51. Kemenangan atau tidak 🐶

508 12 2
                                    

Selamat membaca🐬

Maaf sibuk karna ospek hehehehe dan mulai senin mulai perkuliahan jadi kalau semisalnya lama updatenya, maafkenn.

***

Aska berlari menghampiri Kennan dengan Aditya yang terkapar tak berdaya dari pandangannya, kaki itu ingin melangkah kembali namun terhenti kala melihat sosok pria yang tak asing baginya datang sambil tersenyum smirk padanya. Di belakang pria itu ada tiga orang berbadan besar dan di tangan mereka ada senjata api.

"Tuan Aska, bagaimana mereka membawa senjata?" Tanya seorang pria yang mengikuti Kennan, Namun tak jadi kala Aditya yang menyuruh mereka kembali, dan kini tiga pria itu sekarang berada di belakang Aska.

Aska diam, netra yang bergelinang air mata tersebut menatap Aditya yang sudah tak bernafas di dekapan Kennan, kaki jenjang miliknya ingin melangkah kesana, memeluk tubuh Aditya untuk terakhir kalinya.

"Bawa Kennan." Titah Denzi, mendengar suara yang begitu tak asing di pendengaran nya serta keterkejutan. Aska kembali melangkah, seorang lelaki yang menembak Aditya tadi langsung berdiri tepat di hadapan Aska.

"Pergi. Saya ingin membawa Tuan muda Kennan dan sahabatnya dari sini!" Nada itu datar dengan tatapan tajam, orang itu memiringkan kepalanya sembari terkekeh pelan.

Aska hendak melangkah menemui Kennan dan Aditya namun sebuah benda yang menembak Aditya, kini berada di belakang kepalanya dan suara tarikan pelatuk terdengar. "Anda yang membunuh sahabat saya?" Orang itu tersenyum dan mengangguk, kini ia berdiri di depan Aska.

"Ya, jangan ikut campur urusan kami. Lebih baik Lo pergi dari sini, sebelum Lo bernasib sama sepertinya." Aska diam tak ada ekspresi takut di wajah itu, hanya ada tatapan tajam dan wajah datar.

"Anda mengancam saya?"

"Hm, ya."

"Kalian bertiga, selamat kan Tuan muda Kennan dan ambil jasad Aditya." Mereka menggangguk patuh, namun Denzi dan pria lainnya yang melihat itu langsung ikut melangkah ke arah Kennan.

"Biar lelaki ini, saya urus."

Kennan masih diam sambil menatap sekeliling nya yang kini bertarung kembali, suara tembakan, suara pukulan dan suara teriakan kesakitan terdengar di telinga Kennan. Ia kembali menangis, tubuh nya sudah penuh dengan darah, mata itu menatap Aska yang berusaha menumbangkan lelaki yang telah membunuh Aditya.

Kennan kini menoleh pada Aditya, "Om Makasih untuk semuanya. Dan maaf udah bikin Om Adit celaka karna Kennan." Kennan memeluk Aditya erat, dan kini Kennan meletakkan tubuh Aditya pada aspal yang penuh cairan merah Aditya.

Kennan berdiri, ia lagi-lagi melihat sekitarnya, dan netranya menangkap sosok Denzi dengan sorot mata yang tak bisa di baca. Kennan mengepalkan tangannya erat saat pria itu tertawa kecil padanya, melihat tangan nya terangkat dengan pistol yang berada di tangan Denzi membuat mata Kennan menajam dengan tatapan terkejut.

Aska terjatuh, setelah Denzi menembak nya. Jantung Kennan berdegup kencang, "OM ASKA!!" Teriak Kennan.

Dan sekarang kejadian berbanding terbalik, orang yang jadi lawan tarung Aska kini mengambil sebuah batu untuk ia pukul kan pada Aska, melihat hal itu langsung membuat Kennan berlari ke arah Aska.

Denzi ingin menghentikan nya namun salah satu anak buah Aska langsung sigap dengan menendang pistol Denzi. Ia tersenyum pada Denzi dengan begitu banyak darah mengalir di kepalanya, "Sial!!"

"Matilah!!" Mendengar teriakan orang yang telah membunuh Aditya, membuat Kennan membolakkan matanya kaget kala orang itu ingin memukul Aska dengan sebuah batu tepat pada kepala lelaki itu.

2. Kepahitan dalam Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang