BAB 6 - TONGKRONGAN COMPANY

1K 57 62
                                    

Tandai typo😊

SELAMAT MEMBACA ❤️

***


Siang itu langit tampak abu-abu, sebab mendung tiba-tiba datang tanpa memberitahu penghuni bumi. Pertandingan bola yang di lakukan di lapangan hijau kini masih berlangsung sengit. Sorai penonton yang kebanyakan meneriaki nama team Adan bukannya mereda, tapi malah menjadi-jadi. Sampai ada yang membawa spanduk yang bertuliskan 'Siapapun pemenangnya, hanya anak hukum yang menjadi pemenangnya' Begitulah spanduk yang di bawa oleh rombongan fakultas hukum yang mendominasi di tribun lapangan.

Tetapi ada yang lebih salfok bagi Adan, yaitu teman-teman di tongkrongannya ikut meramaikan sebagai supporter

"AYO KAPTEN, PASTI BISA!!!" teriak Vito semangat

"AYO KALIAN JUGA PASTI BISA!! ANAK-ANAK TONGKRONGAN IBU PASTI MENANG!!" Teriak Irvan tak kalah semangat

Kadang, Adan tidak sadar kalau dia itu lumayan tenar di angkatannya. Terlebih dengan namanya yang tidak biasa, membuatnya bisa dengan mudah untuk di kenali.

Jika ada yang bertanya, "Eh, lo kenal sama Adan?"

Kebanyakan dari mereka langsung mengenali dan bilang, "Oh! Adananta Tenggara anak fakultas hukum itu, ya? Kenal lah!"

"Tenggara yang namanya kayak lautan itu, ya?"

"Adan yang dari tongkrongan Ibu itu, ya? Yang teman-temannya nggak kalah keren itu, kan?"

Mereka mengenali Adan bukan berarti cowok itu juga mengenal mereka. Ya tidak mungkin juga seorang Adan kuat untuk menghafal nama-nama orang yang di kampus ini. Cukup, pasal-pasal saja yang sudah berputar di pikiran cowok itu.

"Sabda, oper!!" Adan berteriak, lalu menshoot bola ke dalam jaring gawang lawan. Sorai di tribun terdengar bergemuruh, menandakan bahwa bola itu berhasil melambung dan masuk ke dalam gawang lawan dengan keras.

Padahal jaraknya lumayan jauh, tapi Adan masih mampu melakukannya dengan sangat baik. Laki-laki dengan slayer merah di kepalanya itu bersorak dengan keras bersama dengan teman-temannya. Ada Sabda, Bian, Zirga, Irvan dan Reven juga di dalam team itu.

Siang itu, pertandingan berakhir dengan skor 4:2 yang dimenangkan oleh fakultas hukum.

"Gila! Gue nggak habis pikir sama permainannya si kapten" Reven tiba-tiba cengo dengan kemampuan Adan yang semakin meningkat di setiap pertandingan.

"Apa sih yang nggak bisa dilakuin sahabat gue satu ini" ujar Zirga yang merangkul bahu Adan dengan bangga

Adan tersenyum lalu menatap teman-temannya "Lo semua juga keren, kita menang karena kerja keras sama-sama. Nggak ada yang mendominasi di pertandingan ini. Kita semua punya gayanya masing-masing"

"Si kapten emang suka ngerendah, gue salut" ucap Sabda

Kemudian dari arah belakang, salah satu anak tongkrongan Ibu berbisik ke Adan, "Bang, tadi gue liat ada sahabat abang nonton juga" Adan langsung menoleh kearah tribun penonton, tapi tidak ada siapa-siapa disana.

"Sekarang dia dimana?" tanya Adan pada Adit

"Mungkin udah pulang bang, soalnya dia sama temennya"

"Thanks" ucap Adan lalu berjalan kearah ruang ganti untuk mengganti bajunya yang sudah benar-benar basah karena keringat

Adan sudah mengganti pakaiannya dengan baju kaos, dengan ponsel yang sudah berada di tangannya. Cowok itu ingin mengabari melodi, kenapa perempuan itu tidak menonton hingga selesai? Pikirnya

Adananta Tenggara

Mel, lo dimana?
Kenapa nggak nemuin gue dulu?

Kemudian Adananta beranjak dari tempat itu menuju tempat tongkrongannya bersama dengan teman-temannya sembari menunggu pesan itu terbalaskan.

Sore itu, Adan benar-benar menarik napas panjang saat pesannya tadi siang tak kunjung dibalas oleh sahabatnya ini.

"Apa Melodi ketiduran? Tuh anak, 'kan, kalo tidur udah kayak kebo di kubangan. Bangunnya susah minta ampun" monolognya pada diri sendiri.

Reven yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik sahabatnya membuka suara, "Lo kenapa sih, Dan? Gue perhatiin kayak risau gitu sambil liatin handphone?"

"Kenapa? Chat lo belum di bales sama Melodi?" Sabda ikut bersuara

"Diem lo dul" kesa Adan

"Mmm... nih orang kayak Ibu aja, manggil gue si dul. Maaf, ya, gue ini bukan anaknya Ahmad Dhani. Bapak gue memang namanya Ahmad, tapi bukan Ahmad Dhani penyanyi itu" sambung Sabda yang membuat gelak tawa di tongkrongan itu

"Heh... Ahmad Dhani juga nggak mau kali punya anak kayak lo. Untung bapak lo mau punya anak kayak lo" Bian tertawa puas melihat wajah Sabda yang memelas seperti sekarang.

Adan tertawa, "Udah Dul, gue tau perasaan lo sekarang" Adan merangkul dan menenangkan Sabda yang sebentar lagi akan tantrum. "Lo semua jangan ngeroyok temen gue dong, kasian. Nanti tantrum nya kumat. Abis lo semua kalo dia udah tantrum. Obatnya cuma satu kalo dia tantrum"

"Apaan, Kap?!"

"Sena yang sering lewat di kampus ini" ucap Adan yang langsug dibalas dengan tawa yang menggelegar

"Maksud lo ibu-ibu yang suka ngomong sendiri itu, Dan? Yang kurang secanting?" ucap Irvan yang mengisyaratkan jari silang di depan keningnya

Sabda melepas rangkulan Adan, "Emang bener-bener, ya lo semua. Seneng banget kalo temennya sengsara" ucapnya seperti ingin menangis

"Nggak, Sab. Lo tuh mood booster di sini. Jadi kalo nggak ada lo, pasti sepi nih warung. Iya, nggak temen-temen?" ucap Adan yang di setujui oleh yang lainnya

"Emang cuma sampe sini aja nih pertemanan kita? Gue nggak pernah ngambil hati dengan omongan lo semua. Jadi, tenang" ucap Sabda sungguh

Tawa dan cerita di warung hari ini adalah cerita panjang yang sampai kapanpun tidak akan bisa diulang. Adan bersyukur karena bisa mendapatkan teman-teman seperti mereka. Ia selalu merasa di rayakan. Tapi, pikirannya saat ini masih tertuju pada Melodi, yang sampai sekarang belum ada kabar dan pesan balasan dari perempuan itu. Emang bener-bener nih bocah batin Adan.

***

AKU UPDATE 2 PART MALAM INI DEMI KALIAN, TERIMA KASIH YANG SUDAH SUKA SAMA CERITA INI. DAN TERIMA KASIH JUGA UNTUK KOMEN-KOMEN POSITIF NYA, YA🤗🤗🌷

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA, YA.

SPAM "NEXT" DISINI👉

Jngn lupa follow ig nya ya: ceritawpfnbss_

2891 mdplWhere stories live. Discover now