- MY LIBRARY II

230 128 392
                                    


PART INI ADALAH LANJUTAN DARI PART SEBELUMNYA ✨

💜🤍💜

~HAPPY READING~

"BERISIK ANJING" Geram seseorang.
bukan, bukan Fiolla yang mengatakan itu, melainkan seorang laki-laki yang tengah memilih buku di sekitar mereka.

"Kalian berdua yang salah," sungut seorang laki-laki bersweater abu-abu, dengan tubuh yang tinggi, putih dengan mata sipit, dan hidung  mancung, yang kini tengah menatap tajam kearah keduanya.

"Siapa?" Tanya hati Fiolla penasaran, siapa yang membuat mereka berhenti bertengkar? Hanya tinggal beberapa langkah lagi Fiolla mendekati mereka.

"Lo salah, Lo juga salah," tekan pemuda tersebut sembari menunjuk secara bergantian ke arah Annisa dan laki-laki berbaju hitam tersebut.

Deg...

"Dia?" batin Fiolla, begitu melihat pemuda bersweater abu-abu tersebut.

"Ko gue juga salah sih El ? Udah jelas-jelas dia yang nabrak," Bela laki-laki berbaju hitam tersebut.

"Yah salah lah siapa suruh Lo diem disitu?" timpal Annisa tak mau kalah.

"Lo salah, Karena Lo nabrak dia, Lo jalan ga hati-hati, lain kali sambil liat kedepan," terang Rafael sembari menunjuk kearah Annisa dan beralih menunjuk kearah laki-laki berbaju hitam tersebut, "dan Lo salah karena Lo liat dia mau nabrak tapi bukanya menghindar malah diem, tambah Lo marah-marah lagi, bukannya bantuin," jelas Rafael, ya laki-laki bersweater abu-abu tersebut adalah Rafael Raiden Nugroho, Sahabat kecil Fiolla.

Fiolla mematung ditempatnya, padahal hanya bersisa 3 meter antara jaraknya dengan keberadaan mereka bertiga.

Jantungnya berdetak cepat tak karuan, matanya kini terbuka lebar sempurna, didalam pikirannya sekarang ia mengingat pertemuan terakhir antara dirinya dengan Rafael 5 tahun yang lalu. Saat dimana keduanya masih berusia 10 tahun, tepat satu hari setelah kepergian Daffa.

"Fio, maafin aku, kita masih temenan kan? Daffa pergi bukan karna aku, dia meninggal karena takdir," teriak Rafael di luar rumah sana, sembari terus menerus menggedor pintu rumah yang terkunci, mencoba sekuat tenaga untuk bisa membukanya.

Sementara Fiolla di dalam sana tengah menangis di atas kursi tamu, sembari memeluk kedua lututnya. "Kata siapa?" teriak Fiolla di dalam sana.

"Kata bunda," teriak lagi Rafael.

"Bunda aku ga pernah bohong fio," ucap nya kembali lantang.

"Aku ga percaya, bunda kamu bukan tuhan yang tau semuanya, jangan ganggu aku lagi, pergi, aku mau sendiri," teriak Fiolla, diikuti dengan tangisan pecah diakhir kalimatnya yang sudah tak kuat ia tahan.

"Fio, maafin aku," teriak Rafael dengan Isak tangis tak tertahan, tangannya sudah beberapa kali mengusap kasar pipinya yang basah dan membuat kulitnya memerah iritasi.

"Aku ga bakal maafin kamu, kamu jahat, kita bukan teman lagi, aku ga mau ketemu kamu lagi," putus Fiolla, dan bergegas pergi ke kamarnya.

Sementara Rafael di luar rumah sana masih menangis sesenggukan.

"Sudah rafa, jangan ganggu Fiolla lagi, Fiolla juga mau pindah, jangan datang lagi kesini," ucap Bunda Fiolla di dalam jendela sana.

Rafael semakin menjadi-jadi begitu mendengar ucapan tersebut, tangisnya sekarang semakin kencang dengan kaki yang ia hentak-hentakkan beberapa kali, "jangan tinggalin Rafa, Rafa ga salah," lirihnya dengan bahu yang kini mulai bergetar menahan tangisan.

PUZZLE PIECES  [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang