01. HUJAN DAN LUKA

376 210 428
                                    


"Tidak ada kenangan khusus antara kita dan hujan selain tangisan"

-Rafael Raiden-

💜🤍💜

~HAPPY READING~

5 Tahun kemudian~

Plakk....

Sebuah tamparan keras kini mendarat tepat pada pipi seorang gadis berambut panjang. Gadis itu meringis, bukan hanya rasa sakit yang kini ia dapatkan, tapi sensasi panas dan perih kini mulai menjalar dipipi kanannya.

"Dasar anak tidak berguna," teriak seorang pria berkepala tiga. Iya, pria tersebutlah yang telah menamparnya.

Tak puas dengan tamparannya, pria tersebut kini mulai mendekati sang anak, dan menjambak rambutnya dengan kasar, "Bisakah sekali saja kamu tidak menjadi beban untuk saya?" hardiknya. Matanya yang mulai memerah saat ini tengah menatap tajam, menusuk ke arah netra coklat sang anak.

Sementara mata sang anak saat ini mulai berkaca-kaca, gadis itu kini meringis, "maaf ayah...," lirih gadis tersebut.

Pria yang ia panggil dengan sebutan ayah itu kini melepaskan jambakannya pada rambut sang anak, "Awas saja, jika sekali lagi kamu mempermalukan saya dihadapan teman-teman saya. Akan saya siksa kamu sepuluh kali lipat dari ini!" ancam pria tersebut. Ia kemudian melangkah pergi meninggalkan gadis itu sendiri, dan menguncinya dalam ruangan tersebut

Gadis itu kini terduduk lesu di atas lantai dingin, sekarang dirinya berada di sebuah ruangan kosong, sendirian. Sepi, sunyi dan gelap, hanya ada satu jendela terkunci saja yang bisa menerangi ruangan tersebut.

Namanya Fiolla Anggelina, ia seorang gadis berusia 15 tahun yang sudah terbiasa mendapatkan pukulan dari ayahnya, tunggu ayah? ia rasa Daniel lebih pantas di sebut iblis dibandingkan sebutan Ayah.

Rambut panjang gadis tersebut kini terlihat begitu berantakan akibat jambakan dari Daniel, tak hanya itu pipi kanannya yang sedikit gembul itu juga kini terlihat memerah, dan pasti akan meninggalkan luka lebam setelahnya. Entah dimana letak kesalahannya, sehingga Daniel menyeretnya keruangan ini dan mulai menamparnya. Fiolla juga tidak tau.

Fiolla tidak sama sekali menangis atau mencoba mengeluarkan suara apapun dalam ruangan tersebut. Sudah 5 tahun ia merasakan rasanya di kunci di ruangan ini, kegelapan dan kesunyian sudah menjadi sahabat bagi Fiolla. Matanya juga tak mengeluarkan sedikitpun air mata, sudah berkali-kali ia berada di posisi ini, dan dia tau menangis dan berteriak tidak akan membuatnya keluar dari sini, itu hanya akan membuang tenaganya.

Fiolla memegang kepalanya rasa perih, dan panas tentu saja ia rasakan, bibirnya meringis. Sebelumnya jambakan juga sudah ia dapatkan dari teman-temannya di sekolah, dan kepalanya kini bertambah dua kali lipat lebih sakit setelah di Jambak Daniel.

Gadis itu hanya meringkuk dan menenggelamkan kepalanya kedalam tangannya yang kini memeluk kedua lututnya.

Ia memang sudah terbiasa, tapi bagaimanapun ia tetap manusia, setetes cairan bening kini mengalir dari matanya.

Di balik jendela sana rintikan hujan kini mulai terdengar deras, seolah alam semesta juga ikut bersedih melihat Fiolla.

_____________________

Terlihat seorang remaja laki-laki tengah bermain gitar disebuah sofa santai di kamarnya, laki-laki bertubuh tinggi, putih, dengan mata sipit dan hidung mancung itu kini mulai menghentikan petikan jarinya pada gitar tersebut, tatkala telinganya mulai mendengar guyuran air hujan.

Matanya saat ini mulai memandang kearah jendela, guyuran hujan sekarang mulai membasahi bumi. Tidak ada kenangan khusus yang ia punya bersama hujan, selain tangisan.

Ketika hujan turun hanya satu hal yang selalu terlintas dipikirannya yaitu 'kematian Daffa'. Tangannya kini beralih membuka sebuah rak nakas di samping kursi tersebut dan mengeluarkan selembar Poto usang.

Foto tersebut memperlihatkan ada 3 orang anak laki-laki dan 2 anak perempuan yang tengah berpose dan tersenyum lebar.

Bibir nya kini mulai membentuk sebuah lengkungan tipis, senyuman kini terpampang jelas diwajahnya, tapi berbeda dengan matanya, kini matanya terlihat berkaca-kaca dan mulai meneteskan air mata.

"Maafin gw daf," lirih Rafael. Seulas senyum kini mulai memudar dari wajahnya.

"Ini semua salah kamu Raf...!" Kalimat itu terlintas begitu saja diingatnya

"Gw juga minta maaf sama Lo fio," lirih kembali Rafael. Matanya saat ini tengah terfokus pada seorang anak perempuan di foto tersebut, anak perempuan yang tersenyum ceria dengan bando kuning di kepalanya.

Sudah lima tahun dari kejadian tersebut, sekarang Rafael bersama sahabatnya sudah tidak lagi ingin menggali masa lalu, mereka juga sudah pindah ke Jakarta satu minggu setelah kejadian tersebut. Namun sayang salah satu dari mereka ada yang tidak ikut, dan memilih mencari kehidupan baru tanpa mereka, entah kemana ia pergi, Rafael dan sahabatnya juga tidak tau.

"Kaka...! Bantu Mamah sini!" teriak seorang wanita di bawah sana. Rafael pun bergegas mengusap pipinya yang basah, lalu menyimpan foto dan gitar tersebut di sofa dan berlari menemui Ibunya.

Foto tersebut tersimpan dengan posisi yang terbalik, dan menampakkan sebuah tulisan tangan didalamnya.

"Daffa, Rafael, Fiolla, Renata, Faisal, Kenzo"
-kita sahabat selamanya-

***

CAST FIOLLA ANGGELINA

CAST FIOLLA ANGGELINA

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

CAST RAFAEL RAIDEN

CAST RAFAEL RAIDEN

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

💜🤍💜

Tipis-tipis aja dulu ya, aku tau ini pendek, tapi gapapa. Nikmati saja alurnya.

Siapapun kamu terimakasih sudah membaca cerita ini✨💜

Pen update cepet ga ?, kalo mau janlup votmen nya🤍

See u next part💜✨

PUZZLE PIECES  [ ON GOING ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن