Bagian 7

414 44 2
                                    

Jangan lupa vote & komennya ya, biar aku senyum senyum mampus, i love you readers 🫶

***

Soobin bangun dari tidur pulasnya, terganggu dengan cahaya mentari yang mulai menyelinap ke dalam kamar. Ia meregangkan otot-ototnya sambil berusaha membuka matanya sempurna. Dinginnya pendingin ruangan baru mulai terasa menyapa kulit Soobin yang tidak memakai pakaiannya.

Ingatannya kembali akan kegiatan panas yang telah ia lakukan bersama Taehyun semalam. Ah begitu indahnya. Lihat saja senyuman terpatri di wajahnya dengan pipinya yang terasa memanas.

Namun dimana sosok yang menemaninya semalam? Soobin tidak menemukan Taehyun di sampingnya. Tanda-tanda Taehyun berada di kamar mandi pun sama sekali tidak ada. Bahkan dari pakaian yang berserakan terlihat hanya tersisa pakaiannya sendiri saja.

Soobin menghela nafas kecewa, Taehyun sudah pergi meninggalkannya seorang diri di kamar hotel tersebut. Taehyun pergi begitu saja tanpa meninggalkan pesan. Bahkan yang lebih mengesalkan bagi Soobin adalah..

“ARGHHHH KITA BAHKAN BELUM BERTUKAR NOMOR TELEPON” Soobin berteriak frustasi, ia mengacak rambutnya kasar.

“Apa-apaan ini? Bagaimana caraku menghubunginya? Bagaimana jika aku merindukannya? Arrgghhh”

***

“KAIIII…!! MOTORKU MANA?!” teriak Taehyun histeris. Suara Taehyun menggema ke seluruh rumah Kai. Membuat sang pemilik rumah berdecak sebal. Beberapa pengawal dan asistem rumah tangga juga berkumpul, khawatir akan terjadi perkelahian di pagi yang seharusnya damai ini.

Kai berdiri di lantai dua sambil melipat tangannya di dada. Ia menatap tajam Taehyun yang juga berkacak pinggang di ruang tengah. Tatapan mata keduanya seakan saling menguliti satu sama lain.

“KAIII…!! Kenapa motorku ga ada di garasi? Padahal aku sudah suruh anak buahmu itu membawa motorku kesini” seru Taehyun setelah menemukan motornya tidak terlihat di garasi rumah Kai.

Kai turun ke bawah dengan raut wajah tak bersahabat. Bahkan dengan menatap matanya saja rasanya kita bisa terbunuh. Sejujurnya Taehyun mulai gentar namun ia berusaha sembunyikan. Ia bertekad kuat untuk menghadapi Kai.

“Kamu semalam pergi sama siapa hah? Sama pria tidak jelas lagi?” tanya Kai dengan nada datar, matanya memicing seakan memindai Taehyun dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tangannya bergerak mencengkeram leher Taehyun.

“Lihat anak nakal ini, habis bermain-main ya? Hmm cupangnya banyak sekali! Sepertinya sangat panas ya? Bagaimana? Enak? Puas?” Kai melontarkan kalimat sarkasnya sambil mengeratkan cekikannya. Taehyun menendang kaki Kai dengan kuat sehingga cekikan Kai terlepas.

“Jangan terlalu sering mencekikku, Kai. Memangnya kamu ingin aku mati? Bukannya kamu yang akan menangis paling pertama jika aku mati?”

“Tapi semakin hari justru aku yang paling ingin membunuhmu” Kai berkata spontan dengan wajah seriusnya.

“Benarkah?” tanya Taehyun dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Kamu benar-benar ingin aku mati?”

Kai tidak menjawab, ia malah melangkahkan kakinya meninggalkan Taehyun dan pergi menuju ruang makan.

“Sarapan dulu sebelum pergi”

“Aku kesini bukan untuk sarapan, tapi untuk mengambil motorku” ketus Taehyun

“Motormu sudah ku hancurkan” Kai menghentikan langkahnya lalu berbalik. “Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak berhubungan dengan orang asing. Bagaimana jika aku adukan pada Terry?”

“Adukan saja, aku tidak peduli” Taehyun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Dia sudah terlalu kesal dan tidak ingin memperpanjang perdebatan. Perasaannya kacau, bagaimana bisa Kai mengatakan ia ingin membunuh Taehyun dengan begitu mudahnya. Apakah dirinya sudah tidak penting lagi bagi Kai.

TRAP | Soobtyun (On Going)Where stories live. Discover now