03. KELUARGA BARU

292 156 344
                                    


"Nyatanya kebahagiaan tak selalu datang dari mereka yang kita anggap keluarga, begitupun sebaliknya terkadang penderitaan datang dari orang yang kita anggap berharga."
-Fiolla Anggelina-

💜🤍💜

~HAPPY READING~

Hari kamis pagi ini, Fiolla terlihat bangun lebih cepat dari biasanya. Jam menunjukan pukul 04.15 bahkan adzan subuh saja belum berkumandang saat ini. Fiolla kini menuju ke arah kamar mandi dan mandi subuh, baru setelahnya ia sholat subuh ketika mendengar adzan telah berkumandang.

Setelah sholat subuh ia mengangkat tangannya  keatas dan memejamkan matanya, dalam hatinya ia mengucapkan begitu banyak do'a, dari ucapan terimakasih hingga harapan yang ia inginkan, entah apa yang ia minta, hanya ia dan tuhannya saja yang mengetahuinya.

Setelah berdo'a, Fiolla pun mengambil ponselnya dan bergegas keluar kamar, dengan niatan ia ingin membantu Bi Sumi memasak di dapur. Ya, saat ini ia tengah tinggal di rumah Annisa atas izin orang tuanya dan orang tua Annisa.

Kemarin setelah pulang dari bandara, ia tidak terlalu banyak berbicara dengan Annisa karna Annisa sibuk mengurus ganti rugi pada pedagang kaki lima bersama Pak Sapri. Sebab kemarin dalam perjalanan pulang dari bandara, mereka berdua sempat mengalami insiden kecelakaan dengan seorang pedagang kaki lima, hal ini terjadi hanya karena Annisa yang sok-sokan mengebut, padahal mereka berdua hanyalah gadis berusia 15 tahun yang nekat menyetir mobil yang hanya modal dasar bisa belok kanan kiri, gas dan rem kaki saja, dengan alasan karna kekurangan supir.

Namun, alangkah kagetnya Fiolla ketika ia berada di anak tangga dan melihat pemandangan dilantai bawah sana, tepatnya pada ruang makan. Ia melihat Annisa tengah menyiapkan piring bersama pak Sapri -supir dirumahnya, dan Bi Sumi -pembantunya yang sedang menata makanan di atas meja makan dengan sangat rapih sembari bercanda gurau.

Mereka bertiga tidak terlihat seperti pekerja dan majikan. Melainkan terlihat seperti keluarga kecil, terlihat begitu manis dan harmonis, bahkan Fiolla saja tidak pernah melakukan adegan itu bersama keluarganya.

"Pagi ...," Sapa Fiolla.

"Eh, non Olla wis bangun toh," sahut Bi Sumi, wanita berkepala tiga dengan celemek coklat itu terlihat memberikan senyum manis kearahnya, "kita makan bareng yo?, tapi tak tunggu dulu, Iki nasinya belum mateng," ajak Bi Sumi

"Enggih Bi," jawab Fiolla.

"Lo bisa bahasa Jawa?" Tanya Annisa.

"Tipis-tipis," sahut Fiolla. Ia kini mulai mendekati Annisa dan duduk di sebelahnya. Di hadapannya ada pak Sapri yang tengah duduk, supir berkumis tipis di rumah Annisa itu terlihat memberikan senyuman tipis kearahnya.

"Non Olla iki asal mana?" Tanya pak Sapri.

"Dari Medan pak," jawab Fiolla sopan.

"Ouh asli darah Batak, atau blasteran?" tanya kembali Pak Sapri, pria dengan perawakan tubuh yang tinggi dan gempal itu terlihat mengambil gorengan tempe yang sudah disiapkan Bi Sumi untuk mereka.

"Belasteran pak, sunda sama batak," jelas Fiolla.

"Ouh tak kira belasteran, Sunda sama surga," celetuk Pak Sapri, menggombali.

"Wehhh, emang boleh ... emang boleh, masih pagi loh kang," heboh Annisa, ia tak hanya berbicara namun berteriak sangat kencang, sementara pak Sapri terlihat tengah bergelak tawa tak kuasa melihat tingkahnya sendiri.

"Bi lihat nih Bi, kang Sapri gombalin Olla Bi," teriak Annisa mengadu, sementara Fiolla ia hanya tersenyum tipis, dibilang hatinya senang, tidak, dibilang dia tidak suka, juga tidak. Yang ada dia terheran-heran dengan interaksi mereka bertiga, mereka terlihat begitu akrab layaknya sebuah keluarga.

PUZZLE PIECES  [ ON GOING ]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum