Empat: Sana yang Mengejar Allan

370 53 8
                                    

Allan mengalami demam tinggi dan kelelahan, penyakit lambungnya juga kambuh. Entah seberapa keras Allan bekerja, Seina tidak pernah tahu. Usaha kedua orang tua Allan memang cukup banyak, dan semua itu ditinggalkan untuk Allan seorang diri. Fayka menolak untuk membantu, karena merasa itu bukan haknya sebagai anak di luar pernikahan yang sah. Papa Allan—Ibra masih ada dalam jeruji besi, meski beberapa asetnya dibekukan, tapi masih banyak usaha yang bisa diselamatkan, karena usaha itu terutama perusahaan kepemilikannya sudah publik dan sahamnya masih atas nama kakek Allan. Sedangkan milik almarhumah ibunya, Seera yang memiliki usaha dalam bidang butik, salon kecantikan serta beberapa resort masih di-handle oleh Allan sepenuhnya. Seina tidak kaget jika Allan sampai kelelahan begini. Apalagi Allan juga masih harus menyelesaikan kuliahnya. Laki-laki itu, bahkan nyaris tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Seina sadar, setiap ia mengeluh lelah atas pekerjaannya, itu tidak ada seujung kukunya dengan beban yang ditanggung Allan. Apalagi saat kenyataan pedih menimpa hidup laki-laki itu secara bersamaan dan kebetulan. Ibunya—Seera ditemukan meninggal di salah satu apartemennya di Singapura, dan hingga saat ini masih belum jelas siapa pelaku pembunuhannya, dan ayahnya harus mendekam di jeruji besi karena tuduhan suap.

Allan rapuh, Seina tahu itu. Kenyataan pahit yang menimpa hidup Allan dalam satu waktu, telah mengubah kehidupannya secara drastic. Allan yang Seina kenal, bukan Allan yang saat ini ada di hadapan banyak orang, yang tak tersentuh, pendiam, dan tampak acuh tak acuh. Allan di masa lalu Seina adalah Allan yang hangat dan menyenangkan. Satu hal yang Seina sayangkan, ia adalah salah satu yang menyumbang kepahitan dalam hidup Allan. Andai, sejak awal Seina tidak menanggapi perasaan Allan, mungkin mereka tidak akan terjebak di situasi asing dan perang dingin seperti ini.

"Lan ...," panggil Seina, ketika Allan membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Laki-laki itu terlihat kuyu dan menyedihkan. Seina rasanya ingin menangis melihatnya, bukan karena Allan masih memiliki tempat khusus di hatinya, tapi karena hatinya masih dipenuhi empati dan rasa kasih sayang sesama umat manusia.

"Lo ngapain masih di sini?" kata pertama yang Allan ucapkan setelah ia sadar akan keberadaan Seina. Setelah diperiksa dokter tadi, Allan kembali tertidur tanpa sempat menyantap makanannya.

"Gue nganterin bubur buat lo, masa lupa sih?"

"Gue inget, cuma lo ngapain masih di sini?"

" Udah deh, jangan banyak tanya. Mending lo makan. Masih hangat kok, Lan. Habis ini minum obat."

"Lo yang buat?"

Seina menggeleng, ia lalu nyengir. "Mbak Faykalah, tadi minta tolong ke gue buat nganterin bubur ke sini, katanya lo sakit."

"Nggak perlu repot-repot sih. Gue bisa pesen makanan sendiri."

Seina menghela napas. Ini akan sulit, Allan seperti menjaga jarak dan menunjukkan kesan tidak bersahabat dengannya sejak kematian ibunya. Oh, salah Seina sendiri. Alllan berkali-kali mengemis padanya untuk balikan, dan lagi-lagi Seina menolak. Hari itu, mendadak Allan menjadi dingin dan asing, entah apa alasan pastinya, Seina tidak tahu.

"Udah deh, nggak usah ngajak ribut. Nih makan!"

Seina menyodorkan bubur yang masih ada di dalam lunch box stainless steel yang membuat bubur itu masih cukup panas. Ia memberikannya pada Allan, laki-laki itu lalu menyandarkan tubuhkan pada kepala ranjang dan menarik bantal di atas perutnya. Oh, Allan bukan manusia sekarat yang tidak bisa makan sendiri, ia masih bisa makan sendiri. Sementara, Seina sibuk membuka tablet obat yang diresepkan Dokter.

"Ehhhh stoppp, gue lupa," teriak Seina, membuat Allan tidak jadi menelan buburnya.

"Minum obat dulu sebelum makan hehe, gue lupa tadi kata dokter obat yang ini diminum sebelum makan, terus jangan langsung makan, tunggu dulu tiga puluh menitan deh kalau nggak salah." Seina meringis lagi, ah sial sekali, penyakit pelupanya kambuh disaat yang tidak tepat.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Dec 30, 2023 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

DefensiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant