3

6 3 0
                                    

Hallo, berjumpa lagi di chapter ketiga. Mohon dukungannya dengan vote dan komen ya (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

Happy reading 🧚🧚

***

Bunyi bel istirahat berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelas. Aruna juga sudah bersiap-siap keluar dari kelas.

"Na, kantin yuk." ajak Gledis. Aruna mengangguk. Dia berdiri dari tempat duduknya keluar kelas bersama teman-temannya. Mahesa, awalnya ingin berbicara dengan Aruna. Namun, Marsel salah satu teman sekelas Aruna langsung merangkulnya.

"Anak baru, kantin yok." ajak Marsel. Mahesa menoleh ke arah Marsel. Di sana juga sudah ada Aldo dan Reno.

"Namanya Mahesa bukan anak baru. Panggil Esa." ujar Reno. Kebiasaan Marsel suka bolos pelajaran pertama. Entah apa yang di lakukan anak itu. Jadinya ga tau nama kan.

"Oh Esa. Ke kantin ayok." ajak Marsel lagi. Aldi yang melihat itu hanya membuang nafas berat.

"Sa, mau ke kantin ga?" ajak Aldi. Mahesa mengangguk sambil menyungging senyumnya. Mereka bertiga kemudian pergi menuju kantin.

***

Kini, mereka berempat sudah duduk di salah satu meja kantin. Para lelaki itu sudah memesan makanan mereka masing-masing dan kini mulai menyantapnya.

"Aruna itu-" mengucapkan mama Aruna, membuat ketiganya menoleh ke arah Mahesa.

"Aruna kenapa?" tanya Aldi. Esa mengalihkan pandangannya dari tempat Aruna duduk ke arah ketiga teman sekelasnya itu.

"Anaknya gimana sih?"

"Pinter," jawab Marsel cepat. Dia bahkan menelan dengan cepat nasi gorengnya demi menjawab pertanyaan Mahesa.

"Humoris." jawab Reno.

"Asik." giliran Aldi yang berkomentar. Selama dia berteman dengan Aruna, gadis itu sangat asik dan nyambung dengan leluconnya.

Mahesa terdiam mendengar ucapan teman-temannya. "Ga ada yang bilang cantik?" tanya Mahesa. Hal itu sontak membuat ketiganaya melihat ke arah Mahesa.

"Aruna emang cantik, tapi-"

"Tapi apa?"

"Daripada cantik, Aruna lebih menarik. Kalo mau di lihat, banyak cewe di sekolah ini yang lebih cantik dari Aruna. Tapi yang semenarik Aruna itu, jarang." jelas Aldi.

"Betul, tu anak menarik banget buat semua orang. Siapapun yang pertama kali ngeliat dia, pasti bakal langsung tertarik pengen kenal sama dia. Padahal, kalo di tempat umum mukanya judes banget. Tapi ada aja yang minta kenalan." sambung Marsel.

"Di sekolah ini, Aruna lebih di kenal cewe menarik daripada cewe cantik. Rangking 1 umum dari kelas 10. Masuk ke sekolah dengan skor tertinggi. Tapi anaknya ga keliatan culun dan penyuka belajar. Tapi ga pernah remedial. Siapa yang ga tertarik coba?" Reno menambahkan.

"Eh, tapi selain menarik ada satu lagi julukan Aruna di sekolah ini." sahut Aldi. Mahesa mengerutkan keningnya.

"Apa?" tanya Mahesa.

"Si anti romantic." Jawab ketiganya bersamaan. Mahesa mengerutkan keningnya. Apa maksudnya?

"Bukan ga suka liat orang pacaran. Tapi dia selalu tolak cowok-cowok yang nembak dia. Jawabannya selalu sama, orang asing atau karna ga ada perasaan lebih. Biar gitu, tetep ada aja yang nembak dia. Ga kapok emang mereka." jelas Aldi.

"Tapi, manusia ga ada yang sempurna kan? Dia juga punya kekurangan." sahut Reno. Kini, Mahesa kembali mengerutkan keningnya.

"Kekurangan?" tanya Mahesa. Reno mengangguk.

"Dia pelupa banget. Pensil yang dia tusuk di rambutnya aja, beberapa menit udah lupa dia. Sampe kelimpungan nyari dimana pensilnya." ujar Reno.

"Ngakak banget sih pas itu." timbal Marsel. Di saat itu, Aruna terlihat sangat kewalahan mencari pensilnya. Padahal, pensil itu ada di rambutnya.

"Ada lagi. Lo berdua inget pas dia nanya di mana penghapus papan tulis, padahal itu ada di tangannya." sahut Aldi. Mahesa kaget Aruna tidak terlihat seperti orang yang pelupa.

"Separah itu?" Ketiganya mengangguk serempak. Melihat betapa kompaknya mereka, berarti memang separah itu.

"Ya, itu baru dua dari sekian banyak yang terjadi." ujar Aldi.

"Yang gue takutin, kalo dia bener-bener punya pacar yang ada baru pacaran dia udah lupa kalo punya pacar." ujar Marsel. Hal itu membuat mereka tertawa.

"Ghibahin gue ya, Lo pada?" Mereka berempat langsung diam sambil menoleh ke arah suara. Di Sana, Aruna bersama dengan Gledis dan Chika sedang berdiri.

"Eh Na, kaga. Nih, Esa nanya-nanya tentang Lo. Kita bertiga sebagai teman yang baik, bantu kasih tau." ujar Marsel. Aruna menatap ke arah Mahesa. Mahesa juga turut beradu tatapan dengan Aruna.

"Kenapa nanya-nanya soal gue?" tanya Aruna. Mahesa mengangkat bahunya.

"Sebagai murid baru, gue harus lebih kenal sama temen sekelas kan? Ga boleh ya?" Tanya Mahesa santai. Aruna diam lalu menganggukkan kepalanya. Tidak ada salahnya menjadi dekat dengan teman sekelas.

"Boleh-boleh aja." ujar Aruna. Mahesa kemudian tersenyum. "Awas aja Lo pada cerita yang ga bener. Gue cincang." ancam Aruna. Aldi, Marsel dan Reno mengangguk sambil mengacungkan jempol mereka.

"Aman Na," sahut Aldi.

"Duluan ya guys," pamit Gledis. "Yoi," balas Reno. Ketiga gadis itu lalu pergi meninggalkan kantin.

***

"Esa itu, ganteng banget ga sih?" ujar Gledis. Aruna menoleh ke arah Gledis yang senyam-senyum sendiri.

"Kenapa Lo?" tanya Aruna.

"Lo liat ga tadi, senyumnya Esa. Ganteng banget ga sih dia? Bentuk mukanya itu loh." ujar Gledis terus memuji Mahesa.

"Semua cowok juga Lo bilang ganteng." cibir Chika. Gledis tidak peduli dan terus membayangkan wajah tampan Mahesa sambil senyam-senyum.

Aruna menggeleng kepalanya. Sudah biasa, Gledis memang suka sekali dengan pria tampan.

"Menurut Lo, dia ganteng ga Na?" tanya Gledis. Aruna mengangguk. "Ganteng. Semua laki-laki kan emang ganteng." ujar Aruna. Gledis mendengus. Jawaban klasik.

"Ga seru jawaban Lo Na. Ga ada bedanya sama cowok-cowok yang lain." ujar Gledis.

"Kan, semua cowok emang ganteng. Semua laki-laki diciptakan ganteng sementara semua perempuan di ciptakan cantik." jelas Aruna. Dia tidak terlalu tau spesifiknya orang ganteng dan cantik itu seperti apa. Semuanya dianggap sama.

"Iya deh," Gledis sudah pasrah. Mau bagaimanapun, apa yang bisa diharapkan dari si anti romantic Aruna? Tak terasa, mengobrol sambil berjalan menuju kelas membuat mereka tidak sadar bahwa sudah sampai di depan pintu kelas. Mereka lalu masuk ke kelas.

11/12/2023

tbc 🧚🧚

Chapter ini agak pendek ya, soalnya ga nyampe 1000 kata. Tapi semoga kalian suka.

Jangan lupa vote dan komennya. Sampai ketemu lagi di chapter berikutnya 😸

Anti Romantic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang