[23]. LUMINESCENCE

3.1K 172 105
                                    

Happy reading

***

Jika boleh jujur sedari kecil Nes akui ia sangat iri dengan segala hal tentang Cesha. Saat ia berdiri di samping gadis itu, ia selalu merasa sangat rendah dan tidak pantas. Cesha selalu bisa menarik seluruh atensi orang-orang agar memusatkan perhatian mereka untuknya, bahkan hanya dengan kehadirannya saja setiap orang akan tertarik dengannya.

Cesha sangat cantik, walaupun wajahnya tidak mengenakan riasan apa pun ia masih tetap terlihat sangat memesona. Di antara seluruh wanita yang pernah ia lihat, Cesha adalah gadis yang paling cantik menurutnya.

Cesha juga pintar, sedari menduduki bangku sekolah dasar ia selalu mendapatkan peringkat pertama. Berbeda dengan dirinya yang harus selalu menempati posisi kedua.

Satu-satunya kesempatan baginya bisa mendapatkan posisi pertama adalah saat Cesha memutuskan untuk pindah ke luar negeri. Seberapa besar usahanya dalam belajar ia tetap akan kalah juga.

Baginya hidup Cesha sangatlah sempurna, di samping memiliki keluarga yang harmonis ia juga memiliki seorang kekasih yang sangat mencintainya. Bukankah dunia sangat tidak adil dengannya?

"Nes."

"Woy, Nes!"

"NES CANDACE DEANDRA!"

Nes terlonjak dari lamunannya, mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap Cesha dan Leona bergantian.

"Kamu kenapa Nes?"

"Lo aneh banget Nes, dari masuk kelas ngelamun terus!"

"Ha-hah, gue nggak kenapa-kenapa kok," gugup Nes memainkan jari-jarinya.

Ruang kelas yang terdengar sangat riuh berhasil menarik perhatian mereka bertiga, Leona berdecak kesal menelisik teman kelasnya satu per satu.

"BISA DIAM GAK LO SEMUA, BERISIK TAU GAK!"

"Emang lo siapa?! Sok berkuasa banget!" seorang gadis dengan bibir merah merona melirik Nes sinis, tangannya memainkan rambutnya yang digerai.

"Eh Nenek lampir, lo gak tau gue siapa ternyata?!" Leona berdiri dari duduknya, menyilangkan kedua tangannya di depan dada lantas menatap wilona sinis. "Bibir filter lo yang sengaja di monyongin itu bahkan bisa gue tinju sampai tambah monyong!"

Leona lanjut terkekeh, "lo mau sampai monyong kayak apa? Gue jabanin," ia memperlihatkan tangannya seakan mau meninju.

Seluruh kelas tertawa, wajah Wilona berubah menjadi merah padam. Ia berjalan mendekati Leona dan tanpa aba-aba menjambaknya.

"SIALAN LO!" Teriak Wilona murka tangannya menarik rambut Leona kuat.

"BANGSAT!" Leona mencengkram tangan Wilona tak kalah kuat, ia memelintir nya hingga gadis itu berteriak kesakitan.

"Cih, baru segini aja lo udah belingsatan nggak jelas!" Ia melepaskan cengkraman nya, mendorong gadis itu hingga jatuh ke lantai, "pergi lo, sebelum gue sobek muka lo!"

Bibir Wilona bergetar ketakutan, dengan langkah terseok ia segera meninggalkan kelas.

"Apa lo semua!" Leona menatap garang orang-orang yang tengah memperhatikannya, "mau gue colok tuh mata!"

LUMINESCENCEWhere stories live. Discover now