4. Be My (Fake) Girlfriend

121 30 13
                                    

Pintu lift terbuka dan seorang wanita merapihkan sedikit jasnya sebelum keluar dari lift tersebut. Wanita tersebut berjalan menyusuri lorong untuk menuju sebuah ruangan. Lantai tersebut hampir tidak ada orang disana yang membuat suara heelsnya menggema ke seluruh lantai. Lantai ini adalah lantai yang eksklusif sehingga tak banyak orang bisa mengaksesnya.

"selamat pagi Miss Park" seorang sekretaris di mejanya berdiri sambil membungkuk padanya.

"pagi" ucapnya simple menampakan senyum kecil.

Wanita tersebut membuka sebuah pintu besar yang bertuliskan "CEO" di sana dan masuk ke dalamnya. Ia bisa melihat seorang pria paruh baya yang sedang ada pada mejanya, sibuk dengan apapun yang dia lakukan pada laptopnya.

"hey Jihyo, akhirnya datang juga" ucap pria itu.

Jihyo berjalan mendekati pria itu, berhenti tepat di depan mejanya sambil menyilangkan tangan. "apa yang appa mau pagi-pagi seperti ini?"

"haha duduk terlebih dahulu lah, jangan berdiri seperti itu" ucap appa.

Jihyo berdecik sebal sambil memutar mata malas, namun kemudian ia duduk di kursi depan meja. "cepat katakan apa yang kau mau, jangan membuang waktuku"

"hahaha mengapa kau selalu tidak sabaran seperti itu. lagipula aku yakin kau sudah tahu apa yang akan dibicarakan" ucap appanya. Ia menutup laptop dan juga melepas kacamata yang ia kenakan.

"what? soal makan malam kemarin? soal Jeongyeon? kenapa?"

"hahaha. uhhh bagaimana ya" appa menggigit bibir bawahnya terlihat bingung. "okay begini, aku langsung to the point saja. apa kau serius melakukan hubungan dengan Jeongyeon? karena... jujur saja appa kurang cocok dengan Jeongyeon"

Jihyo mengerutkan dahinya. "apa yang kau maksud dengan kurang cocok itu?"

"ya kurang cocok saja setelah makan malam kemarin berbicara dan mencari tahu lebih dalam, orang itu belum cukup bisa membuatku yakin"

"dan yang appa maksud dengan tidak cocok itu adalah karena pekerjaan Jeongyeon? tentang background Jeongyeon, begitu?" tanya Jihyo.

"yaaaaaaa bisa dibilang begitu" ucap appa. "maksudku ayolah Jihyo, tidak kah kau berfikir kalau dibandingkan dengan Daniel, dia lebih unggul kan? Daniel punya pekerjaan yang stabil, orang tuanya yang memiliki perusahaan, dia juga lulusan dari universitas terbaik di Seoul. jauh lebih baik bukan? Kalau Jeongyeon... bagaimana aku mengatakannya. bukannya bagaimana tapi aku juga tidak yakin kalau Jeongyeon pernah masuk ke universitas seperti yang kau bilang kemarin, ya kan?"

"memangnya kenapa kalau Jeongyeon tidak pernah masuk universitas? memangnya kenapa kalau Jeongyeon hanya seorang baker? mau kau bilang apapun tentang Daniel, aku tidak peduli dengan apapun yang dia punya. sejak awal aku sudah memilih Jeongyeon dan aku mencintainya. aku tidak mau dijodohkan dengan orang lain karena aku sudah punya Jeongyeon" ucap Jihyo tegas dengan semua kebohongannya.

"ayolah Jihyo, aku mengerti kau memang mencintainya, tapi aku yakin perasaanmu itu perlahan pasti akan segera pudar. maksudnya, ayolah Jeongyeon adalah seorang wanita sedangkan Daniel pria, aku yakin Daniel bisa men-treatmu lebih baik darinya. dan ditambah yang tadi sudah ku bilang kalau Daniel lebih unggul dari banyak hal"

"appa mengerti tidak sih? sudah ku bilang aku tidak peduli apapun itu tentang Daniel. dia hanyalah orang asing dan aku sudah punya Jeongyeon. appa tidak bisa memaksaku seperti itu" kesal Jihyo.

"appa melakukan ini demi kau, Jihyo. appa ingin kau bisa berada pada orang yang tepat dan bahagia dengan pasanganmu nanti" ucap appa.

"kau berbicara seperti itu karena kau tidak tahu Jeongyeon seperti apa sedangkan kau melihat Daniel hanya dari materi yang dia punya saja. kalau demi kebahagiaanku, biarkan aku bersama orang yang aku mau. kau tidak bisa memaksaku untuk bersama orang bernama Daniel itu"

Unplanned | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang