3. Diner

128 35 18
                                    

Jihyo menarik tuas rem tangan dan memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran restoran semi cafe. Tubuhnya yang lemas ia senderkan ke kursi sambil menghela nafas yang terdengar sangat berat. Mata ia pejamkan dan menghayati rasa lelah yang ia rasakan di kepalanya. Hari ini merupakan hari yang sangat berat.

Sekiranya ada sekitar 5 menit ia berada di posisi itu sebelum ia merogoh tasnya di kursi sebelah dan mengeluarkan ponselnya. Ia membuka ponsel itu, mencari salah satu kontak dan menelponnya.

"halo Jihyo"

"halo Nayeon-ah"

"apa kau ingin bertanya tentang tadi pagi?" tanya orang di seberang telpon.

"ne, apa kau sudah menemukan orang yang ingin dijadikan pacar bayaran?" tanya Jihyo

"aigoo maaf sekali Jihyo, tapi aku belum menemukannya"

Jihyo berdecik sebal dan merasakan dirinya yang semakin lemas mendengar hal itu. "beneran tidak ada sama sekali kah? satupun? please, siapapun itu aku butuh"

"maaf Jihyo tapi sungguhan aku tidak menemukan. ada sih tadi satu orang, tapi dia bilang dia sibuk kalau malam ini jadi tidak bisa"

Mendengar itu Jihyo hanya bisa bergeming tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi, ia sudah patah semangat dan harapan. Kalau seperti ini ceritanya ia harus bagaimana.

"haha lagipula kau juga sih pakai pura-pura punya pacar segala. play stupid game and win stupid prize. sekarang bingung sendiri kan haha"

"bisa diam gak sih!?" kesal Jihyo. "kalau bukan karena orang tua rese itu ingin menjodohkanku, aku tidak akan melakukan hal aneh seperti ini kali"

"haha, semangat deh kalau begitu. maaf aku tidak bisa membantumu lebih jauh, goodluck!"

Jihyo melempar ponselnya ke kursi sebelah. Ia mulai memijat kepalanya yang pusing akan hal ini. Lalu apa yang harus dilakukan, ia harus menemui ayahnya untuk makan malam dalam waktu 2 jam dari sekarang tapi ia masih belum menemukan seseorang yang bisa dijadikan pacarnya. Sekarang bagaimana? Masa iya sih ia harus mengatakan yang sebenarnya kalau ia tidak mempunyai pacar. Tapi kalau ia melakukan itu, itu artinya ia harus menerima perjodohan dengan orang random yang bahkan tidak ia kenal. Tidak, ia sama sekali tidak mau itu.

"ARRRGGGGGAAAHH!!"

Semakin memikirkan hal itu, semakin rasa kegilaan menyelimuti dirinya. Rasanya ia ingin sekali melempar mobilnya saat ini karena saking geramnya, sungguh.

Jihyo mengambil tas di sebelahnya dan memutuskan keluar dari mobil untuk pergi ke restoran itu. Kepalanya sudah terlalu panas dan ia butuh menenangkan dirinya untuk bisa kembali berfikir, mungkin americano bisa membantunya.

-

"cah, akhirnya selesai juga kue ini" ucap Jeongyeon setelah memasukan kue ke dalam kotak.

Ia melihat ke arah jam dinding dan saat ini waktu menunjukan pukul 6 sore. Europhia ia rasakan didalam dirinya karena pas sekali shiftnya hari ini sudah selesai. Tinggal mengantar kue ini ke alamat pemesan dan setelah itu ia bisa pulang.

Jeongyeon pergi ke belakang ke ruang karyawan, pergi ke lokernya dan mengambil barang-barangnya. Setelah memakai jaketnya dan mengambil tasnya, ia kembali pada kue red velvet yang sudah ia buat tadi, memasukkannya ke dalam paperbag dan siap dia untuk mengantar.

"Dahyun aku duluan ya" ucap Jeongyeon pada Dahyun yang sedang berjaga di kasir.

"ne~ hati-hati di jalan"

Jeongyeon berjalan melewati counter sambil mengeluarkan ponselnya untuk melihat alamat pengirimannya. Ternyata lokasinya cukup jauh tapi untungnya tidak sulit karena ia hanya perlu naik kereta bawah tanah sekali untuk pergi ke tujuan. Barulah setelah mengantar ia bisa pulang dan--

Unplanned | JeonghyoKde žijí příběhy. Začni objevovat