Who?

1.2K 204 17
                                    

Tiga tahun itu tidak mudah. Rosie adalah saksinya, dia tahu seperti apa lika-liku hubungan percintaan yang terjalin selama itu.

Jacob adalah pemuda yang baik. Sangat baik.

Dan Rosie selalu menyayangkan hal tersebut.

Pikirannya terus dikurung oleh sang mantan, yang tadinya ia pikir membenci adalah solusi, nyatanya membuat perasaan itu kian menjadi.

Intinya ada sesuatu yang memaksa mereka untuk tidak bisa bersama.

Mungkin sekarang Rosie mulai terbiasa, namun bayang-bayang Jacob selalu mengikutinya. Apalagi bila mengingat malam pertama ia di Indonesia, takdir membuatnya merasa de javu dengan eksistensi seorang driver muda dari akademi yang sama pula.

Rosie pikir ia dikutuk untuk tidak bisa bersama driver dari ferarri selain ayahnya.

Percaya tidak percaya, hati gadis itu selalu jatuh pada pembalap dari kuda merah tersebut.

Dan malam kemarin dulu hampir saja membuatnya merasakan hal yang sama, sampai ia tahu satu fakta kecil yang membuat gadis itu harus berhenti.

Dia tidak ingin menjadi saingan atau orang ketiga diantara mereka.

Rosie menangis tanpa suara. Emosinya campur aduk setelah kembali menerima pesan dari Jacob sejak setahun terakhir. Dia pikir pemuda itu sudah move on.

Sulit dijelaskan, dia kecewa, senang, sekaligus takut. Rosie sendiri tidak mengerti dengan perasaannya.

Dia berniat menjauhi dan mengingini pemuda itu di waktu yang bersamaan.

"Siapa-" Kemarahannya tertahan setelah mendapati pelaku yang secara tiba-tiba menempelkan botol minuman dingin ditangannya.

Christian.

"Apa sih?!" Tetap saja marah. Rosie menatap Ian dengan mata yang basah dan merah.

Pemuda itu belum menjawab, ia menarik kursi didepan Rosie lalu mendudukinya. Matanya menatap lekat netra cantik tersebut.

"Apa?!"

Ian tiba-tiba menaruh bungkusan makanan diatas meja lalu menyandar disandaran kursi seraya bersedekap dada. "Makan."

Rosie menolaknya mentah-mentah. Ia menggeser makanan tersebut dan kembali menenggelamkan kepalanya diatas meja.

"Gue mau lo makan sebagai permintaan maaf kemarin, nggak usah ajak gue jalan."

Rosie terisak.

"Cengeng amat, cepetan makan!"

"Lo kenapa sih?! Orang lagi sedih disuruh makan!" bentak Rosie kembali mengangkat wajahnya. Ia menatap Ian penuh emosi.

Pemuda itu tetap memandang datar padanya seraya bernapas berat. Mereka beradu pandangan sesaat hingga membuat Rosie kembali menangis deras.

Ian membuang napas jengkel dan tiba-tiba menggeser kursinya mendekat disamping gadis itu.

"Shhh... masih pagi udah nangis, pamali tahu gak." Rosie tertegun saat pemuda tersebut mendekapnya sembari berbisik lembut.

Dia ini kenapa? DIA SADAR KAN DENGAN APA YANG DIA LAKUKAN?!!

"L-lo-"

"Diam aja, lagi sedih kan?"

PEKA BANGET?! MEMANGNYA COWOK KAYAK GINI MASIH ADA???

Refleks, Rosie langsung menangis besar, dia bahkan tidak peduli jika kemeja Ian akan basah sekarang.

Kapan terakhir kali ia menangis didekapan seorang pria? Bahkan Jacob tidak pernah merasakan hal itu, Brad sekalipun. Hanya Dad, itu pun empat tahun yang lalu, tepat saat mom meninggal.

Drive You Insane Donde viven las historias. Descúbrelo ahora