7. They're Coming

33 20 16
                                    

Pintu sudah kukunci dari luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pintu sudah kukunci dari luar. HP dan case-nya sedang berada di dalam genggamanku.

Aku bersiap-siap untuk memesan ojek online karena sebelum ini aku sudah bilang pada Matthew untuk tidak menjemputku. Aku sedang tidak ingin berboncengan dengannya. Aku masih kesal.

Hal yang lebih menyebalkan lagi, orang yang sedang masih aku kesali itu tiba-tiba muncul di depan pagar rumahku. Dia membuka helmnya.

"Gue udah bilang gue ga mau bonceng sama lo."

"Gue belum setuju," katanya sambil menepuk jok belakang. "Naik."

Aku menggeleng.

Dia mendengus dan mematikan mesin motornya. "Kita udah telat asal lo tau. Atau Lo sengaja bikin kita jadi telat?"

"Apaan, sih. Gue kan bilang gue ga mau bonceng sama lo dulu." Aku bersikeras. Jangan dipikir aku tidak punya sifat keras kepala. Aku mewarisinya dari ayah maupun bunda. Mereka berdua sama saja.

Matthew turun dari motor dan menarikku dengan genggamannya. "Gue ga peduli sama alasan lo marah ke gue, yang jelas sekarang kita ke sekolah dulu."

Kali ini aku tidak menolak ataupun melawan. Matthew benar. Ini sudah hampir mendekati jam tujuh. Jika aku memesan ojek pasti akan memakan lebih banyak waktu lagi.

Di atas motor selama perjalanan, aku tidak membuka suara sama sekali dan Matthew tampak kesal karenanya. Dia bertingkah seolah tidak berbicara kasar padaku kemarin.

"Lo masih inget sama ultah gue, kan?" tanyanya tiba-tiba.

Aku tidak terkejut. Inilah Matthew. Selalu saja memberikan peringatan menjelang hari ulang tahunnya tanpa peduli pada apa yang sedang terjadi.

"Iya inget," jawabku datar.

Hening lagi.

Akhirnya kami tiba di sekolah bertepatan dengan bel masuk kelas. Kami menghela napas lega karena pintu gerbang sekolah masih terbuka dengan lebar.

Matthew langsung berlari duluan setelah turun dari motor tanpa mengucapkan apa-apa padaku.

Kesimpulannya, dia menjemputku hanya untuk memastikan apakah aku ingat dengan hari ulang tahunnya atau tidak. Bukan karena dia peduli padaku.

Aku mulai melangkah menuju kelasku yang ada dilantai dua. Kelasku tidak terlalu jauh untuk diharuskan berlari.

Seperti yang kalian lihat, kegiatanku di setiap harinya semakin membosankan. Hanya seputar sekolah dan belajar, terutama aku sedang berada di kelas akhir SMA yang dimana kami tidak bisa banyak menghabiskan waktu untuk melakukan hal lain selain belajar.

Tidak ada yang spesial di sekolah hari ini. Aku hanya belajar, berbincang dengan teman namun pikiranku kacau sehingga tidak ingat dengan apa yang mereka perbincangkan.

The Ocean | revisiWhere stories live. Discover now