BAB 27 - TEMPAT TERNYAMAN TIDAK HARUS BERBENTUK RUMAH

125 11 4
                                    

Udah lama banget, ya, gue nggak update🙏

Maaf ya, Men

Tapi semoga kalian suka sama part satu ini, aamiin..

SELAMAT MEMBACA ❤️

“Ada prinsip dalam persahabatan, ‘bila sekali meraih tangan, nggak akan mudah untuk di lepas dengan mudah’.”

***

Matahari terbit dengan sangat menyenangkan pagi ini, tidak ada mata kuliah dan tidak ada tugas apapun untuk di kerjakan hari ini. Lantas, untuk mengisi kekosongan itu, anggota icom berkumpul bersama dengan anggota lengkapnya.


“Begini nih yang gue suka” ucap Reven membuka suaranya

“Jarang-jarang banget bisa kayak gini. Gue mau kayak gini terus, ah!” ucap Sabda bersemangat

Bian yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, kini memusatkan perhatiannya ke Sahabatnya, Sabda “Sab" panggil Bian

Sabda menaikkan alisnya merespon panggilan dari Bian, "Lo pernah denger tentang yang datang, pergi, dan silih bergantinya?” tanya Bian yang di balas gelengan oleh Sabda, tanda tidak tahu.

“Nah, manusia tuh kayak gitu, Men. Akan ada masanya ia akan seperti itu. Nggak selalu menetap dan abadi” ucap Bian “Kita mau aja kalau kayak gini selamanya, tapi cerita dari Tuhan untuk kita, nggak tau ke depannya seperti apa. Jadi, jangan berekspektasi apapun tentang kita yang akan abadi” jelas laki-laki itu

Semua turut mendengarkan ucapan Bian yang kalau di pikir-pikir memang benar. Hidup dan kehidupan ini memang bukan hanya menetap, tapi juga ada hilang dan meninggalkan sebuah jejak nantinya.

Hilang bukan berarti lenyap selamanya, bukan? Ada cerita yang selalu di kenang dan di abadikan pasti.

“Jadi, sebelum masanya itu akan habis, mari untuk saling meninggalkan jejak yang abadi. Potret dan abadikan semuanya tanpa terkecuali, karena mungkin masanya akan segera habis” ucap Adan yang baru sampai.

Sebenarnya laki-laki itu sudah datang beberapa menit yang lalu. Tapi, mendengar ucapan Bian yang membicarakan tentang masa yang katanya harus di abadikan. Laki-laki itu menunggu sampai Bian selesai dengan ucapannya, hanya diam tanpa ingin memotong.

“Lo semua apaan, dah? Masak bahas yang beginian?” ucap Aga yang sebenarnya sakit mendengarkan tentang hal-hal yang seperti ini

Zirga yang sedari tadi diam, kini mengeluarkan suaranya, “Sebelum kalian banyak bacotnya, ya. Mending kita mengabadikan ini dengan foto dulu”

“Nah, betul. Mumpung lengkap, nih!” ujar Sabda
Di kedai yang selalu menjadi tempat markas mereka, kini di penuhi dengan tawa yang banyak. Tawa yang mungkin akan di rindukan penghuni dan juga tokoh-tokoh di dalamnya.

Dengan bentuk segala potret sudah mereka lakukan bersama, dengan sedikit gaya andalan seorang laki-laki pejuang yang tau artinya saling menghargai.

Terhitung, entah berapa gaya dan potret yang mereka ambil di suasana senang kali ini. Kini ponsel milik Bumi sudah di tangan Sabda kali ini, membuat sebuah Vidio, katanya hanya untuk sebuah kenangan jika sudah tak bersama lagi. Karena suatu saat semua akan melanjutkan hidup masing-masing bersama dengan keluarga baru mereka nanti.

"Halo guys, jadi sekarang gue akan mengambil alih ponselnya si Bumi, dan Lo semua harus tau gimana ekspresi Bumi yang sekarang udah mau makan anak orang" ucap Sabda bergidik ngeri melihat tatapan manusia es di sebelahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

2891 mdplWhere stories live. Discover now