Selamat membaca***
Kaivan menatap selembar kertas yang berada ditangannya, ia mengeluarkan nafas lelah dan mendongak melihat langit yang begitu cerah. Namun kaivan langsung menunduk sedih kala mengingat beberapa menit yang lalu ia baru saja keluar dari ruang dokter, ia masih tak percaya apa yang tertulis dikertas tersebut.
Ada kalanya kaivan bermimpi tidak ada lagi penyakit dalam tubuhnya, namun itu juga membuat nya teringat apa yang telah ia lakukan dimasa lalu. Mungkin ini karmanya, tak apa kaivan akan menerima nya walaupun itu sangat sulit ia terima.
Bibir yang menampakkan kesedihan itu mulai mengukir senyuman, kaivan membaca setiap kata yang telah tertulis pada kertas pemeriksaan tubuhnya itu. "Apa yang harus, saya lalukan" gumam Kaivan.
Langit yang cerah kini berganti oleh kehitaman dan angin yang mulai kencang menandakan bahwa bumi akan basah, termasuk dirinya. Hati kaivan sakit saat tahu bahwa dirinya mengidap penyakit yang cukup membuat nya takut sendiri.
Bagaimana supaya mereka tidak tahu akan hal ini, bagaimana jika mereka tahu? Itu tidak ingin kaivan pikirkan. Namun dalam benaknya ia juga tidak bisa menyembunyikan ini dari mereka. Kaivan bimbang apakah ia harus beritahu pada mereka.
Tentang penyakit tumor otaknya yang sudah stadium 3. Tidak, kaivan tidak harus memberitahu mereka akan kondisi nya, ia harus merahasiakannya dengan aman.
Melihat langit yang mulai merintikan satu persatu bulir air tersebut membuat kaivan harus meneduh jika tidak ingin kondisi tubuhnya akan tambah bahaya.
Tepat dimana kaivan akan berbalik ia menemukan sosok pria yang berdiri dibelakang nya entah dari kapan pria itu ada disana, dan itu sedikit membuat kaivan terkejut, kaivan juga tanpa sadar menjatuhkan kertas yang ia pegang.
"Kertas apa itu kaivan?"
"Hanya kertas biasa, Aditya" ucap kaivan.
"Benarkah?" Kaivan tersenyum dan mengangguk dengan menyembunyikan kertas itu pada belakang tubuhnya. Aditya menautkan alisnya saat menyadari wajah kaivan yang berubah menjadi khawatir.
"Lalu? Buat apa anda berada disini?!" Tanya Aditya penuh selidik.
"Bukankah, Teman kennan dirawat disini?"
"Dan istri saya masih ada didalam. Oh aldara juga bukannya juga sedang..."
"Teman kennan? Siapa?"
"Haikal, remaja yang tahu tentang itu..."
"Anda tidak apa bukan, kaivan?"
"Ya, saya baik-baik saja."
"Bisakah anda berikan kertas itu?"
"Untuk apa? Ini milik saya."
"Berikan kaivan!"
"Anda tidak berhak memerintah saya Aditya!"
"Baiklah saya juga tidak akan memaksa anda, dan saya sendiri yang akan mencari tahu kaivan!" Sementara itu kaivan mendengar itu langsung tanpa sadar mengeratkan genggaman nya pada kertas yang ia pegang.
"Ikut saya!!" Aditya yang menyadari kaivan menarik tangannya hanya bisa menurut saat dirinya dibawah keruang dokter rasen.
"Tunggu, buat apa anda membawa saya kesini kaivan" cegat Aditya.
Kaivan berbalik dan menatap Aditya yang seperti kebingungan.
"Bukankah anda ingin tahu isi keras ini?" Aditya menggangguk sebagai jawaban itu.
"Jika anda tahu jangan sampai orang lain tahu."
"Aneh."
Kaivan menghelah nafasnya berat dan langsung masuk kedalam ruangan itu termasuk Aditya yang juga masuk. Bukan apa Aditya hanya penasaran karna kertas itu terdapat tulisan hasil pemeriksaan.
YOU ARE READING
2. Kepahitan dalam Cinta [END]
Mystery / ThrillerSebelum baca cerita ini lebih baik baca cerita orang tuanya dulu ya, biar gak bingung nanti. Jangan lupa follow, komen dan votenya. See you. JANGAN LUPA RAMEIN AND FOLLOW *** "Hay gue kennan Lo siapa?" "Kenzo." *** "Lo seperti kakak gue yang hilan...