Mendekatkan diri (2)

174 48 2
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk mereka akhirnya tiba dirumah Jiwoo. Jujur saja (Y/n) terpanah dengan interior yang indah. Rumah minimalis tapi sangat nyaman. "Pfft! Jaisuk apa-apaan kau!" Suara ledekkan Michelle dapat didengar. Melirik keasal suara, (Y/n) melihat Jisuk duduk berlutut disamping kucing oren gembul.

"Nama ku Jisuk! Sudah berapa kali ku bilang bukan Jaisuk!"

"Huff, iya deh Jesuk. Tapi serius kenapa kau duduk aneh begitu?" Tanya Michelle menatap Jisuk datar.  Baru saja Michelle akan duduk disofa dekat dengan casein nitrat, setidaknya sampai dia melihat Jisuk memberikan cemilan kucing sembari berlutut dihadapan kucing itu. "Kau aneh... Aku duduk disebelahmu saja Hyun-ie~" Ujar Michelle langsung mengambil posisi pada sofa disamping Gohyun.

'Kalian gila! aku baru saja menyelamatkan hidup kalian!' Batin Jisuk menatap Michelle dengan ekspreksi yang susah diartikan. "Aku permisi," ucap (Y/n) mengambil posisi duduk disamping Kayden. Disaat itu, Jisuk mengutuk-ngutuk dalam hatinya. "Hey apa kau sudah memikirkan alasan kenapa dia mencarimu tadi?" Tanya Jiwoo Sembari mengelusi kucing lorengnya.

"Tidak ada yang terpikirkan olehku," ujar Wooin memeluki lututnya. "Oh ayolah, Wooin mukanya kayak orang bener gitu, apa yang bisa dia lakukan?" Tanya Gohyun seketika membuat keempat orang disana berfikir. "...Baik, aku tarik kata-kataku," lanjutnya sembari menyandarkan tubuh pada sofa.

(Y/n) yang sedari tadi memainkan telefonnya merasa tidak nyaman karena ditatapi terus menerus oleh Jisuk. Kayden yang peka akan hal itu langsung bergerak turun dari kursinya. "Hey bocah, ikuti," ucapnya pelan. "Ya!" Seruan Jisuk berhasil membuat semua pandangan menuju kearahnya. Terutama Michelle menatapnya sembari mengerutkan dahi.

"Yayaya~ yaya~ yayaya~"

"Nyanyiannya aneh," celetuk Michelle terkekeh meremehkan. "Ternyata Jisuk tidak bisa menyanyi ya," Lanjut Jiwoo. Sementara itu Jisuk menahan dirinya untuk mengatakan apapun. Menggelengkan kepala, (Y/n) jelas tau apa yang terjadi. Sayangnya semua yang berada disini selain Michelle sudah tau identitas kucing itu sebenarnya.

"Jiwoo, bukannya tadi kau ingin memberi makan kucing?" Tanya Gohyun membuat lamunan pria bersurai light cream sadar. "Ah benar juga, (Y/n), Michelle, apa kalian ingin ikut?" Tanya Jiwoo langsung berdiri. "Ah... Itu..." Michelle menatap kearah (Y/n), bagaimanapun juga dia harus mendapat izin dari nonanya dahulu.

Peka dengan tatapan Michelle, (Y/n) langsung mengangguk. "Ya, pergilah. Aku akan tetap disini mengawasi anak-anak ini," ujar (Y/n) mengulis salah satu kucing yang naik keatas sofa. "Apa tidak masalah kamu tinggal disini sendirian?" Tanya Jiwoo, tanpa ragu (Y/n) mengangguk. "Iya, pergilah tidak apa. Aku ingin bersantai dahulu, kalau aku numpang tidur tidak apakan?"Tanya (Y/n) membaringkan tubuh pada sofa.

"Ah, tentu tidak apa! Jika begitu kami pergi dulu ya, tolong awasi mereka!" Ujar Jiwoo langsung mengajak ketiga teman lainnya pergi. Menutup matanya (Y/n) mendengar pintu rumah ditutup, gadis itu memilih untuk melatih force control-nya. Jujur saja ini mengagumkan, jika ditanya bagaimana rasanya force control itu, (Y/n) akan menjawab rasanya seperti merasakan aliran dalam tubuh.

Benar, (Y/n) mengfokuskan diri untuk menggalirkan force control-nya keseluruh tubuhnya. Tiba-tiba, dia merasakan ada energi familiar yang masuk, energi itu seperti sedang memancing sesuatu. "Hoy, tenanglah!" Saat itu, manik (E/c) sang gadis terbuka. Dihadapannya tampak Kayden dengan kaki kucing yang diletakan pada dahinya.

Ah, dia harus berakting. 

Segera mengambil posisi duduk, (Y/n) memojokan diri pada sofa itu. "A-apa!? Siapa!? tidak mungkin..." gumamnya berkali-kali sembari menelan ludah. Kucing oren itu mengendus lalu berjalan mendekati (Y/n). "Lama tidak bertemu, bocah." Jujur saja, suaranya tampan. Itu adalah hal yang tidak dapat (Y/n) pungkiri.

𝑈𝑛𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐸𝑥𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑒On viuen les histories. Descobreix ara