49. Ma'af

111 11 18
                                    

Permintaan ma'af itu harus setara dengan kesalahan yang diperbuat. Sebab maaf mudah di ucapkan tapi bekas luka sulit dilupakan.

—Athan Frey Bhadrika—



❄️❄️❄️


Raga memasuki basecamp dengan kondisi berantakan. Melempar vas bunga ke tv menyala. Membuat tampilan layar game yang sedang di mainkan Athan dan Bagas retak kemudian menggelap. Cowok itu mengumpati diri sendiri sambil melempar barang yang ada di sekitar.

Tidak ada yang bisa Athan dan Bagas lakukan selain menghindari hantaman dari barang yang dilempar cowok itu. Athan tidak pernah melihat Raga sekacau ini.

Menjambak rambut frustasi, Raga mengambil kamera di meja kemudian naik ke kamar atas tanpa berkata sepatah katapun.

"Anjing!" Bagas melonjak kaget saat mendengar debum pintu yang di tutup kasar. "Temen lo kenapa, Than? Kesurupan setan mana? Ngeri banget anjir."

Athan berdiri sambil mengedikkan bahu. "Mending lo beresin tuh." Athan menunjuk ruangan yang berantakan ulah sahabatnya.

"Gara-gara om David, ya? Tadi gue liat Om David kayak abis dari sini," bisik Bagas sengaja mendekatkan wajahnya ke kuping Athan.

"Jauhin muka lo, anjir!" Athan mendorong kasar wajah Bagas. "Bukan hal baru Om David marah dan mukulin Raga kalo ke sini. Gue rasa tuh anak ada masalah sama ceweknya."

Bagas manggut-manggut, mulai membereskan ruangan tersebut yang seperti kapal pecah.

"Gue susulin dia dulu. Lo beresin sendiri sanggup kan?"

"Esse juicy sebungkus dulu baru semua beres," sahut Bagas sambil menaik turunkan alis. Athan yang sudah sampai di tangga merogoh saku celananya. Dilemparkannya sebungkus rokok ke arah Bagas.

"Baru gue isep sebatang."

Athan kembali melanjutkan langkah. Sejujurnya ini kali pertama dia naik ke ruang pribadi Raga. Biasanya Raga tidak pernah mengizinkan siapapun menginjakkan kaki di lantai atas.

Cowok itu mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Takut sahabatnya melakukan hal bodoh Athan mencoba membuka pintu dan ternyata tidak dikunci.

Athan cukup terpukau dengan isi ruangan tersebut. Dilihatnya juga manusia Antarktika itu tengah duduk di kursi putar yang letaknya didepan komputer. Athan nyengir saat Raga memberikannya tatapan tajam.

"Hehehe.. sorry, sengaja ngintip." Cowok itu menggaruk kepalanya canggung. "Tanggung deh, gue masuk boleh, ya?"

Raga memberi izin hanya lewat lirikan mata.

Athan mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan mulut terbuka. Ia penasaran dengan beberapa kotak yang ada di sana. Belum sampai tangannya menyentuh suara berat menghentikannya.

"Lo gue izinin masuk bukan untuk sentuh barang-barang gue."

Mengangkat kembali tangannya, Athan sama sekali tidak merasa tersinggung. "Fine." Ia beralih pada sebuah figur berukuran cukup besar yang tertempel di dinding. "Segitu cintanya ya, lo sama dia."

"Udah gue bilang jangan sentuh apapun atau gue lo tendang sampe ke bawah!"

"Ck! Iye-iye, pelit amat dah."

Sunshine💛
Naaa..
Ma'af..
Angkat telponnya, please..
Aku salah, gak seharusnya aku bentak kamu tadi. Maafin, yang..

Ragashka [END]Where stories live. Discover now