❤️‍🩹Prolog

293 7 1
                                    

Halooo!!!
Kita ketemu lagi, terima kasih ya yang sudah antusias menunggu giliran Selina dan Hansel..., cukup banyak yang nanya kapan, kapan dan kapan...

Akhirnya, bisa terwujud aku publish hari ini.

Happy New year🎉

And

Happy reading🤗

Aku rutin up di Selasa dan Jumat ya untuk selanjutnya. Xixi
_

___________________________________

Selina pulang ke rumah setelah hari yang panjang di kafe tempatnya bekerja sebagai pelayan. Di ambang pintu, dia disambut oleh segerombolan orang yang menagih hutang atas nama ayahnya. Ayahnya yang terjerat dalam kebiasaan judi membuat Selina dalam kebingungan finansial.

Setelah disambut oleh segerombolan orang menagih hutang, ia duduk di teras depan rumah dalam kebingungan.

"Bingung harus dapet uang dari mana lagi," gumam Selina sambil mengusap lelah di dahi. Gajinya dari kafe hanya cukup untuk menyambung hidup mereka, tidak untuk menutupi hutang-hutang besar ayahnya.

Sambil merenung, ia melihat sekelompok wanita lewat di depan rumahnya, ngobrol dengan wajah seperti rasa iba dan selina melihat itu. Mereka membicarakan tentang transplantasi hati yang sedang dibutuhkan oleh majikan salah satu temannya dan bisa dapat imbalan kalau memang pendonornya cocok.

Mendengar percakapan mereka, Selina penasaran dan mendekati mereka, "Maaf mba, bukan untuk ikut campur, tapi saya mendengar pembicaraan kalian tadi. Apakah benar ada imbalan untuk transplantasi hati?"

Salah satu dari mereka mengangguk, "Iya mba, majikan saya sedang sakit dan membutuhkan transplantasi hati sesegera mungkin bagi dia yang cocok akan diberi imbalan yang besar kepada pendonor itu."

"Dia benar-benar baik hati," tambah yang lain.

Selina bertanya lebih lanjut, menyerap informasi tersebut dan memikirkan bagaimana ini bisa menjadi peluang untuk membantu masalah finansial nya.

Salah satu dari sekelompok wanita yang lewat pada sore hari tadi memberikan nomor seseorang yang bisa dihubungi untuk melakukan proses lebih lanjut mengenai peluang yang bisa selina ambil. Tanpa ragu selina mencoba menghubungi nomor tersebut.

Dua kali, tiga kali nada panggilan akhirnya tersambung juga terdengar suara orang di seberang sana. "Halo, Selamat sore, dengan Aristin, ada yang bisa dibantu?"

Selina bertanya mengenai transplantasi hati yang baru saja ia dapat informasinya sore hari tadi. Ternyata memang benar informasi itu valid. Selina merasa bisa menghirup angin segar esok hari.

Diberitahukan prosedurnya oleh Aristin kepada Selina, Aristin salah satu staf dari orang yang sedang sakit itu. Selina menyimaknya dengan baik hingga yang harus ia lakukan adalah pemeriksaan di rumah sakit oleh tim yang akan dilakukan esok hari. Selina sudah diberitahukan jamnya dan tidak menolak. Ia akan menggunakan malam ini untuk berdoa agar hasilnya cocok.

Selama seumur hidup ini yang pertama kalinya ia pergi ke rumah sakit. Sebelumnya ia hanya pergi ke warung untuk membeli obat sakit kepala atau flu. Selina melakukan pemeriksaan sesuai arahan tim dan dokter yang bekerja sama. Informasi baru yang diketahui oleh Selina juga, namun informasi ini cukup membuatnya tercengang. Ternyata rumah sakit tempat ia diperiksa merupakan milik yang sedang sakit juga. Selina tidak dapat membayangkan seberapa banyak harta yang dimiliki oleh orang itu.

Selesai pemeriksaan Selina diminta untuk menunggu selama tiga hari dan akan dihubungi kembali untuk hasilnya. Selina berharap hasilnya akan cocok.

Cocok, ialah harapan yang diinginkan oleh Selina. Harapan itulah yang terkabul. Entah harapan yang akan menjadi awal dari sesuatu yang baik atau bahkan menjadi awal dari sesuatu yang buruk.

Karena Selina diharuskan bertemu langsung untuk bernegosiasi dengan anak dari Tuan Ryann, orang yang membutuhkan transplantasi hati. Pertemuan ini yang membuat terjadinya hari pernikahan antara pendonor hati dengan anak dari ayah yang membutuhkan transplantasi hati itu terjadi. Hingga akhirnya secara nyata Selina Widya Chandra menikah dengan Hansel Arsetya Arthajaya.

Destined HeartsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt