Kedatangan GrandDuke

778 48 3
                                    

Keesokan harinya, Esmeta menelusuri lorong depan mansion dengan sekeranjang baju setengah kering yang tadi ia angkat dari ruangan pengering untuk ia jemur di halaman samping mansion. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat sebuah kereta kuda memasuki halaman mansion.

Tanda tanya terus bermunculan saat kereta itu berhenti, hingga pintu kereta terbuka sosok pria berjanggut putih dengan rambut gondrong keabu-abuan keluar dari dalam kereta kuda.

Esmeta yang terkejut tak sengaja melepaskan pegangannya dari tali keranjang bawaannya, membuat keranjang itu jatuh ke tanah dengan beberapa pakaian berserakan di atasnya.

Esmeta segera memutar haluannya, meninggalkan keranjang cuciannya menuju ke rumah kaca dimana Aeris sering menghabiskan waktu luangnya dengan bereksperimen.

Sesampainya disana, Esmeta dilanda kepanikan melihat asap mengepul yang terperangkap didalam rumah kaca itu. Tanpa rasa takut ia menerobos masuk kedalam rumah kaca, mengibaskan tangannya untuk mengurangi kepulan asap yang menerpa wajahnya.

Perlahan-lahan kepulan asap itu memudar, memperjelas keadaan rumah kaca yang porak poranda. Terdengar suara batuk-batuk tak jauh dari tempat Esmeta berdiri. Esmeta mencoba mengecek suara tersebut, "Nona Aeris?" Tanya Esmeta berusaha memastikan.

Pelayan muda itu semakin dekat dengan sosok yang tertutup asap tebal tadi, alangkah terkejutnya ia melihat penampilan acak-acakan dari putri sulung Duke Robert. Rambutnya mengeriting dan wajahnya hitam dipenuhi abu.

"Ya Tuhan!" Latahnya sembari mengeluarkan sapu tangan dari saku gaunnya untuk membersihkan abu yang menempel pada wajah Aeris.

Setelah dirasa wajah Aeris setengah bersih Esmeta lalu bertanya dengan raut penuh kekhawatiran, "Mengapa ini bisa terjadi Nona? Apa anda terluka?"

Aeris hanya melontarkan senyum tipis, menertawai sikap cerobohnya didalam hati. "Ini terjadi karena kurangnya ketelitian ku dalam menambahkan cairan lain kedalam ramuan obat yang tengah aku racik, kemungkinan besar adanya zat saling bertolakbelakang membuat ledakan kecil setelahnya. Tapi, aku baik-baik saja." Jelas Aeris.

Esmeta sedikit bernapas lega mengetahui keadaan Aeris baik-baik saja. "Oh ya Nona, sebaiknya anda segera bersiap." Ujar Esmeta membuat Aeris menaikkan salah satu alisnya tanda kebingungan.

"Memangnya ada apa?" Tanya Aeris.

"Tuan Grand Duke Bohemian datang berkunjung."

"Apa?!"

*******

Dengan kedua tangan menumpu diatas meja menyerupai sebuah bantal, Asher meletakkan kepalanya dengan malas. Rasa bosan dan rindu bersatu padu membuat anak itu enggan menerbitkan senyumannya. Tentu saja hal itu tak luput dari pengamatan ayahandanya yang duduk tegak di kursi kerjanya sambil memegang berkas-berkas.

Duke Elioenai Rush de Peregrine, meletakkan berkas-berkasnya keatas meja dan beranjak dari kursi kerjanya menuju putra bungsunya. Dengan lembut ia mengusap punggung Asher dan bertanya, "Ada apa putraku?"

Asher tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia malah mendorong tubuh Elioenai untuk menjauh darinya, seakan tidak mau berbicara dengan ayahnya saat ini.

Asher tengah menanti kedatangan Arnos yang entah pergi kemana selepas mereka berempat sarapan pagi bersama, sedangkan sang kakak pergi berlatih tanpa mengucapkan apapun kepadanya.

Ia berharap jika kemarin Aeris ikut bersama mereka, pasti ia tidak akan kesepian seperti ini. Asher hanya ingin bercerita kepada Aeris tentang banyak hal, menanyakan beberapa hal yang tidak ia ketahui di dunia ini.

"Andai saja ibu disini," Gumam Asher dengan bibir mungilnya.

Elioenai yang mendengar itu tentu saja merasa kasihan meski tak menampakkan ekpresinya. Tentu saja ia merindukan sosok mendiang istrinya, tiba-tiba detak jantungnya berpacu cepat seolah traumanya kembali muncul. Bayang-bayang kejadian tragis itu seakan menghantuinya.

Sebuah ketukan pintu membuat Elioenai tersadar dari lamunan negatifnya, ia segera memberi izin kepada sang pengetuk untuk masuk.

Setelah pintu terbuka dan menampilkan sosok sang pengetuk, Asher langsung berlari menghambur ke arahnya. Arnos yang sedikit kaget berusaha untuk menstabilkan keseimbangannya agar tak terjatuh, ia lantas mengangkat putra tuannya itu kedalam gendongannya.

"Tuan, ini berkas yang anda minta. " Ucap Arnos sembari menyerahkan berkas tersebut kepada Elioenai. Elioenai menerima dan mengecek ulang isi berkas tersebut dengan serius, sedangkan Arnos kini mulai bercanda dengan Asher.

"Paman, ayo kita pergi ke gereja lagi! " Pintanya dengan mata berbinar. Arnos yang mudah meleleh saat melihat wajah imut anak-anak tentu saja mudah terjun dalam permintaan manis Asher.

"Baiklah paman akan mengantarkanmu, akan tetapi hendaknya kamu berpamitan dengan ayahmu terlebih dahulu. " Pesan Arnos.

Arnos menurunkan Asher dari gendongannya, dengan semangat Asher berjalan ke arah ayahnya untuk meminta izin. "Ayah, apa boleh Asher pergi ke gereja bersama Paman Arnos? Asher janji tidak akan lama, " Pamitnya kepada Elioenai.

Elioenai sekilas tersenyum dan mengusap puncak kepala Asher sekejap, "Pergilah, tapi jangan membuat Paman Arnos kerepotan! " Asher mengangguk paham dengan pesan ayahnya lalu segera kembali ke sisi Arnos.

"Ayo Paman kita temui ibu lagi."

*******

"Pernikahan?!" Kejut Robert dengan wajah terperangah. Bohemian dengan santai menegak teh yang disuguhkan kepadanya, aroma dan rasa teh yang pekat membantu Bohemian merilekskan pikirannya. Bohemian meletakkan kembali cangkir teh itu ke atas tatakan dan menatap mantan menantunya dengan heran.

"Mengapa kau terkejut seperti itu Robert? Apa kau tidak gembira dengan berita ini? Lihatlah ke arah istri kedua dan anakmu yang lainnya, bukankah mereka terlihat bahagia dengan berita ini?" Sindir Bohemian sembari menatap tajam ke arah dua wanita di kanan dan kiri Robert.

Bohemian bisa melihat wajah asli kedua wanita itu dibalik topeng palsu mereka, benar-benar menjijikkan!

Robert masih menginginkan Aeris berada di sisinya sampai kapanpun, meskipun putrinya memiliki tanda kutukan tetap saja Aeris adalah darah dagingnya.

Soraya melihat raut dilema suaminya berusaha meyakinkannya untuk melepas Aeris dari kehidupan mereka selamanya. "Sayang, apa yang dikatakan Tuan Grand Duke sangat benar, lagipula Aeris telah dewasa. Akan menjadi aib besar jika wanita dewasa tak kunjung menikah, " Bujuk Soraya sambil mengusap pundak Robert.

"Siapa yang akan menikah, Ayah?"

Semua atensi berpindah kepada Aeris yang tengah menuruni tangga dengan ditemani Esmeta dibelakang. Rambut tersanggul apik dengan gaun berwarna hijau tua menambah kesan anggun pada Aeris. Wajahnya saat itu seperti polesan batu pualam, amat indah.

Bohemian lantas menghampiri cucu kesayangannya untuk menggamit tangannya, ia tak segan mencium punggung tangan Aeris dengan penuh kasih.

"Cucuku, kau sangat cantik hari ini. " Puji Bohemian sambil memegang wajah Aeris dengan kedua tangannya. Ia bisa merasakan jika Aeris tengah mengenakan topeng di bagian kiri wajahnya, berusaha menutupi tanda kutukan itu.

Aeris hanya tersenyum dan menggosokkan tangan kasar Bohemian dengan wajahnya pelan, "Apa kabar kakek?"

"Kabarku baik, "

Aeris lantas menjauhkan telapak tangan kakeknya dan bertanya sekali lagi, "Kakek apa yang dimaksud oleh Ayah? Siapa yang akan menikah? Apakah Crysta mendapatkan lamaran? "

Robert kini mendekat ke arah putrinya, ia mengusap sayang wajah Aeris. Robert menggeleng pelan sebagai tanggapan atas pertanyaan Aeris.

"Lantas mengapa kalian membicarakan acara pernikahan?" Sangsi Aeris.

Dengan berat hati Robert mengatakan yang sebenarnya pada Aeris, "Karena kamu akan menikah dalam waktu dekat dengan calon pilihan kakekmu."

**********

#Bersambung

°Maaf untuk telat updatenya, beberapa hari ini Anta kena writer block

Menikah Dengan Duke DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang