3

4 2 0
                                    

Lalitha kini dirundung kebingungan.

Entah mendapat ilham darimana, SMAnya akan berpartisipasi dalam kegiatan tahunan kota. Di tahun-tahun sebelumnya, kalau siswa-siswi sini hendak ikut meramaikan perlombaan, mereka tidak diperkenankan membawa nama sekolah.

Nah, tahun ini, SMA Lintang bahkan hendak mengajukan perwakilan berbagai jenis perlombaan tersebut.

Berita itu terdengar sampai ke telinga Teresa. Dan Teresa yang merupakan anggota ekskul musik bersuara bidadari jelaslah tertarik.

Lalitha pikir, Teresa akan maju solo mewakili sekolah. Atau setidaknya dia akan berkolaborasi bersama teman-teman ekskul musiknya.

Tapi dia salah.

Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba Teresa mengajak Lalitha untuk bergabung dengan grup musiknya. Ah, ralat, memaksa dia ikut lebih tepatnya. Diajaknya Lalitha, Aryn dan Griselda dalam grupnya. Iya, ketiganya itu merupakan sahabatnya.

Lalitha tidak terkejut sih dengan pilihan sahabatnya itu karena memang telah melalui beberapa pertimbangan. Dirinya tahu apa yang dipertimbangkan Teresa karena sering sekali mereka memiliki pendapat yang sama.

Tentang Griselda, bisa dibilang dia merupakan primadona sekolah. Bukan hanya karena suara indahnya yang dapat membuat semua orang luluh, tapi juga karena garis indah di matanya saat dia tersenyum. Itu cukup membuat banyak orang mendukung grupnya ini nanti.

Sedangkan Aryn sendiri jelas tak mengecewakan. Dengan visual yang mendekati sempurna, tak sedikit orang yang tertarik dengannya. Apalagi gadis berponi itu memiliki suara lembut yang khas dan sudah tak diragukan.

Sementara Lalitha? Setiap gadis itu bercermin, dia selalu saja bertanya-tanya, bagaimana bisa gadis sepertinya bersahabat dengan ketiga primadona sekolah itu? Atas bakat? Dia bahkan tak tahu apa bakatnya. Atas penampilan? Bahkan jauh dari mereka yang cukup classy walaupun tetap merakyat.

Lalu kenapa dia ditunjuk? Karena gadis itu hobi menyanyi dan menari walau jadinya amburadul, mungkin. Atau karena Teresa merasa kasihan dengannya.

Atas tawaran tidak masuk akal itu, Lalitha yang tak memiliki riwayat berbakat di bidang tarik suara tanpa berpikir panjang langsung menolaknya mentah-mentah.

Tapi yang namanya Teresa, older dari perkumpulan anak anon ini, tetap tak bisa dilawan. Apalagi oleh bawahannya. Ibarat komplotan geng sekolah, dia sudah jadi boss besar mereka. Yang kecil tak berdaya macam Lalitha bisa apa coba?

Katanya, mulai saat ini Lalitha harus rajin belajar agar menjadi pintar.

Kalau itu sih dia juga sudah tahu dari zaman dia masih bernyanyi Bintang Kecil dulu.

Tidak banyak part bernyanyi, mungkin berganti menjadi bagian rapp. Karena posisi utamanya mungkin menjadi rapper atau dancer. Lah, Lalitha mana pintar ngerapp dan dance. Dikiranya dia superhero mungkin, semua bisa dia lakukan dalam sekejap mata.

Dan mulai hari ini, sepulang sekolah dia akan sibuk dengan latihannya. Dibantu oleh teman-teman Teresa di ekskul, satu anggota grup punya satu pembimbing sendiri (walau yang membimbing itu tetap anak ekskul musik, bukan orang terpercaya dari luar sekolah).

Sebagai rapper yang merangkap jadi dancer, Lalitha harus siap mental. Walau tidak menjadi pusat perhatian mata maupun telinga dan juga bukan yang akan menjadi penanggungjawab, gadis itu tetap harus bisa mengimbangi yang lain dengan berlatih sekuat tenaga. Pokoknya dia harus kuat mental.

Apalagi kini dia harus dihadapi dengan mentor sengak kesayangan satu sekolah ini. Bukan hanya siap mental, dia harus siap hati juga.

"Jadi apa?" tanya Lalitha pada dirinya sendiri.

Adore YouWhere stories live. Discover now