Pengawal Pribadi Aeris

689 51 0
                                    

Aeris duduk terdiam diayunan kayunya, halaman tengah buku yang ada di pangkuannya dibiarkan terbuka tanpa sempat ia baca. Pernyataan ayahnya kembali berputar pada memori otaknya, tentu saja itu tak membuatnya terkejut karena Aeris tahu ayahnya selalu melakukan usaha terbaik untuk mencarikannya jodoh.

Akan tetapi, semua keluarga calon selalu saja berusaha membatalkan dan menghindar untuk menjadikannya sebagai menantu di keluarga mereka. Hanya karena alasan beberapa coretan di wajahnya yang mereka sebut sebagai "kutukan"

Kejadian itu terus berulang dan menjadi buah bibir dikalangan para bangsawan, hingga berita itu sampai ke telinga kakek Aeris dengan sangat cepat. Grand Duke Bohemian Arther Valkia tentu saja tak terima atas penghinaan yang dilontarkan kepada cucu semata wayangnya.

Bohemian menganggap bahwa Robert tak becus dalam hal mencari pendamping hidup yang ideal untuk putrinya sendiri. Maka dari itu, Bohemian turun tangan menyelesaikan rumor yang beredar. Ia akan menjodohkan sendiri cucunya dengan orang yang ia percaya dan dapat bertanggung jawab atas hidup Aeris.

Saat tengah melamun memikirkan permasalahan hidup nya, ia merasakan sebuah benda kecil melesat ke arahnya dan mengenai kepala bagian samping kirinya. Setelah tepat mengenai sasaran, benda itu jatuh ke atas halaman buku Aeris yang terbuka.

"Kerikil?" Aeris menjumputnya lalu mengedarkan pandangan mencari pelaku yang melempar kerikil itu ke arahnya. Namun, tiba-tiba sebuah siulan tertangkap oleh indera pendengarannya membuatnya menoleh ke arah atas tembok pagar pembatas halaman belakang kediaman dengan dunia luar.

Pemuda itu lantas turun dari atas tembok dan berjalan mendekat ke arah Aeris. Aeris pun tak dapat berkutik saat pemuda itu mengikis jarak diantara mereka, gadis itu hanya mengeratkan genggamannya pada tali ayunan.

Setelah tak ada jarak diantara mereka yang tersisa, pemuda itu lantas mengambil kerikil yang dilemparnya dari halaman buku Aeris kemudian melambungkannya ke atas dan ia tangkap kembali, begitu seterusnya.

"Kau siapa? Bagaimana kau bisa memanjat tembok setinggi itu?" Tanya Aeris penasaran, pasalnya belum pernah ada orang lain yang bisa memanjat tembok halaman belakang dengan sangat mudah.

Pemuda itu menangkap kerikil itu untuk terakhir kalinya dan memasukkan kerikilnya kedalam saku celana, ia lalu mengarahkan tangan kirinya ke belakang telinga kanan Aeris. Sebuah silap mata, kelopak bunga mawar putih tanpa duri berada ditelapak tangannya.

Ia menyelipkannya pada sela telinga kanan Aeris, "Ryker Connay, siap melayanimu kapan saja nona. " Ryker membungkuk beberapa saat sebagai tanda hormatnya.

********

Didalam kereta yang hendak pulang kembali ke wilayah barat daya, Bohemian sedikit risau dengan keputusannya. Ia dapat melihat wajah sedih cucunya saat mendengar keputusan yang ia dan Robert sepakati. Ia menatap ke arah kalung berisi foto mendiang putrinya, Chatarina Rossa Valkia.

Kereta kuda sampai di pusat kota, Bohemian teringat sesuatu dan meminta kepada kusirnya untuk mampir sejenak ke departemen keuangan di Kota Loelai. Ia bersama dengan penasihatnya keluar dari kereta kuda dan masuk ke gedung tersebut.

Banyak karyawan terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba. Kepala direktur di departemen itu segera mendekati Bohemian untuk menanyakan keperluannya, "Selamat siang Tuan Grand Duke, apa anda memerlukan sesuatu?"

"Dimana Elioenai?" Bohemian balik bertanya dengan nada tegas, kepala direktur itu sedikit pucat dengan ketegasan yang keluar dari mulut Bohemian.

"Duke Elioenai sedang ada rapat penting dengan beberapa klien, mungkin anda bisa menunggu di ruangan kerjanya." Tutur si direktur.

Bohemian lantas menyeringai penuh percaya diri, "Aku tidak yakin dia bisa melanjutkan rapatnya saat aku memerlukannya sesegera mungkin."

"Mari saya antarkan Tuan ke ruangan kerja Duke Elioenai."

*********

Elioenai yang sedang menerangkan beberapa rencana kedepannya untuk perkembangan Kota Loelai, harus terhenti akibat ketukan pintu dari seseorang. Elioenai mempersilahkannya orang itu masuk ke ruangan, laki-laki itu berbisik ke telinga Elioenai menyampaikan maksudnya.

"Baiklah, aku akan kesana sebentar lagi." Bisiknya kepada si pembawa kabar. Setelah orang itu pergi, Elioenai meminta kepada para kliennya untuk menyudahi rapat hari ini dan melanjutkannya esok hari. Setelah para kliennya bubar, Elioenai langsung menuju ruang kerjanya menemui tamu istimewanya itu.

Sesampainya di depan ruang kerjanya, penasihat Bohemian membukakan pintu secara khusus untuknya. Elioenai masuk dan pandangannya tertangkap pada seorang pria yang tengah memandang keluar jendela, ia menata dirinya sebelum memulai percakapan serius dengan pria tua itu.

"Suatu kehormatan Grand Duke Bohemian menyempatkan diri untuk berkunjung ketempat dimana saya ditugaskan," ucap Elioenai membuka percakapan. Bohemian segera berbalik dan menatap pria duda yang kini berjarak hanya beberapa langkah dengannya, Elioenai dan dirinya berjabat tangan akrab dan dipersilahkan duduk di sofa tamu di ruangan itu.

Bohemian mengeluarkan selembar kertas dibalik map coklatnya dan sebuah bolpoin seraya berujar, "Aku tidak ingin berbasa-basi lagi, setelah kau membacanya buatlah keputusan dengan menandatangani surat ini. Jika kau tidak ingin maka sobeklah surat ini dihadapanku saat itu juga."

Elioenai bergegas membaca isi dari surat yang dibawa Bohemian, dahinya mengernyit membaca setiap kalimat yang tertera pada selembar kertas itu. Selesai membaca ia meletakkannya ke atas meja sembari menatap tajam ke arah Bohemian, lalu dengan tegas menyobek surat itu menjadi bagian kecil. Bohemian tersenyum kalem, sedangkan Elioenai memasang raut wajah tak senang.

"Apa tuan sengaja merendahkan statusku dengan membuat surat kontrak ini?!" Geram Elioenai. Bohemian mengeluarkan sebatang rokok dari dalam jubahnya dan memantik koreknya untuk membakar tembakau itu. Satu kali hisapan dan menciptakan sebuah kepulan asap tipis yang menusuk indera penciuman, siapapun yang tidak tahan akan langsung terbatuk oleh asap tersebut.

"Tenanglah, bukan maksudku merendahkan statusmu saat ini. Aku tahu kau sudah sangat berjaya selama beberapa tahun terakhir bahkan statusmu lebih tinggi dibandingkan para bangsawan rendahan itu." Terjadi jeda di kalimat Bohemian

"Akan tetapi, bukankah kau juga diuntungkan dengan perluasan wilayah kekuasaanmu dengan surat kontrak itu?" Sambung Bohemian diakhiri dengan sebuah tawaran.

"Mohon maaf tuan tapi saya menolak hal itu."

"Lalu apa kau akan terus menghindari setiap pertanyaan yang dilontarkan putramu–Asher tentang keberadaan ibunya?" Kali ini Elioenai terdiam dan sedikit mencerna kalimat yang dilontarkan Bohemian barusan.

"Pikirkan hal itu Elioenai, aku tahu kau bukan pria keras kepala. Meski kau tak memerlukan istri pengganti, setidaknya kau memikirkan nasib putra bungsumu yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Bukankah selama ini, kau juga kurang menaruh perhatian padanya?" Bohemian terus melontarkan kata-kata yang menusuk hati Elioenai, hanya cara inilah ia mendapatkan kesempatan untuk menjodohkan Aeris dengannya.

Elioenai diam tak bergeming dari sofa yang ia duduki, melihat hal itu Bohemian lantas bangun dari sofa putihnya untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke wilayahnya.

"Kuberi kau waktu selama dua belas hari, jika kau berubah pikiran kau bisa berdiskusi dengan Aeris mengenai hal ini. Sebelum kau pulang ke wilayah Selatan, aku harap Asher sudah menemukan kehangatan yang selama ini ia cari." Ucap Bohemian sebelum lenyap daribalik pintu ruangan Elioenai.

#Bersambung.

Bisa dibilang double up gak nih hehe? Walaupun telat beberapa hari, hehe. Dadah semuanya.

Bilangin ke Anta kalau nanti ceritanya udah rame, ya! 😉

Menikah Dengan Duke DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang