjalan keluar dari kelas.

Gadis itu berjalan di koridor sambil memakai earphone di telinganya. Mahesa baru saja keluar dari ruang guru. Dia tadi di panggil oleh wali kelas mereka untuk keperluan kelas dan lainnya. Saat berjalan di koridor hendak pulang, matanya tak sengaja menangkap Aruna yang sedang berjalan menuju pintu gerbang juga.

Senyumnya langsung mengembang dan berlari kecil mengikuti Aruna.

"Na," Aruna menoleh ke samping saat pundaknya di tepuk.

"Oh, Lo. Kenapa?" tanya Aruna sambil melepaskan sebelah earphone nya.

"Lo pulang naik apa?" tanya Mahesa. "Angkot." jawab Aruna seadanya.

"Bareng gue aja, gue bawa motor. Biar sekalian gue traktir buat balas budi kemarin malam." ajak Mahesa.

"Ga usah deh, gue naik angkot aja." tolak Aruna. Dia lebih suka naik angkutan umum daripada naik motor.

Mahesa terdiam. Dia kemudian mengangguk mengerti. "Trus, kapan gue bisa traktir Lo?" tanya Mahesa.

"Lo ga perlu traktir gue. Lagian, semalem cuman kurang 5 ribu doang. Ga perlu diganti." ujar Aruna.

"Ga boleh, 5 ribu juga uang. Gue ganti, jadi kapan gue bisa traktir Lo?" tanya Mahesa lagi. Aruna menghembuskan nafasnya berat. Mahesa ini, benar-benar pemaksa ya.

"Kapan-kapan deh." jawab Aruna asal. Dia juga tidak tau kapan itu.

"Yaudah minta nomor Lo, biar nanti Lo bisa tentuin waktunya." Mahesa menyodorkan benda pipih di tangannya itu ke arah Aruna.

Aruna awalnya diam. Melihat ke arah benda pipih itu dan Mahesa bergantian. Namun perlahan, dia mulai mengambil ponsel Mahesa. Mengetik nomornya di sana, kemudian mengembalikannya kembali pada Mahesa.

Mahesa menyungging senyum begitu melihat nomor Aruna yang sudah tersimpan di ponselnya. Dia kemudian segera mengirim pesan pada Aruna.

"Gue udah kirim pesan, nomor baru itu punya gue. Jangan lupa di simpan." ujar Mahesa. Aruna mengangguk mengerti.

"Gue kesana ya, motor gue di parkir di sana." setelah itu, Mahesa pergi dari sana. Ternyata tanpa Aruna sadari, mereka sudah sampai di halaman luar sekolah.

Aruna kemudian melihat ke arah Mahesa yang pergi sambil melambaikan tangan ke arahnya. Dia kemudian kembali memandang ke depan pagar kemudian keluar dari lingkungan sekolah.

Tidak butuh waktu lama, angkot datang. Aruna segera naik dan pergi meninggalkan lingkungan sekolah.

***

"Aku pulang," Aruna membuka sepatunya. Meletakkannya di rak sepatu kemudian masuk ke dalam rumah.

"Na, abis makan langsung cuci piring ya. Abis itu beresin pakaian yang baru mama angkat. Setrika trus lipat masukin di lemari. Mama sama adek mau keluar bentar." ujar Sinta.

"Iya ma," Aruna kemudian naik ke kamarnya. Dia segera mengganti pakaiannya dengan kaos dan celana kain pendek. Rambutnya dijepit menggunakan jepitan rambut.

Setelah selesai makan, dia segera mencuci piring. Kemudian, menyetrika baju, melipat dan memasukkannya ke dalam lemari.

Selesai itu, Aruna naik ke kamarnya. Dia kemudian membuka laptop miliknya. Menyelesaikan apa yang belum ia selesaikan. Tangannya bergerak di atas tut keyboard sementara tangannya yang satu menggerakkan pena.

Anti Romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang