Bab 10. Cakra dan Lula vs Gantari dan Perasaannya

115 55 9
                                    


“Bagaimana mungkin perasaan yang ia tahu salah ini malah meninggalkan rasa sedih yang mendalam?”

***

Tidak terasa waktu dengan begitu cepatnya bergulir. Rasanya baru saja Gantari melihat orang-orang merayakan tahun baru 2022, kemudian masuk bulan Ramadhan, lalu dengan cepat ia pun bertemu dengan bulan kelahirannya, dan tahu-tahu sekarang sudah masuk bulan Januari 2023.

Pada awal tahun ini pun akhirnya naskah yang sejak bulan Juni lalu Gantari serahkan itu resmi terbit pada tanggal 2 kemarin. Karena ada banyak hal yang perlu dipersiapkan jadilah naskahnya itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terbit. Dan beruntungnya masih ada banyak pembacanya yang dengan siap menunggu dan menyambut kembalinya Gantari setelah hiatus.

Bahkan Pre-Order beatch pertama yang dibuka kemarin langsung sold out dalam waktu 3 jam, dan dengan total jumlah 2.000 copies. Di awal tahun ini Gantari benar-benar disibukkan dengan kegiatannya sebagai penulis. Sejak kemarin setelah karyanya sold out ia bahkan sudah diminta untuk mengisi TTD novelnya. Karena jumlahnya yang cukup banyak tidak mungkin ia bisa menandatangani semuanya kemarin. Jadilah hari ini ia harus kembali lagi ke kantor redaksi untuk melanjutkan pekerjaannya itu.

Gantari sudah berada di kantor redaksi sejak pukul 8 pagi, dan syukurlah pekerjaannya untuk menandatangani karyanya itu sudah selesai tepat di pukul 11 siang. Waktu yang tepat untuk beristirahat.

Awalnya Gantari ingin mengajak Mbak Bunga dan Mbak Anggun makan siang bersama, tetapi karena mereka sedang sibuk dan waktu istirahat mereka masih satu jam lagi, jadilah Gantari memilih langsung pulang saja. Kebetulan tadi Mamanya sempat bilang kalau beliau akan memasak Ikan laut bumbu bawang, salah satu lauk kesukaannya!

Butuh waktu sekitar 25 menit untuk sampai di rumahnya. Beruntung siang ini jalanan kota Bandung tidak begitu padat. Saat sampai, dari dalam mobilnya Gantari dapat melihat keberadaan sang Mama dan keponakannya di teras rumah karena kebetulan pagar rumahnya tidak tertutup.

“Assalamualaikum,” salam Gantari begitu keluar dari dalam mobil. Karena tipe rumahnya yang tidak memiliki bagasi mobil dan juga pekarangan yang lebar, jadilah mobilnya hanya bisa diparkirkan di depan rumah yang mana jarak teras rumah dan jalanan depan gang tidak begitu jauh.

“Waalaikum salam,” jawab sang Mama.

“Tante!!!”

“Hai Puput,” sapa Gantari sambil berjongkok dan merentangkan tangan, bersiap untuk memeluk keponakannya. Setelah berpelukan, Gantari tidak lupa memberikan kecupan-kecupan singkat ke kedua pipi gembul keponakannya.

“Gimana sekolahnya hari ini?” tanya Gantari.

“Seru! Tadi belajar mewarnai, kakak dapet nilai paling besar!” dengan senang dan bangganya keponakan cantiknya itu bercerita padanya.

Namanya Putri tapi Gantari dan keluarganya biasa memanggilnya Puput atau Kakak. Usianya baru 5 tahun namun sudah begitu aktif, bahkan gadis kecil itu sudah menunjukkan minat bakatnya di bidang menggambar dan mewarnai.

“Ihhh Tante mau liat dong, manaaa?” seperti biasa Gantari akan selalu merespons dengan antusias juga.

“Ada, sini,” gadis kecil itu pun segera menarik Gantari.

Saat berdiri dan mengikuti keponakannya, Gantari baru sadar jika bukan hanya ada Mama dan keponakannya saja di sana. Tetapi ada gadis kecil lain yang duduk di sebelah Mamanya. Dan kehadirannya membuat Gantari bertanya-tanya.

“Loh, Ma, itu siapa?” tanya Gantari saat ia sudah duduk di lantai teras bersama Putri.

“Oh ini – “

Oh My Duda!Where stories live. Discover now