6. Noisy

111 30 7
                                    

'tet, tet, tet, tet'

Jihyo mengulurkan tangannya ke atas nakas di sebelah kasurnya untuk mematikan alarm yang membangunkan tidurnya. Ia menurunkan selimut yang menutupi dirinya sambil mengerjapkan mata baru bangun tidurnya. Ia masih ada di posisi itu, menatap lurus langit-langit kamarnya. Pikirannya kosong seakan otaknya perlu beberapa saat untuk memproses apa yang ada di dalamnya.

Mungkin ada sampai lima belas menit sampai akhirnya Jihyo mendudukan diri sambil meregangkan tangannya. Ia turun dari kasur dan langsung pergi ke kamar mandinya untuk membuat dirinya lebih fresh. Jihyo mandi di bawah shower dengan singkat, menyikat gigi, melakukan skincare paginya, dan setelahnya ia keluar dari kamar mandi dengan kaus polos simple ditemani dengan celana pendek.

Ia pergi ke dapur untuk melakukan kebiasaan pagi lainnya, sarapan. Jihyo mengambil dua lembar roti tawar pada kotak roti lalu memasukkan ke dalam panggangan. Sembari menunggu roti terpanggang, ia memanaskan air pada teko elektrik untuk nantinya akan dibuatkan teh. Pas sekali setelahnya terdengar suara nyaring dari panggangan yang menandakan roti selesai dipanggang. Ia mengambil piring untuk menaruh roti, mengolesinya dengan mentega, lalu ia membawa roti dan cangkir tehnya ke meja makan kecilnya.

Itulah ritual yang selalu ia lakukan setiap pagi, setiap hari, dan selalu sama 24/7. Tidak ada satupun step yang berubah atau terlewatkan sekalipun. Mungkin yang menjadi pembeda hanya menu sarapannya, kadang oatmilk, kadang sereal (ia selalu ingin simple dan tidak ribet). Lalu setelah itu ia berangkat kerja, pulang saat malam hari, tidur, dan ulangi lagi dari awal.

Mungkin itu yang membuat setiap hari wajah Jihyo selalu datar. Jihyo punya pekerjaan yang bagus, apartemen bagus, dan mobil bagus, apapun yang ia inginkan bisa ia dapatkan. Tapi ia harus bisa menerima bahwa kesehariannya cukup datar dan repetitif, tidak ada yang baru. Jihyo juga tidak tahu apa yang bisa ia lakukan, toh ia sudah terbiasa dengan semua ini.

Sembari menikmati sarapan, Jihyo membuka ponselnya untuk mengecek email. Terdapat pengingat di sana bahwa hari ini ia ada meeting kerja sama dengan perusahaan lain sebelum dan setelah istirahat makan siang. Setelah menghabiskan sarapannya ia melihat sekarang sudah hampir jam delapan. Ia membawa piring dan gelasnya pada wastafel untuk dicuci lalu setelahnya pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Blouse dibalut dengan blazer di luar dan juga celana panjang, pakaian kerja defaultnya. Setelah sedikit memakai make up, ia siap keluar untuk berangkat kerja.

Pekerjaan di kantor biasa saja sama seperti hari biasanya, tidak ada sesuatu yang aneh. Hingga waktu menunjukan kalau ia harus berangkat untuk meeting. Sesuai perjanjian dari kedua belah pihak mereka akan melakukan meeting di salah satu coffee shop.

Jihyo mendorong sebuah pintu yang menimbulkan bunyi 'kringg' ketika dibuka. Sekarang ia berada di coffee shop dimana mereka akan bertemu.

"ice americano satu" ucap Jihyo pada sang kasir.

Setelah membayar dan mendapatkan pesanannya Jihyo pergi ke meja yang berada di sudut ruangan, karena biar mudah dan lebih sedikit orang saja. Masih lima belas menit lebih awal dari waktu janjian, sengaja karena ia memang terlalu tepat waktu. Sembari menunggu orang dari pihak lain datang, ia membuka ponselnya untuk membaca berita terkini sembari menikmati americanonya.

"selamat siang, Miss Park"

Jihyo menaikan kepala dari ponselnya ketika mendengar suara dari sampingnya. Ia menatap ke atas dan ia melebarkan mata melihat siapa itu.

"D-daniel!?" terkejut Jihyo.

"mengapa kau terkejut seperti itu, Jihyo-ssi? apa kau tidak menyadari nama perusahaan yang akan kau kerja sama?" ucap Daniel sambil duduk di kursi depan Jihyo.

Unplanned | JeonghyoWhere stories live. Discover now