❤️‍🩹Part 3 - Shadows of Concern

105 6 5
                                    

Pagi itu, Hansel terlihat tidak sehat. Wajahnya pucat dan dia terlihat sangat lelah. Selina mencoba bertanya padanya, tetapi jawaban dari Hansel tetap singkat dan tidak jelas. Selina merasa ada yang tidak beres, terutama karena hari itu Hansel memiliki janji penting dengan seseorang.

Siangnya, setelah Hansel pulang, Selina menerima telepon dari pelayan rumah utama. Anna, ibu mertua atau ibu Hansel, meminta mereka untuk makan malam bersama di rumah utama. Selina dengan cepat mengiyakan dan segera mencari Hansel.

Dia mengetuk pintu kamar Hansel, tetapi tidak ada jawaban. Tanpa menunggu lama, Selina memasuki kamar itu. Hansel tertidur dengan wajah pucat dan nafas yang terdengar tidak teratur.

"Hansel, kamu kenapa?" tanya Selina dengan nada khawatir. Hansel tidak memberikan respon yang jelas, hanya menyebutkan bahwa dia merasa sakit kepala. Meskipun Selina mencoba membangunkannya, Hansel hanya sebentar membuka mata sebelum kembali terlelap.

Selina merasa panik. Dia meraih ponselnya dan segera menelpon dokter, menyadari bahwa kondisi Hansel mungkin lebih serius daripada yang dia pikirkan.

Setelah dokter datang dan memberikan penjelasan tentang kelelahan Hansel, Selina merasa lega namun tetap khawatir. Begitu dokter pergi, dia kembali ke kamar Hansel dengan membawa obat yang diresepkan.

"Aku siapin obat dulu," ucap Selina, berjalan menuju lemari obat di samping tempat tidur.

Hansel mengangguk lemah. Saat Selina hendak meninggalkan kamar, tiba-tiba Hansel menahan pergelangan tangannya dengan lembut.

"Kamu bisa disini dulu?” pinta Hansel dengan lembut.

Selina tersenyum, lalu duduk di kursi di samping tempat tidur. Dia meraih tangan Hansel dengan lembut dan bertanya, "Bukannya kamu mau tidur? Aku ada disini sampai kamu tidur."

Hansel hanya menggeleng pelan. "Saya gak mau tidur. Saya cuma butuh kamu temani saya aja."

Kehadiran Selina membuat Hansel merasa lebih tenang. Selina duduk di pinggir tempat tidur. Selina memijat lembut tangan Hansel, memberinya rasa nyaman.

"Hansel, pelayan rumah utama menelpon tadi. Katanya ibumu mengundang kita untuk makan malem. Dia mau bertemu kita."

Hansel menatap Selina dengan lemah. "Hari ini? Saya gak yakin bisa..."

"Apa mau aku bilang kalau kita belum bisa hadir malam ini? Aku bisa telepon lagi." ujar Selina dengan lembut, mencoba menenangkan Hansel.

Hansel menggeleng, meskipun terlihat agak ragu. "Gak perlu, saya kayaknya masih bisa."

Selina tersenyum. Meskipun hatinya masih sedikit khawatir tentang kondisi Hansel, dia berusaha tetap tenang.

Setelah beberapa saat, Hansel menghela nafas dan mengucapkan terima kasih pada Selina. "Saya pikir sudah lebih baik sekarang. Terima kasih sudah di sini."

Selina tersenyum lembut, "Jangan ragu untuk memanggilku kalau kamu butuh sesuatu, oke?"

Hansel mengangguk, dan Selina perlahan meninggalkan kamar, meninggalkan Hansel dalam keheningannya.

Mereka berdua kemudian bersiap-siap untuk makan malam bersama keluarga Hansel. Selina berharap pertemuan ini akan memberi semangat dan kekuatan bagi Hansel.

Ketika mereka tiba di rumah utama, Anna menyambut mereka dengan senyuman hangat. Dia sangat senang bisa bertemu Selina lagi. Makan malam berlangsung dengan cukup menyenangkan. Meskipun Hansel terlihat agak lelah, tetapi dia mencoba untuk tetap terlibat dalam percakapan ringan.

Setelah makan malam selesai, mereka semua berbicara tentang rencana untuk keesokan harinya. Selina berharap Hansel akan benar-benar pulih, namun dia masih ingin memastikan bahwa Hansel bisa beristirahat dengan baik.

Setelah kembali ke rumah, Selina membantu Hansel untuk bersiap tidur. Dia memastikan Hansel meminum obatnya dan kemudian menemaninya sejenak sebelum akhirnya Hansel tertidur pulas.

Selina duduk di samping tempat tidur Hansel, mengamati wajah lelap suaminya. Pikirannya terbang ke berbagai masa depan yang mereka rencanakan bersama. Meskipun ada rasa khawatir, kehadiran dan perhatiannya pada Hansel membuatnya merasa tenang. Selina pun kemudian memutuskan untuk juga beristirahat.

Dan pada saat itu, dalam keheningan yang tenang, Selina tahu bahwa di sana, bersama Hansel, dia merasa di rumah.

Selina terbangun dan terkejut saat mengetahui bahwa dia tertidur di ranjang yang sama dengan Hansel. Dia tersadar dengan cepat, ingin meninggalkan kamar untuk memberikan Hansel kesempatan istirahat yang lebih baik.

Namun, ketika Selina hendak keluar dari kamar, dia melihat Hansel yang juga terbangun dan duduk di sebelahnya. "Maaf, aku gak bermaksud tidur di sini," ujar Selina dengan cepat.

Hansel tersenyum lembut, "Gapapa, kamu kelihatan lelah. Saya hanya mau memastikan kamu istirahat dengan baik."

Selina merasa lega dengan reaksi Hansel yang penuh pengertian. "Terima kasih, Hansel. Aku keluar sekarang."

Mereka berdua bersiap-siap untuk memulai hari, meskipun dengan sedikit kebingungan karena situasi yang terjadi. Namun, kesan hangat dan pemahaman satu sama lain membuat momen ini terasa tidak terlalu canggung.

Hansel merasa pusing yang sangat hebat saat akan mandi, namun dia memaksakan diri. Akhirnya, ketika dia berada di kamar mandi, dia pingsan. Suara jatuhnya terdengar oleh Selina yang hendak membuka pintu kamar untuk memberikan sarapan.

Selina terkejut mendengar suara jatuh dan segera membuka pintu. Menaruh sarapan tadi dimeja. Ia buka pintu kamar mandi. "HANSELL!!!"

"Bangunn..., kamu kenapa sih?!" Dia menemukan Hansel tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar mandi. Dengan cemas, Selina masuk ke dalam kamar mandi, mencoba membantu Hansel, tetapi dia terlalu berat untuk diangkat sendirian.

Dalam kepanikan, Selina mengambil ponsel Hansel, mencari nomor Gheo, sahabat Hansel, karena hanya Gheo yang Selina kenal dan dekat dengan Hansel. Ia segera menelponnya. "Gheo, ini Selina. Hansel pingsan di kamar mandi, tolong cepet kesini. Cepetan!"

Sambil menunggu bantuan dari Gheo, Selina kembali ke kamar mandi, berusaha lagi membantu Hansel. Situasi Hansel terlihat semakin memburuk, tapi Selina tetap berusaha tenang dalam menghadapi keadaan darurat ini.

Setelah beberapa lama, Gheo tiba di apartemen mereka. Selina segera membawanya ke kamar mandi. Mereka bersama-sama membawa Hansel ke rumah sakit terdekat. Selina merasa khawatir melihat keadaan Hansel yang tidak sadarkan diri. Di tengah perjalanan ke rumah sakit, Selina mencoba untuk tetap tenang, tetapi kekhawatirannya tidak bisa disembunyikan.

Sesampainya di rumah sakit, para dokter segera mengambil tindakan darurat untuk merawat Hansel. Selina merasa cemas dan gelisah. Dia berharap Hansel bisa pulih dengan cepat.

Selina duduk di ruang tunggu, memandangi lantai dengan pikiran yang kacau. Rasa takut dan kekhawatiran menyeruak dalam benaknya. Setelah beberapa saat, Gheo datang dan berusaha menenangkan Selina.

"Hansel, kenapa Sel?" tanya Gheo mencoba mencari tahu.

Selina mencoba memberikan penjelasan, "Aku juga gak tau. Hansel kelihatannya sakit sejak kemarin pagi. Dia gak kasih tau apa-apa. Aku cuma mau dia cepat sembuh."

Mereka duduk bersama dalam kekhawatiran yang menggelayuti hati mereka. Selina terus memikirkan kondisi Hansel dengan penuh kekhawatiran. Semua harapannya hanya satu: agar Hansel bisa segera pulih dan kembali seperti sediakala.

Beberapa jam berlalu sebelum dokter keluar dari ruang perawatan. Selina dan Gheo dengan cepat menghampiri dokter tersebut untuk mendengarkan kabar tentang kondisi Hansel.

"Dia mengalami kelelahan yang parah. Kondisi fisiknya menurun, tetapi dia akan pulih setelah mendapatkan perawatan yang cukup. Tapi dia butuh istirahat yang benar-benar baik," jelas dokter tersebut.

Selina merasa lega mendengar kabar tersebut. Meskipun masih khawatir, berita bahwa Hansel akan pulih memberinya sedikit kelegaan. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu mendampingi Hansel selama proses pemulihannya.

Bersambung...

Destined HeartsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ