Part 8

64 7 2
                                    

Mentari berjalan memasuki kelas mengikuti langkah cepat Awan yang lebih dulu berjalan di depan mereka.
Kedua tangan Lintang tidak berhenti menggosok kedua tangan Mentari yang terasa dingin.

Sejak pagi tadi bumi di guyur hujan tanpa henti membuat siapa saja menggigil kedinginan. Tidak kecuali Mentari yang memang tidak tahan dengan hawa dingin, hidungnya tampak memerah menandakan suhu dingin melebihi suhu dingin biasanya.

"Masih dingin?," tanya Lintang ketika keduanya sudah duduk di bangku masing masing.

"Dingin banget," keluh Mentari memasukkan kedua tangannya ke saku jaket Lintang membuat keduanya tampak setengah berpelukan.

"Tadi di suruh ambil jaket kagak mau sih," sindir Awan yang berbalik menatap keduanya.

"Gua kira nggak sedingin ini," jelas Mentari menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Lintang.

"Bentar," ucap Lintang memeluk tubuh Mentari sembari menutupinya dengan jaket yang Ia kenakan. Kedua tangannya sibuk mengotak atik layar handphone nya sebelum meletakkannya di atas meja," masih dingin?," tanya Lintang menunduk menatap Mentari yang tengah bersembunyi mencari kehangatan di dalam jaketnya.

"Lumayan," ucap Mentari mendongak untuk menjawab Lintang.

Dering telepon membuat Lintang menghentikan aktivitas nya," sebentar,biar temen saya yang ambil," ucap Lintang menendang kursi Awan membuatnya berbalik dengan malas. "Minta tolong ambilin barang di depan gerbang," ucap Lintang kembali menggosok punggung Mentari.

"Siapa yang anter?."

Lintang tampak berfikir sebentar,"Mang Jaja, kenal kan?,"  ucap Lintang ketika mengingat salah satu pekerja di rumahnya.

Awan mengangguk paham, "Kenal, cilor yak?," ucapnya menengadahkan tangan membuat Mentari menyembulkan wajahnya di balik jaket.

Lintang pun memasang wajah datar sembari merogoh saku jaketnya,"Nih buru."

"Gasss," teriak Awan berlari keluar kelas membuat siswa lain menatap nya bingung.

"Barang apa?," tanya Mentari tampak penasaran.

"Jaket sama selimut," jelas Lintang yang hanya di angguki oleh Mentari.

Tak lama Awan datang membawa tas yang sudah di pesan oleh Lintang, tidak lupa dengan satu tangan yang menenteng cilor dengan wajah senangnya.

Dengan cepat Lintang melepaskan pelukan membuat Mentari memasang wajah masam,"Pake dulu," ucap Lintang mengeluarkan satu jaket dari dalam tas yang di bawa Awan.

Dengan pasrah Mentari memakai jaket tersebut, kedua tangannya berhenti bergerak ketika menyadari jaket tersebut tampak asing," jaket siapa?," tanya Mentari menatap Lintang penuh selidik.

"Jaket Gua baru beli kemarin di Surabaya," jelasnya ketika melihat wajah Mentari yang tampak penuh curiga.

Mentari menatap Lintang semakin penasaran,"Nggak bohong?," tunjuk Mentari pada hidung mancung Lintang.

"Nggak," tarik Lintang pada sebuah lebel yang masih terpasang di jaket tersebut membuat Mentari mengangguk percaya.

"Senangnya nyoba jaket baru," goda Mentari pada Awan yang tengah menatap nya dengan tatapan penuh rasa jijik.

Jika tidak ada Lintang mungkin saja saat ini Ia telah membalas Mentari namun apalah daya tatapan Lintang sukses membuat nyalinya menciut.

"Pasang yang bener," tegur Lintang menarik kerah jaket Mentari untuk merapikan nya.

"Kalau gini makin anget," goda Mentari menarik tangan Lintang untuk di peluk.

Dengan pasrah Lintang hanya membiarkan Mentari melakukan hal tersebut sesukanya, sebelum Guru memasuki kelas dengan beberapa buku yang ada di tangannya.

Promise we won't go anywhere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang