[1]Tugas Awal

218K 7.7K 391
                                    

Wajah-wajah mereka secerah matahari pagi ini, senyum manis terlukis meskipun di bawah matahari yang mulai terik. Apalagi ketika para senior—yang baru saja melepas jabatannya—menghampiri mereka untuk menyerahkan sebuah pin.

"Selamat ya, kalian yang akan menjadi penerus OSIS tahun ini. Pin yang kalian pakai tolong dijaga baik-baik."

"Siap! Iya, kak!" jawab mereka serempak.

Barisan dibubarkan, saatnya mereka berfoto-foto mengabadikan kenangan. Semua tersenyum pada hari itu. Ucapan selamat, terimakasih, dukungan serta motivasi tak henti-hentinya mengalir.

"Putih! Kalau jadi ketua harus tegas ya! Jangan mentang-mentang kamu cewek, terus kamu sukanya ngalah gitu aja. Kamu harus jadi wanita berhati besi," kata Rena yang tak lain adalah senior OSIS.

Putih mengangguk, lantas tertawa lebar, "Aku strong, Kak!"

"Hahaha! Kamu bisa sharing sama Kak Julian kalau kamu mau, gak usah sungkan yah." Rena mengacak-acak rambut Putih. Gadis itu mengangguk mantap.

"Putih!"

Belum sempat menengok, Putih sudah kualahan karena tubuhnya dipeluk oleh Lia.

"Lia berat!" pekik Putih.

"Hahaha! Selamat! Ketua OSIS kita! Bro, bro, bro, ketua OSIS nih, bro!" Lia menaikkan suaranya sampai semua orang yang ada di situ menengok ke arahnya. Semua langsung mengerubungi Putih dan sedikit memberi 'dukungan' berupa pelukan paksa, cubitan di pipi, ataupun tepukan keras di pundak.

"Sakit, wey!" Putih berusaha memberontak dari keisengan teman-temannya itu.

"Putih, selamat ya." Suara berat itu membuat semua terfokus pada si orang yang kini berdiri di hadapan mereka. Orang itu adalah Rey. Semua menyingkir agar bisa memberi tempat untuk Rey berbicara.

Mata-mata usil melirik ke arah Putih. Gadis itu hanya bisa menunduk malu.

"Be the best, Putih Dewinta." Tangan Rey terulur untuk bersamalaman kepada Putih. Gadis itu hanya bisa membalas uluran tangan Rey malu-malu.

"Makasih ya, Kak." Rona merah di wajah Putih samar-samar terlihat.

"Pokoknya, apa pun kata orang, jangan dengerin. Aku yakin kamu bisa pimpin OSIS ke yang lebih baik lagi, ya."

Disemangatin dengan cara simpel aja bikin jantung Putih hampir copot.

"I—iya, Kak." Tangan Putih sampai basah bersalaman dengan kakak keren macam Rey. Cowok itu hanya bisa terkekeh melihat reaksi Putih.

"Cieee... cieee..." Sontak saja kicauan itu menganggu suasana. Putih buru-buru melepaskan genggaman tangannya pada Rey. Rey hanya bisa tertawa, sedangkan Putih menyembunyikan muka yang merah padam.

Rey termasuk siswa yang terkenal di SMK ini. Wajahnya yang lonjong dengan sorot mata lembut, menjadikan Rey pribadi yang selalu tenang dalam menghadapi masalah. Sosok Rey yang cenderung sedikit berbicara, malah menjadi daya tariknya. Tubuh tinggi kurus, rambut hitam lurus yang lebih sedikit acak-acakan, Rey figur

Bel pelajaran belum juga dibunyikan, makanya para siswa yang bukan OSIS hanya bisa menyaksikan keramaian di lapangan. Ada juga yang tidak peduli, menunggu pelajaran dengan memainkan gadget-nya ataupun ngisengin orang.

Beberapa pasang mata dari lantai tiga memperhatikan mereka di lapangan.

"Lo yakin ketuanya kali ini cewek? Lihat aja, dia kalah tuh ama angkatannya," bisik segerombolan murid kelas tiga yang memperhatikan para OSIS baru.

"Iya, padahal gue milih Yogi loh. Udah ganteng, berwibawa lagi. Sayang kalah saing sama Putih," timpal yang lain.

"Yaudahlah, lihat aja kinerja mereka gimana. Putih banyak yang dukung soalnya dia emang baik dan ramah ke semua. Pinter lagi. Kita lihat aja bagaimana cara mereka ngadepin anak-anak sekolah yang begajulan ini. Apakah lebih baik dari Julian, atau lebih buruk." Semua mengangguk setuju.

Ketua OSISku Psikopat (PUTIH)Where stories live. Discover now