[5]Iblis yang Terbangun

121K 5.9K 357
                                    

Nita mengernyitkan kening membaca pesan masuk dari Lia, mengatakan bahwa hari Sabtu akan diadakan rapat OSIS yang bersifat wajib. Pasti bahas drama musikal gak jelas itu deh, batinnya.

"Tia!" teriak Nita dari ruang tamu. Tidak alam berselang, orang ia sebut muncul dari kamar.

"Apaan sih?" Tia membawa-bawa boneka pandanya.

"Lu dateng gak rapat hari sabtu?"

"Kaga!" jawab Tia telak.

"Kenapa?"

"Mau jalan ama Rey. Lagian siapa suruh dadakan. Gue ama Rey udah janji duluan." Tia terdengar tidak acuh.

"Dih! Masa gue doang. Tar kalo gue ditanyain Putih gimana?" Nita cemas.

"Ya bilang aja gue ada urusan."

"Ah, kalau lo gak masuk gue gak masuk ah," katanya egois.

"Terserah lo, yang jelas gue gak mau dateng!" Bulat. Pernyataan Tia untuk tidak hadir rapat OSIS sudah bulat. Dan tanpa dia sadari, Nita juga terpengaruh olehnya.

Tia masuk lagi ke kamar, meninggalkan Nita yang masih ragu untuk datang atau tidak.

Di kamarnya, Tia hanya menatap layar ponsel dengan perasaan berkecamuk. Kesal, bingung, kasihan, pokoknya dilema banget deh. Melalui segenap keberaniannya, dia menelpon Rey.

"Halo." Suara gemirisik sinyal terdengar menganggu.

"Kak Rey..." Giliran sudah mendengar suara Rey, Tia malah bingung mau ngomong apa.

"Apa, Tia?" Rey menghembuskan napas pelan.

"Sabtu jadi kan kak?" Tia merebahkan dirinya di kasur.

"Jadi, emang kenapa? Kamu gak bisa ya?"

"Bisa kok. Aku bisa. Oh ya, aku mau nanya sesuatu dong sama kakak."

"Apa?"

"Kakak anggap aku apa?"

Hening sebentar. Bahkan hembusan napas Rey saja tidak Tia dengar.

"Kamu kenapa nanya gitu?"

"Kakak suka ya sama Putih?" Tia merenung. Habisannya, seluruh angkatannya pasti heboh sendiri kalau Putih sedang berbicara ke Rey. Diantara 'cie-cie' pasti ada yang cemburu. Dan Tia orangnya.

"Hahaha! Kamu ngaco!" Rey tertawa.

"Ish! Aku serius." Tia merengut sebal.

"Kalau aku sukanya sama Putih, aku udah ajak jalan Putih, bukan ajak jalan kamu." Jawaban Rey membuat Tia bungkam. Benar, untuk apa Tia harus cemburu kalau Rey saja jelas-jelas menyukainya meskipun hanya dia dan Nita yang tahu.

"Oh..." Tia bingung merespons.

"Ada lagi yang mau ditanyakan?"

"Enggak."

"Yaudah, sampai ketemu Sabtu ya, malam."

"Malam."

Telepon terputus secara bersamaan. Tia hanya menatap nanar langit-langit kamar. Ada perasaan bersalah karena ia tidak akan menghadiri rapat besok. Namun, bayang-bayang kesenangan jalan berdua bersama Rey begitu menggodanya sampai Tia memilih kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama.

***

Sabtu pun tiba, betapa terkejutnya mereka diruang OSIS hanya ada Ratih dan Yogi. Bahkan 1 jam menunggu, tidak ada yang datang lagi. Hanya mereka berempat, Lia, Putih, Ratih dan Yogi. Lia bisa melihat mimik wajah Putih yang begitu kecewa. Hingga Lia menggeleng tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Ketua OSISku Psikopat (PUTIH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang