Chapter 2

80 6 0
                                    


Jumat adalah hari yang sangat menyenangkan. Dalam tujuh hari dalam seminggu, aku akan memiliki dua hari libur, Jumat dan Sabtu. Tetapi jika ada backlog, tidak aka nada yang namanya libur. Kita akan mengatur pertemuan untuk menyelesaikan tugas bersama. Biasanya kita akan berkumpul di rumah Martin karena rumahnya jarang ditempati, jadi kita tidak perlu khawatir untuk berisik dan bisa dengan leluasa melakukan apa saja, tanpa sungkan karena ada orang tua seperti di rumah yang lainnya.

Tapi hari ini sangat menyenangkan, karena aku tidak punya tugas yang harus diselesaikan. Jadi, bisa bermain game hingga dengan tenang dari kamis malam hingga dini hari dan bangun Jumat sore.

Setelah bangun tidur, aku masih mengumpulkan kesadaranku dan tetap terpaku di tempat tidur selama beberapa menit, sebelum menggunakan siku untuk mendorong kasur dan menopang tubuhku agar bisa duduk. Aku mengangkat kedua lengan dengan malas, dan merentangkannya ke kiri dan ke kanan sampai tulang-tulangku bergemeretak dan terasa nyaman.

Aku membungkuk dari tempat tidur, meletakkan kakinya di lantai, dan setelah berdiri tegak, aku mengambil handuk dan menyendangkannya di bahu. Aku ingin mandi dan membersihkan tubuh ku.

Begitu membuka pintu kamar untuk berjalan ke kamar mandi, aku mendengar banyak suara dari lantai bawah. Suara penggorengan di atas kompor gas, Suara spatula dan wajan berbenturan, serta suara para pelanggan yang sedang berbincang adalah suara yang biasa aku dengar selama bertahun-tahun sejak rumah kami membuka restoran a la carte (prasmanan). Tidak ada keheningan di rumah ini. Bagi ku, tempat yang paling tenang adalah kamarku sendiri.

Tubuh jangkung ku basah kuyup dengan butiran air di sekujur tubuhku. Setelah selesai membersihkan diri, aku mengambil handuk dan mengeringkan setiap jengkal tubuhku sampai bersih. Selanjutnya, aku menggunakan pakaian rumahku berupa kaos dan celana bola kasual atau celana cropped.

Aku berjalan menuruni tangga ke lantai bawah untuk membantu kedua orang tuaku di restoran. Dan segera setelah aku memperlihatkan batang hidungku, ibu berteriak.

"Hooiii, ini dia anakku yang paling tampan!!!"

Aku sedikit terkejut sebelum aku melihat sekeliling dan menemukan banyak wanita kantoran yang bersinar. Jadi aku tersenyum simpul di sudut mulutku. Di hari libur, aku akan khusus melayani pelanggan wanita. Ibu menjadikanku sebagai daya tarik untuk mendatangkan pelanggan lebih banyak. Bersyukurlah anakmu ini sangat tampan, bu!

"Ayah..., Ayah bisa pergi memetik daun kemangi. Aku akan membantu Ibu di sini."

"Nah, selanjutnya akan ada tumis basil dengan seafood spesial dan tidak pedas, dengan baby corn dan jamur juga. Tanpa bawang putih, sedikit manis, dan tambah telur goreng juga. Ah, telurnya di goreng kering tanpa minyak."

Oh!

Baik ayah dan aku saling memandang dan menghela nafas. Ibu menyadari bahwa para pelanggan suatu hari pasti akan bosan dengan menu yang sama. Jadi restoran kami selalu terus menerus mengubah menu dalam beberapa hari sekali. Setiap kali makan di sini, akan selalu ada menu yang baru. Sebenarnya aku dan ayah tidak terlalu menyukai hal ini, hanya saja ibu tidak mendengarnya. Ibu selalu saja menjawab dengan jawaban yang sama setiap kali kami protes. "'Orang tidak ingin makan menu yang sama terus-menerus."

Lebih dari tiga jam telah berlalu sebelum pelanggan terakhir datang. Sampai aku selesai membersihkan meja dan mencuci piring kotor. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam lima sore. Ketika tidak ada pelanggan, ayah, ibu dan aku akan duduk dan menonton TV. Ibu memeriksa dan menghitung uang hasil penjualan hari ini. Tapi setelah kurang dari setengah jam, suara yang terdengar tidak asing dari arah etalase, memekakan telingaku. Aku bahkan tidak ingin berbalik untuk mengetahui siapa.

KNOCK OUT ENGINEERINGHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin