2

6 3 0
                                    

Hallo, chapter kedua nih. Mohon vote dan komennya (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

Happy reading 🧚🧚

***

Besok paginya, Aruna sudah siap dengan seragam miliknya. Setelah selesai, dia keluar dari kamarnya untuk sarapan.

"Ma, seragam abang mana ya?" tanya Jeri. Sinta mendengus mendengar pertanyaan putra keduanya itu. Selalu saja mengandalkan orang lain, dari malam tidak di siapkan pagi hari baru ribet sana-sini cari.

"Liat di lemari atas," ujar Sinta yang sedang mengolesi selai di roti untuk Narel, adik bungsu mereka.

"Ga ada!" teriak Jeri.

"Awas aja kalo sampe mama cari ketemu, mama sobek seragam kamu." ujar Sinta.

"Iya-iya, ini ada." sahut Jeri. Sinta menggeleng kepalanya pelan. Narel tertawa melihat kejadian di pagi ini. Sementara, Aruna sudah duduk sarapan dari tadi sambil melihat materi di ponselnya.

"Papa kemana?" tanya Aruna. Sinta menoleh ke arah putrinya itu.

"Udah berangkat tadi, ada keperluan mendadak katanya." jelas Sinta. Aruna mengangguk mengerti.

"Kak, pinjem hape dong." pinta Narel. Pria berumur 9 tahun yang sudah duduk di bangku SD kelas 4.

"Bentar," Aruna segera keluar dari pelajarannya dan memberikan ponsel miliknya untuk di mainkan oleh adiknya itu.

"Narel, jangan main game terus. Kamu harus siap-siap ke sekolah. Itu Kakak aja udah siap." ujar Sinta. Narel mengangguk. Dia kemudian nonton tidak jadi bermain game.

Aruna segera menyelesaikan sarapannya, kemudian mengambil kembali ponselnya.

"Ma, Aku berangkat." salam Aruna. Sinta mengangguk sambil menjawab salam Aruna. Gadis itu segera memakai earphone dan berjalan cepat menuju Halte. Dia biasa menaiki angkutan umum.

Tak perlu waktu lama, angkutan umum yang biasa ia naiki datang. Aruna segera melangkahkan kakinya masuk. Perjalanan juga tidak membutuhkan banyak waktu. Hanya beberapa menit, Aruna sudah berhenti di depan sekolahnya. Dia segera turun dan membayar ongkos kemudian perlahan berjalan masuk ke dalam sekolah.

Di gerbang, bisa di lihat anggota OSIS sedang memeriksa atribut para siswa. Aruna bukan tipe orang yang sangat disiplin. Tapi, dia tau bagaimana caranya menjalankan aturan sesuai dengan semestinya.

"Aruna, selamat pagi." ucap salah seorang anggota OSIS sekaligus teman sekelas Aruna.

"Selamat pagi juga pak Aldi," salam Aruna balik. Mereka berdua sok-sokan berjabat tangan seperti berjabat tangan dengan guru. Para siswa yang melihat itu tertawa. Mereka berdua selalu saja membuat aksi yang dapat membuat orang-orang tersenyum. Setidaknya sebelum menghadapi hari yang melelahkan nanti.

"Atribut kamu?" tanya Aldi sambil menirukan gaya pak Agus, guru BP di sekolah mereka.

"Lengkap dong pak, saya kan anak yang disiplin." ujar Aruna sambil merentangkan tangannya.

"Heleh, disiplin tapi suka tidur di UKS." cibir Aldi.

"Itu mah beda cerita." ujar Aruna.

"Yang pinter mah bebas, mau tidur pas pelajaran juga pas ulangan tetap dapat seratus." Aruna terkekeh pelan mendengar ucapan Aldi.

"Ga seratus juga kali." sangkalnya.

"Tetep aja 80 ke atas." Aruna kembali tertawa. Aldi hanya melirik sinis Aruna. Biasa merendah untuk meroket.

Anti Romantic Where stories live. Discover now