Please, not her

1.4K 249 17
                                    

Kelas sudah mulai sunyi. Jevan langsung menghampiri Lisa tanpa melirik Jaeden sedikitpun.

"Pulang bareng gue?"

Ajakan Jevan sontak membuat Lisa tersenyum sekaligus melirik Jaeden. Pasalnya, ia sudah janji akan pulang bersama pemuda itu sebentar.

"Em... gimana ya Jev, gue udah janji mau balik bareng-"

"Jadi lo nggak mau ya?"

"Bukan gitu Jev! Ayo deh," Lisa langsung berdiri dengan gelisah, ia menatap Jaeden tidak enak. "Maaf ya Jae, besok aja kayaknya, lagian Rosie masih tidur, gak enak kan kalo lo bangunin? Tungguin aja ya? Gue minta maaf banget, besok gue janji pulang bareng lo."

Jaeden hanya diam, entah kenapa ia enggan untuk berusaha seperti sebelum-sebelumnya.

Jevan langsung merangkul pundak Lisa dan melangkah pergi darisana tanpa menatap Jaeden sedikitpun. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu, Jevan hanya ingin membalas rasa cemburunya kepada Jaeden.

Jika bukan karena Rosie, dia juga tidak peduli kalau Jaeden mau pulang bersama Lisa.

Jaeden sendiri tidak paham kenapa ia membiarkan Lisa pergi tanpa berat hati. Padahal ia bisa saja menahan gadis itu, namun dia tidak melakukannya karena gadis lain yang sedang berada disampingnya saat ini.

Tidak masuk akal.

Jaeden bisa membangunkan Rosie kalau ia mau, namun nyatanya dia lebih memilih gadis itu ketimbang Lisa hanya karena alasan tidak enak, apa susahnya membangunkan Rosie?

Jaeden semakin bingung, ia melirik gadis itu, wajah tenangnya tampak terlelap nyaman. Angin dari jendela berhembus pelan kepermukaan kulitnya yang mulus.

Mata Jaeden terpaku lekat mengamati setiap detail wajah Rosie, bahkan jemarinya kini tanpa sadar mengusap surai blonde tersebut.

Gadis itu adalah wanita yang sangat idolanya cintai, semua orang tahu bahwa Jacob teramat mencintai Rosie, dan Jaeden tidak heran lagi akan pilihan idolanya, Jaeden paham sekarang kenapa Jacob teramat mencintai gadis itu.

Keningnya seketika mengerut memikirkan masalah mereka. Lantas kenapa keduanya berpisah? Kenapa Rosie melakukannya?

Gadis ini masih tidak bisa ia tebak. Jaeden menghela napas.

Kelas semakin sunyi. Suasana tetap sama seperti itu sejak tadi, hanya menyisakan Jaeden, Rosie, serta Ian didalamnya.

Badan Ian menggeliat pelan, matanya terbuka perlahan dan langsung menangkap keberadaan dua orang di ujung jendela itu. Tampak Jaeden yang sedang memandang lekat wajah Rosie seraya mengusap lembut surai halus tersebut.

Ian meregangkan otot-ototnya sebentar, dia masih terdiam menatap mereka berdua selagi mengumpulkan nyawa.

Jaeden menyadarinya, dia langsung menarik tangannya dari rambut Rosie.

Airpods gadis itu masih bertengger ditelinga Ian dan hal tersebut terus menjadi pertanyaan Jaeden. Dia ingin bertanya, namun Ian tiba-tiba menghampiri mereka sendiri dan tampak sangat siap untuk pulang dengan tas dipunggungnya.

"Bangunin aja."

Jaeden menatap bingung kepada Ian. "Kenapa?" Ian tak menjawab dan malah menarik kursi lalu duduk disamping Rosie, ia ikut menatap gadis itu.

"Lo yang kenapa? Kenapa mau nungguin ini cewek?" tanyanya masih memandang lekat kepada Rosie.

Jaeden terdiam, dia tidak bisa menjawab, alhasil, ia pun hanya bisa mengalihkan topik. "Itu airpods dia?"

Ian langsung melepas kedua benda tersebut lalu menyimpannya kedalam kotak. "Kenapa lo tahu?"

"Nebak aja, lo kan gak suka pink."

Drive You Insane Where stories live. Discover now