Got you in my tears

742 108 71
                                    

Pintu apartemen terbuka.

Rosie sudah memindahkan kepala Jevan dari pangkuannya. Dia juga merapihkan bekas-bekas kekacauan Jevan diatas meja. Gadis itu betul-betul menungguinya sampai Lisa dan Jaeden datang.

Lisa masuk dengan dua kantong plastik di tangannya.

"Eh Ro? Udah kelar?" tanya Lisa bingung saat melihat Jevan yang sudah tidur di sofa panjang sedang gadis itu di sofa lainnya sibuk memainkan ponsel.

"Iya, sakit tuh anaknya. Makanya gak lama doang." dusta Rosie, masih menatap ponsel. Ia enggan melihat Lisa karena ada Jaeden dibelakangnya.

Dia sudah menyadari tatapan tajam pemuda itu sejak mereka berdua masuk kemari.

"Hah? Jevan sakit?" panik Lisa buru-buru menaruh kantong plastik itu diatas meja lalu menghampiri Jevan.

"Suruh pindah kamar gih, daritadi ngigauin nama lo terus." Mendengar hal tersebut membuat wajah Lisa tiba-tiba merah, ia agak terkejut mengetahuinya.

"Maaf ya gue angkat telponnya lama banget, pasti lo udah kerepotan, itu ada martabak Ro, makan aja dulu, nanti pulang bareng Jaeden."

Rosie spontan menatap gadis itu. "Hah? Gak usah, gue bisa pulang sendiri."

"Lo bawa mobil?"

"I-iya."

Lisa mengerut bingung. "Tadi kata kakek lo enggak, makanya dia nelpon gue yang kebetulan mau kesini juga, jadi kakek lo yang minta buat dianterin Jaeden."

Rosie spontan merutuki Brad dalam hatinya. Apa-apaan sih kakeknya itu?

"Lo gak bawa mobil kan?" Itu suara Jaeden. Rosie masih tidak mau menatapnya. "Kenapa pake bohong segala?"

"Iya Ro, gapapa Jaeden anterin aja. Makan dulu ya martabaknya, gue mau anter Jevan ke kamar." Selepas mengatakan itu, Lisa langsung merangkul Jevan dan menuntunya kedalam kamar, cowok itu masih setengah sadar. "Panas banget, tapi dia beneran sakit kan ini? Kok bau alkohol?"

"Gatau goblok cowok lo, kedinginan malah minum alkohol, untung kalian cepet datengnya." Rosie bohong lagi agar Lisa tidak berpikir yang bukan-bukan.

"Yaampun Jev." Hanya itu yang Lisa katakan karena agak salah tingkah dengan ucapan Rosie. "Yaudah kita masuk kamar dulu yah."

Dan setelah itu, tersisa Jaeden dan Rosie diruang tamu.

Kecanggungan ini melebihi rapat PBB.

Jaeden melangkah duduk disamping Rosie sambil sibuk membukakan bungkusan martabak itu.

Rosie mengamatinya dari ekor mata.

"Lo ngehindarin gue ya?" tanya Jaeden dengan senyum miring yang samar. "Gue gak yakin Jevan sakit, dia mabuk, kalian abis ngapain?"

"Bukan urusan lo."

Jaeden menghentikan kegiatannya lalu berpaling penuh menatap gadis itu. "Lo temenan sama Lisa, lo paham kan maksud gue? Gak cukup Ian Ro?"

Mendengar ucapan Jaeden yang berniat menyalahinya seketika membuat gadis itu geram. "Lo gak tahu apa-apa." Rosie langsung berdiri tanpa mengatakan apapun lagi dan pergi darisana.

Jaeden seketika mendecak lalu ikut menyusul sampai langkahnya terhenti karena Lisa yang tiba-tiba keluar dari kamar.

"Eh? Rosie kemana?"

Jaeden mengusap wajahnya. "Ngambek, kita cabut dulu ya, kalo ada apa-apa kabarin gue, oke?"

Lisa tersenyum. "Hati-hati loh, jangan ditahan juga Jae, kalo bisa confess, langsung aja! Gue tunggu kabar baiknya!"

Drive You Insane Donde viven las historias. Descúbrelo ahora