Bagian 18

243 29 5
                                    

Soobin duduk di sebuah kursi taman menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari rooftop agensi tempatnya bekerja. Ia ditemani oleh Yeonjun sambil menyantap sandwich yang Yeonjun bawa dari rumahnya untuk bekal makan siangnya.

"Mengapa kamu repot-repot membuat bekal untuk makan siang setiap hari?" tanya Soobin sembari menggigit sandwich di tangannya.

"Karena Direktur Kai jarang makan siang di luar. Dia hanya makan di luar ketika ada Taehyun. Selebihnya dia akan memesan makanan dan makan siang di ruangannya. Jadi setidaknya aku punya kesempatan untuk masuk ke ruangannya dengan dalih mengantar makan siang. Bahkan sesekali ia memintaku untuk makan bersamanya" jelas Yeonjun panjang lebar akan alasannya yang tidak pernah meninggalkan kantornya pada jam makan siang sekalipun.

Yeonjun adalah seorang sekretaris perusahaan di agensi tersebut. Ia sudah bekerja kurang lebih satu tahun. Sebelumnya ia bekerja di dinas kependudukan sebagai pegawai biasa, yang di belakang layar sebenarnya ia sering menjual informasi penduduk demi keuntungannya.

Yeonjun bekerja di K&T Entertainment atas keinginannya sendiri karena ia diam-diam adalah fans Terry. Namun ibunya memanfaatkan kesempatan itu dengan menyuruh Yeonjun untuk menyelidiki hal-hal mencurigakan dari agensi tersebut. Seperti misalnya siapa yang telah berkontribusi sehingga perusahaan kecil dan baru tersebut bisa memenangkan proyek-proyek besar dengan begitu mudahnya.

Namun Yeonjun yang tidak berminat melakukan hal yang tidak menguntungkan dirinya itu berhasil membuat ibunya gerah. Sehingga Soobin yang menjadi sasaran Ibu Yeonjun untuk menyelidiki segala kejanggalan yang ada di perusahaan tersebut.

Siang ini ada penundaan jadwal syuting sehingga Soobin dapat bersantai sedangkan Terry pergi bersama Kai dalam sebuah pertemuan dengan klien mereka. Oleh karena itu, kini Soobin dan Yeonjun dapat menikmati makan siang mereka sambil membahas perkembangan misi mereka.

"Apa kau menemukan sesuatu selama bekerja dengan Kai?" tanya Soobin.

"Hampir tidak ada apapun. Mereka bermain terlalu rapi. Terlebih sekretaris pribadi Direktur Kai itu seperti punya indera keenam, aku rasanya sulit sekali bergerak agar tidak dicurigai olehnya"

"Sebentar. Kamu bilang tadi 'hampir'? Bukan berarti tidak ada kan?" sela Soobin yang dibalas sebuah anggukan oleh Yeonjun.

"Jadi apa yang sudah kau temukan?" tanya Soobin penasaran.

"Kai dan Terry adalah anggota Black Eagle"

Soobin terbatuk, roti yang ia kunyah membuatnya tersedak. Ia terkejut mendengar Yeonjun menyebut Black Eagle. Itu adalah organisasi mafia yang pernah Sunghoon masuki dalam misi penyamaran sebelum misi itu merenggut nyawanya. Soobin sekarang mulai menemukan benang merah yang menghubungkan antara misinya menjaga Terry dengan kematian Sunghoon.

"Hanya saja aku masih tidak tahu seberapa jauh Kai dan Terry terkait dengan organisasi itu. Dan aku menebak hari ini mereka sepertinya pergi ke pertemuan organisasi tersebut" ujar Yeonjun serius.

"Tidak heran Kai dapat mengembangkan perusahaan ini dengan mudah"

"Oh ya, apa yang terjadi dengan dirimu dan Taehyun semalam? Mengapa kamu terdengar begitu frustasi ketika menanyakan soal dirinya?" tanya Yeonjun mengingat Soobin yang sudah mengganggu tidur nyenyaknya semalam.

"Aku menemukan sesuatu yang sama sekali tidak pernah ku duga. Sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan Taehyun yang aku kenal. Sepertinya Taehyun bukan orang biasa yang bisa kita remehkan. Dia punya sisi lain yang tidak diketahui orang lain, sisi yang mungkin hanya diketahui oleh Terry & Kai. Aku sudah mencurigai semua sikap anehnya selama ini namun hal yang ku temukan ini melebihi dari ekspektasiku"

Yeonjun menoleh ke arah Soobin dan menatapnya cukup lama. "Apa kamu mencintainya?" tanya Yeonjun dengan tatapan dalam penuh arti. Hening, Soobin tidak menjawab pertanyaan Yeonjun.

"Apa kamu benar mencintainya?" tanya Yeonjun sekali lagi.

Soobin terkekeh pelan. "Entahlah. Dia juga menanyakan pertanyaan yang sama semalam. Bahkan dia menanyakannya sambil menangis. Lucu sekali."

Yeonjun menghela nafasnya jengah. "Lalu apa jawabanmu?"

"Apalagi? Ya aku hanya menjawabnya dengan jawaban yang pasti ingin ia dengar. Seperti aku sungguh mencintainya. Aku tidak meragukan perasaanku. Aku tidak akan menghianatinya. Tapi anehnya dia justru marah dan pergi begitu saja dari apartemenku"

Yeonjun tertawa hambar. "Dasar pembohong. Aktingmu selama ini memang tidak ada tandingannya ya. Aku bahkan hampir saja tertipu. Selama ini kamu terlihat seperti sangat tergila-gila padanya. Seharusnya menjadi aktor saja, aku yakin kamu akan mendapat oscar."

Soobin menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menatap ke langit. Menantang sinar matahari yang terik di siang hari.

"Awalnya aku benar-benar tertarik padanya. Pertemuan-pertemuan tidak terduga kami terasa seperti takdir. Tapi lama-kelamaan aku menyadari jika aku hanya penasaran dan ingin sedikit bermain-main. Kebetulan sekali ia dekat dengan Terry, setidaknya aku bisa menggali beberapa informasi dari dirinya. Dan satu nilai lebihnya lagi, dia cantik"

"Dasar brengsek" gumam Yeonjun lirih.

"Aku mendengarnya" ujar Soobin yang menyatakan jika ia mendengar kalimat yang Yeonjun gumamkan.

"Iya kamu brengsek. Memang kita sedang menjalankan sebuah misi. Namun sangat tidak etis jika kita harus mempermainkan perasaan orang lain. Bagaimana jika pemuda manis itu ternyata menaruh perasaan yang dalam padamu?"

"Kamu tidak akan menyebutnya pemuda manis lagi jika kamu tahu apa yang sudah aku temukan."

"Terserah kamu, aku ingin kembali bekerja saja" ujar Yeonjun yang jelas sekali menyimpan rasa kesal di hatinya. Yeonjun pergi meninggalkan Soobin yang masih menikmati waktu istirahatnya di rooftop.

Kalau Yeonjun boleh jujur, sebenarnya ia sedikit menyesal sudah mengajak Soobin untuk membantu 'misi konyol' ibunya ini. Namun semua sudah terlanjur sejauh ini dan sulit untuk kembali. Yeonjun berharap misi mereka berhasil tanpa menyakiti siapapun apalagi sampai jatuh korban jiwa.

***

Cw // mention of suicide

Di sebuah ruangan VVIP sebuah restoran mewah, terdapat beberapa orang duduk melingkari meja makan. Berbagai sajian mewah tersaji di meja dan siap untuk disantap. Ada Kai duduk di sisi tengah dengan Terry duduk di sisi kiri dan Heeseung di sisi kanan meja. Di sisi kiri kanan meja lainnya terdapat sekiranya lima orang lain yang berasal dari berbagai background.

Terdapat seorang pengusaha, dua orang anggota kementrian, kepala polisi, bahkan jaksa yang hadir di acara makan siang tersebut. Kai mengiris steaknya dengan menekan pisaunya kuat, sampai timbul suara derit pisau yang menggesek piring keramik tersebut.

"Ada yang bisa jelaskan mengapa Daeshim keparat itu bisa bunuh diri di penjara?" tanya Kai dengan suara beratnya, memecah keheningan yang sedari tercipta di antara mereka.

"Maafkan saya Tuan, sipir penjara suruhan saya sudah lalai untuk mengawasi Daeshim selama di penjara" ucap Kepala Polisi yang duduk di sebelah Heeseung.

"Ini merupakan kesalahan keduamu, setelah kamu yang tidak becus mencegah anak buahmu untuk melakukan patroli di klub tempo hari. Kamu hampir saja membuat Terry dan Taehyun tertangkap, bodoh!" ujar Kai dengan tatapan mata tajamnya yang membuat kepala polisi itu gentar.

"Saya mohon maafkan saya, Tuan" kepala polisi itu memohon.

"Aku peringatkan, sekali lagi kamu membuat kesalahan maka tamatlah riwayatmu. Karena kebodohanmu itu, kita semua jadi gagal menyita aset milik Daeshim. Sekarang setelah dia mati begitu cepat, tidak ada lagi yang tersisa untuk kita"

Kai mengetuk-ngetuk pisaunya di atas piringnya. Menimbulkan suara yang sukses mengintimidasi orang-orang yang berada di ruangan tersebut.

"Ini bukan hanya peringatan untuk satu orang, tapi untuk kalian semua. Jika lagi-lagi ada yang berjalan tidak sesuai rencana, maka habislah kalian. Kalian tidak lupa kan jika kalian dapat terbunuh dari arah yang tidak akan pernah kalian duga. Jadi lakukan pekerjaan kalian dengan benar.

MENGERTI!!"

"Mengerti, Tuan" sahut kelima orang tersebut serentak.

*To Be Continued*



TRAP | Soobtyun (On Going)Where stories live. Discover now