❤️‍🩹Part 5 - Seumur Hidup Itu Lama

87 7 2
                                    

Hansel dan Selina terkejut saat mendengar ada tamu yang datang. Mereka masuk terburu-buru, karena tidak enak pasti mereka sudah menunggu lama. Selina tersenyum senang ternyata yang datang sahabatnya. Sahabatnya, Sherin datang bersama Argen, calon suaminya. Mereka membawa makanan dan buah-buahan yang cukup banyak.

“Kalian sudah lama?” Tanya Hansel seraya duduk di sofa ruang tamu. Tepat di seberang Argen dan Sherin duduk.

“Yaa lumayan lah kami nunggu, lama banget sebenarnya.” Ucap Argen tanpa rasa malu. Sherin menyenggol lengan Argen. “Nggak kok. Kami baru sampai, tadi juga dikasih cemilan jadi gak bosen juga nunggunya.” Ucap Sherin sambil tersenyum, merasa tidak enak dengan ucapan calon suaminya.

“Jujur juga gapapa, sayang. Sejam lho kita nunggu, bukan semenit. Kalau kita jaga lilin dulu tadi mungkin sudah dapat sepuluh juta.” Balas Argen frontal dengan candaannya. Sherin rasanya malu sekali, tapi dia hanya tersenyum saja. Tidak sanggup mengucapkan apapun lagi.

Selina tersenyum saja melihat keduanya berinteraksi. Memang pasangan yang seharusnya tidak bersatu, mungkin. “Terima kasih ya untuk makanan dan buahnya. Tapi, tumben kalian datang? Apa kalian tau kalau Hansel sakit?” Tanya Selina karena seingatnya ia tidak memberitahu siapapun.

“Aku dikasih tau sama Kak Gheo kalau Kak Hansel sakit. Ternyata kakak bisa sakit juga ya. Aku baru tahu setelah 24 tahun tinggal sama kakak. Baru kali ini kakak sakit.” Jawab Argen yang membuat Hansel kesal. “Aku manusia.” Jawab Hansel singkat.

“Iya tau kok. Sekarang aku juga bisa liat kakak. Setidaknya aku bisa liat kakak yang masih bisa berdiri.” Balas Argen.

“Maksudmu apa?” Hansel mengernyit. “Kalau kakak gak bisa berdiri kan kasian Kak Selin, gak bisa gendong kakak. Kakak itu berat kaya badak.” Ejek Argen.

Selina dan Sherin rasanya ingin ketawa sekali. Tapi, Selina tidak ingin menertawakan ejekan yang diperuntukkan suaminya. Sherin juga takut merasa tidak sopan menertawakan kakak iparnya. Dia pun menyenggol lengan Argen lagi.

“Hus, kamu tuh…, sebenarnya kita mau nengokin atau ngebully sih?” Sherin kesal dengan suaminya.

“Gak tau aku juga. Kan kamu yang mau kesini.” Jawab Argen. “Iya aku, tapi kita kesini itu untuk nengokin, liat kondisi Kak Hansel gimana sudah membaik atau belum gitu. Bukan malah ngejek, gimana sih.”

“Biar aku ngomong juga aja, sayang. Karena aku sebagai adiknya, cukup Alhamdulillah begitu tau Kak Hansel sakit.” Balas Argen. “Kok gitu?” Sherin bingung dia semakin kesal dengan ucapan Argen. “Iya karena akhirnya, ini perdana sakitnya dia.” Jawab Argen.

Sherin menghela nafasnya. Cukup ia berdebat dengan Argen.

Selina menggelengkan kepalanya, bingung dengan pasangan di depannya ini. “Hansel memang sempat sakit tapi sudah lebih baik, sebelumnya pernah masuk rumah sakit juga tapi udah gak masalah sekarang. Tadi juga pusing lagi katanya, makanya pulang cepat hari ini mau istirahat lagi. Kalian masih lama disini?”

“Gak kok kak, ini kita mau langsung pulang aja. Udah ketemu juga, biar Kak Hanselnya bisa istirahat.” Balas Sherin langsung sebelum calon suaminya yang jawab.

“Ya udah kalau begitu hati-hati ya. Maaf kita gak bisa antar ke depan. Aku mau bantu Hansel ke kamar untuk istirahat.” Selina meminta maaf karena Argen dan Sherin sudah menunggu mereka. Tetapi, mereka juga tidak bisa lama-lama karena Hansel masih butuh istirahat. Ia takut terkesan mengusir.

“Iya, kak. Semoga cepat pulih ya Kak Hansel.” Ucap Sherin dan Hansel mengangguk.

Hansel berdiri dibantu Selina. Hansel melihat Sherin belum jauh. “Sherin.” Panggil Hansel.

Sherin menghentikan langkahnya dan menoleh. “Iya kak, kenapa?” Tanyanya.

“Yakin menikah dengan dia?” Hansel menunjuk Argen.

“Eh, apa maksudnya ya? Kita tinggal 2 bulan lagi nikah.” Seru Argen tidak terima dengan pertanyaan Hansel ke calon istrinya.

“Aku yakin kak.” Jawab Sherin langsung.

“Sherin, seumur hidup itu lama. Pikirkan lagi.” Ucap Hansel tanpa rasa bersalah. Ia langsung meninggalkan mereka berdua untuk lanjut jalan ke kamarnya.

“Jangan kompor kak!!!” Kesal Argen.

Di Apartemen, Selina membantu Hansel ke kamar untuk istirahat. "Kenapa kamu tanya kaya gitu ke Sherin?" tanya Selina heran.

Hansel menghela nafas. “Siapa tau dia mau berubah pikiran. Seumur hidup itu lama, supaya sahabat kamu itu baik-baik aja."

“Kalian berdua memang suka begitu ya?” Tanya Selina ingin tahu.

“Begitu, bagaimana?” Hansel mengangkat alisnya.

“Berantem?” Hansel menggelengkan kepalanya. “Dia aja yang suka jahil.” Jawabnya. Selina mengangguk.

Sementara itu, Argen dan Sherin tiba di rumah mereka. "Kenapa kakakmu bertanya seperti itu ya?" tanya Sherin.

“Gak usah dipikirin, Kak Hansel cuma bercanda.” Jawab Argen masih kesal dengan kakaknya. Sherin tersenyum. "Dia kayaknya khawatir sama aku.”

“Khawatir kenapa?” Argen menatap Sherin. “Iya khawatir, khawatir kalau adik iparnya ini jadi gila. Makanya dia mau mastiin lagi.”

Selina sibuk di dapur menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Hansel keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan. Selina yang sadar bahwa Hansel sudah keluar, langsung menyajikan makanan yang baru selesai dibuatnya. Mereka mulai makan dalam suasana yang hening, hanya terdengar suara perlahan sendok dan garpu bersentuhan dengan piring.

Setelah makan selesai, Selina menatap Hansel dengan lembut. "Hansel, bisa kita bicara sebentar di balkon?" ajaknya.

Hansel mengangguk, dan keduanya berjalan ke balkon. Cahaya bulan menerangi suasana malam, menciptakan kerlip di matanya. "Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Hansel sambil menatap langit.

“Hmm…, sebenarnya gak ada yang terlalu penting sih. Aku cuma mau bahas tentang kita.”

“Tentang kita?” Hansel mengernyit.

“Eh, kamu kedinginan gak? Takut kamu masuk angin. Kita di dalam aja ya.” Ucap Selina baru ingat udara malam kurang baik untuk kesehatan.

“Gapapa.” Jawab Hansel tenang.

“Beneran?” Selina memastikan dan Hansel mengangguk.

“Aku mau nanya kalau aku minta sesuatu, apa kamu mau kabulin itu?” Selina menatap Hansel.

“Apa?”

“Aku tanya dulu, karena aku meminta sebagai wanita yang kamu nikahi bukan karena seseorang kamu cintai tapi karena pernah menjadi pendonor hati ayahmu.” Jelas Selina.

“Kita gak perlu membahas ini, Selina.”

“Aku ingin meminta satu hal, Hansel.”

“Katakan aja, apa?”

Bersambung…

Halo, jangan lupa tinggalkan jejak kalian yup! Vote dan commentnya okey❤️‍🩹

Destined HeartsKde žijí příběhy. Začni objevovat