5. Joong Archen Gaillard

3.4K 210 0
                                    

Sejak kecil joong memang sudah tinggal di amerika, daddy nya itu half amerika thailand maka dari itu keluarga joong menetap di amerika. Namun dirinya enggan pindah ke thailand menurutnya di amerika sudah cukup nyaman lagipula di thailand ia tak punya teman.

Tapi sudah seminggu ini setelah semester keduanya nya selesai ia sedang sibuk berkemas mengemasi apa saja yang bisa ia bawa ke thailand, sudah menyerah dengan sang papa joong akan melanjutkan study nya di thailand, pesawatnya akan terbang malam ini jadi sebisa mungkin siang ini ia selesai untuk berkemas.

23.30

Joong sudah berada di bandara, perjalananya sangat panjang sekitar 20 jam untuk itu joong memilih penerbangan malam hari agar dapat beristirahat lebih banyak dan sampai di thailand tidak larut malam.

Ia menghela napas kasar joong tidak suka perjalanan panjang seperti ini, baginya diam duduk di satu tempat seharian penuh adalah hal yang membosankan.

---
07.00

Pagi ini di thailand di kediaman keluarga gaillard seluruh anggota keluarga sedang berkumpul melalukan sarapan seperti biasanya, pagi ini juga mereka akan menjemput anak sulung mereka ke bandara karena perbedaan waktu joong akan sampai di thailand saat pagi hari.

" apa semuanya sudah siap?" tanya earth memastikan anggota keluarganya duduk dengan nyaman di kursi penumpang.

Earth menyetir mobilnya dengan santai menelusuri jalanan kota bangkok yang belum begitu padat dipagi hari.

Sesampainya di bandara ketiganya tak perlu menunggu kedatangan joong, sang anak sulung terlihat berdiri tak jauh dari pintu keluar dengan beberapa koper di sampingnya, tubuhnya yg tinggi dan tegap bak model, gayanya yang lebih menyerupai orang barat dengan setelan brand ternama di dunia membuat siapa saja yang melihatnya terkagum.

Tak terkecuali dunk, dapat disimpulkan bahwa kaka tirinya itu lebih mirip sang daddy namun tak menyangka bahwa wajahnya begitu terlihat tampan.

Kedua orang tuanya menghampiri sang kakak terlihat begitu senang memeluk anak sulung menyalurkan kerinduan terutama sang papa, dunk hanya memperhatikan ketiganya di belakang papa dan daddy nya.

" joong papa kangennnn " joong menerima pelukan sang papa sesekali menepuk ringan pundak papanya, posisi joong memang lebih tinggi dari sang papa badan joong bongsor seperti daddy nya.

" papa sehat? " tanya joong

" tentuuu papa hanyaa rindu anaknya yg tak mau pulang ini " canda nya dengan sedikit nada kesal. Yang disinggung hanya terkekeh kecil.

" anak tampan daddy sudah besar " ucap earth tangannya mengelus kepala joong sedikit kasar tinggi anaknya ini hampir melampaui tinggi dirinya.

" daddy rambutku rusak" si sulung tak terima.

Joong menatap pemuda manis yang berada di belakang kedua orang tua nya, 'apakah itu sosok adiknya' pikirnya dalam hati. Papanya yg paham menoleh ke belakang ia hampir lupa belum memperkenalkan anak bungsunya.

Keduanya memang belum pernah ketemu, mengobrol ataupun saling melihat foto satu sama lain.

" joong ini dunk adik mu" sang papa menarik pelan tangan dunk agar sejajar dengan dirinya memperlihatkan anak bungsu nya kepada si sulung.

Keduannya saling menatap untuk beberapa saat entah apa yang saling mereka pikirkan, sampai akhirnya dunk membuka suaranya terlebih dahulu.

" sawadi phi aku dunk natachai "

" gaillard " lanjut sang papa singkat.

Joong lihat adik tirinya ini emang terlihat sedikit menggemaskan seperti anak smp dibandingkan lelaki umur 19 tahun.

" sawadi aku joong, panggil aku senyamanmu saja "

Yang lebih muda mengangguk, meski joong tak tinggal di thailand namun selama di amerika papanya selalu berkomunikasi dengan joong menggunakan bahasa thailand tak heran jika ia tak akan susah berkomunikasi di sini.

Mereka berempat pulang menuju ke rumah besar gaillard, sesampainya di rumah para maid mengantar koper joong ke kamar yang sudah papanya siapkan. Tak ingin membuat anaknya lelah dengan banyak pertanyaan setelah menempuh 20 jam perjalanan mix meminta dunk untuk mengantar joong ke kamarnya agar bisa istirahat, joong tak pernah ke sini untuk itu mix perlu bantuan dunk untuk mengantar si sulung.

" ikuti adik mu joong istirahatlah dulu di kamar pasti kau lelah dalam perjalanan "

Si sulung mengangguk mengikuti arah pandang mix untuk mengikuti yang lebih muda mengantar ke kamarnya.

" kamu betah disini? " joong membuka obrolan sambil keduanya menaiki tangga rumah.

" betah ko kak papa dan daddy baik ke dunk "

Yang lebih tua mengangguk kembali mengikuti langkah adik nya yg lebih lambat dari dirinya.

Mereka sampai di depan pintu berwarna putih sama dengan pintu kamar dunk bedanya kamar dunk memiki hiasan bunga matahari yang ia gantung di depan pintu kamar.

Dunk membantu membukakan pintu kamar kakanya terlihat beda dengan kamarnya, kamar ini lebih bernuansa hitam dan abu abu sedangkan kamarnya bernuansa putih.

" ini kamar ka archen " kata akhirnya ia pelankan takut sang empu segan dipanggil seperti itu.

" tak apa dunk panggil aku senyaman mu " ucap joong sambil tersenyum tangganya mengusap kepala dunk yg sedikit lebih pendek darinya.

Yang disentuh hanya diam menunduk.

" kaka masuk dulu terimakasih adik manis " ucap joong lagi.

Dunk mendongak kali ini jantung nya merasa berdetak lebih cepat entah karena panggilan kakanya itu atau karena melihat wajah tampan kakanya dari dekat.

19.00

Malamnya mereka berempat duduk di meja makan, melakukan makan malam dengan mix yang terlihat lebih bahagia dari biasanya wajahnya selalu menampilkan senyum sejak datang nya si sulung ke rumah.

" nanti joong melanjutkan kuliah di chula dengan dunk ya " itu suara daddy nya.

Joong mengangguk ia sudah diberi tahu papa nya jika dunk memilih untuk mengambil study di chula untuk itu segala berkas perpindahan kampusnya dari amerika juga sudah ia kirimkan ke chula melalui pos sebelum mendarat di thailand.

STEP BROTHER [JoongDunk]Where stories live. Discover now