Bab 11. Debaran yang Salah!

160 55 12
                                    

“Aku ingin terus menyangkal perasaan ini. Karena pada akhirnya kamu tak akan bisa aku miliki.”

***

“Ma, Gantari ijin keluar ya,” ucap Gantari yang sudah sangat siap untuk pergi keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Ma, Gantari ijin keluar ya,” ucap Gantari yang sudah sangat siap untuk pergi keluar.

“Loh mau ke mana kamu neng? Tumben hari minggu main keluar, biasanya  kamu hibernasi di kamar,” sahut Mamanya yang sedang asyik menonton TV di ruang tengah.

Gantari segera duduk di sebelah Mamanya. “Dih, nanti kalau Gantari hibernasi mulu Mama protes lagi! Bahasan untuk cari pendamping hidup bakal keluar deh, salah mulu ini jadinya,” balas Gantari sambil mengamit lengan Mamanya untuk ia gelayuti dengan manja.

“Oh bagus deh kalau akhirnya kamu mulai keluar jalan-jalan gitu untuk cari jodoh,” celetuk sang Mama.

“Ih Ma!” Lagi-lagi Gantari mendengar bahasan soal jodoh itu. Yah sepertinya ia juga yang salah karena menyenggol hal tersebut.

“Kan siapa tahu gitu, Mama sih bakal senang banget kalau kamu pulang-pulang langsung bawa calon.”

“Tuh-tuh nyebelin banget deh,” Gantari merajuk sebal. “Gantari tuh mau me time setelah berhari-hari ngurusin kerjaan, bukannya mau cari jodoh. Lagian ngapain di cari, nanti juga dateng sendiri.”

“Husss kamu ini! Jodoh nggak bisa datang sendiri kalau kamu nggak ada usaha.”

“Ya Gantari kan sudah usaha Ma, doa itu kan bentuk sebuah usaha juga hehehe.”

“Ck kamu ini!” decak Mamanya merasa tidak habis pikir dengan tingkah anaknya sendiri. “Iya betul doa itu bentuk usaha juga, tapi doa itu juga harus dibarengi dengan action!”

“Aduh mamaku sudah jago bahasa inggris,” celetuk Gantari membuat sang Mama geram dan langsung melayangkan pukulan di lengannya.

Gantari yang menerima pukulan tanpa rasa sakit itu pun hanya tertawa. Senang rasanya menjahili sang Mama.

“Dengerin dong kalau Mamamu ini lagi bicara, neng!” protesnya. “Jodoh itu nggak melulu bisa kamu nanti. Cari dia dengan cara kamu yang banyak bersosialisasi misalnya. Ketemu sama banyak kenalan, menjalin koneksi yang banyak. Nah dari koneksi antar individu itu bisa banget jadi jembatan untuk kamu ketemu jodohmu nanti, neng.”

Gantari pun hanya diam mendengarkan.

“Setelah ketemu nanti, kamu harus bisa tegas ya neng! Karena pilihannya cuman ada dua. Perjuangkan dia untuk akhirnya jadi jodoh kamu, atau lepaskan dia untuk jadi milik orang lain.”

Pada akhirnya Gantari tidak bisa lepas dari ceramahan sang Ibunda tentang jodoh. Yah meski bosan dan membuat kesal, Gantari tetap mendengarkan dan membenarkan. Semua yang Ibunya itu katakan memang ada benarnya. Hanya saja Gantari tidak bisa menerapkan semua itu. Karena pada akhirnya ia akan lebih menikmati hidupnya di seputaran dunia  tulis menulis.

Oh My Duda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang