Chapter 5

72 8 1
                                    


Aku menghabiskan minggu kedua liburan sekolah. Tapi itu tidak dianggap tidak berguna karena aku menghubungi Phi Win untuk mengajari ku bahasa Inggris. Kelas dimulai pada hari Senin dan kami akan belajar selama tiga hari dalam seminggu, yaitu Senin, Rabu dan Jumat pada jam tiga sore, selama tiga jam. Biaya untuk belajar dengan Pgi Win nya tidak terlalu mahal, hanya Tiga ratus baht per hari, termasuk bahan bakar yang harus digunakan Phi Win untuk mengajar di rumahku.

Masalahnya adalah kita mengenal satu sama lain hanya sebagai senior dan junior di sekolah yang sama. Phi Win cukup seksi untuk membuat salah satu teman perempuan di grup ku terobsesi dengannya selama bertahun-tahun sampai sekarang. Dia sering membelikannya makanan ringan dan memperhatikannya sepanjang waktu dengan duduk di sisi lapangan. Dan dimana temanku berada, aku juga ada di sana. Mungkin itulah awal Phi Win mengingatku. Yah, Karena temanku mengikutinya sejak lama.

Dan ketika aku memintanya untuk datang dan mengajar di rumahku, Phi Win tanpa ragu-ragu menyetujuinya sampai aku diam-diam kagum dan bertanya-tanya apa dia sedang bosan berada di rumahnya?

Mungkin saat ini situasi di rumahnya tidak terlalu baik, sehingga dia menerima les sepulang kuliahnya hampir setiap hari. Misalnya, pada hari dia datang untuk mengajariku, itu adalah hari ketika Phi Win memiliki jadwal kuliah pagi. Atau dia akan mengajar orang lain di pagi hari dan kemudian datang untuk mengajar ku sehingga dia baru akan pulang ke rumahnya di malam hari. Entahlah... Tapi bagaimanapun, aku sangat senang karena mendapatkan guru les yang tidak terlalu mahal, padahal aku tidak terlalu mengenalnya dengan baik. Dan aku juga bisa mereview pelajaran aku sendiri.

* Tok... Tok... Tok...

Ketukan di pintu kamar menghentikan tangan ku yang sedang melipat pakaian dan berbalik untuk berteriak kepada orang di luar.

"Ya, Mae, silahkan masuk."

Setelah aku memberikan izin, pintu terbuka dan ibu muncul dengan senyum hangat. Aku balas tersenyum lalu mengambil celana yang baru saja kulipat rapi untuk dimasukkan ke dalam lemari.

"Toko sudah tutup hari ini. Mae akan pergi ke bank sebentar."

"Mae akan menyetor uang? Biar Tian saja. Tian akan bersiap-siap sebentar."

"Tidak apa-apa, kau tidak harus pergi."

Mae mengangkat tangannya dan melambai. Aku menyipitkan mata karena curiga sampai aku menyadari sesuatu.

"Apa Mae akan dengan seorang pria? Beritahu Tian, siapa pria itu?"

"Dia....."

"Xia Song?"

"Um"

Mae tersenyum dan menjawabku. Aku sangat mengerti sekali kebahagiaan yang saat ini dirasakan oleh Mae dan aku tidak akan menghalangi kebahagiaan mereka sama sekali. Selain itu, aku sudah lama mengamati Xia Song sejak pertama Mae mengenalnya.

Xia Song adalah pemilik pegadaian di daerah ini. Seorang duda yang istrinya telah meninggal hampir sepuluh tahun yang lalu. Aku telah melihat dia membeli pangsit dari ibu aku selama bertahun-tahun. Dan tampaknya ibu juga menaruh hati pada ayah gula ini.

"Baiklah, apa Mae akan pulang larut?"

"Tidak, hanya pergi ke bank dan makan sebentar. Setelah itu, Mae akan kembali."

"Kalau begitu Tian akan turun dan membantu Mae membereskan barang-barang di toko dulu. Jam berapa Mae dan Xia Song membuat janji?"

"Mae sudah selesai membereskan semuanya sebelum datang menemuimu. Setelah mandi, Mae akan langsung berangkat."

KNOCK OUT ENGINEERINGWhere stories live. Discover now